Situs peninggalan Kerajaan Pagaruyung ini terlindung di bawah atap bangunan mirip gazebo bergaya Minangkabau. Memuat 8 batu basurek atau batu bersurat. Batu-batu granit tersebut berbentuk pipih dan satu bentuk lesung. Bahasa yang digunakan Sansekerta dengan huruf Jawa kuno, Pallawa. Tujuh diantaranya berkaitan dengan Adityawarman, keturunan Majapahit, Raja Pagaruyung pertama yang muncul dari tambo Minangkabau. Di atas tiap jejeran prasasti diberi keterangan tentang isi dan tahun pembuatannya. Berdiri di tepi jalan raya dan tidak memungut biaya masuk.
Letak Situs Prasasti Pagaruyung Batusangkar dan Cara Menuju Ke Sana
Saya berangkat dari Terminal Aur Kuning – Bukittinggi. Naik Angkot jurusan Payakumbuh. Mengikuti nasihat yang saya temukan di internet, wanti-wanti kepada sopir dan kenek bahwa saya akan ke Istana Pagaruyung.
Nah setelah berjalan sekitar satu jam saya diturunkan di satu simpangan. Dari simpangan ini naik ojek menuju Istano Basa. Karena Situs Prasasti Pagaruyung dan Istano sama-sama terletak di tepi Jalan Raya Pagaruyung dan jaraknya tidak begitu jauh.
Jadi untuk mudahnyanya selalu gunakan Istano Basa sebagai tenggaranya. Sekalian juga mampir Ustano Raja Alam, Kompleks pemakaman raja-raja Pagaruyung, karena masih satu deret.
- Baca di sini tentang Ustano Rajo Alam – Jejak Kebudayaan Purba Minangkabau
- Baca di dini tentang Museum Etnografi Minangkabau Bukittinggi
Sebetulnya banyak prasasti peninggalan Kerajajaan Pagaruyung lain yang tersebar di Sumatera Barat, Tengah dan Timur. Karena kerajaan Melayu Purba pendahulunya yakni kerajaan Dharmasraya berlokasi di Sumatera Tengah menjalar ke Sumatera Barat dan Timur. Mestinya Kerajaan Pagaruyung juga mengikutinya.
Sementara Situs cagar budaya Prasasti Pagaruyung di Batusangkar ini hanya khusus yang ditemukan di sekitar Bukit Gombak, Kecamatan Tanjung Emas saja.
8 Prasasti dalam kompleks Cagar Budaya Prasasti Pagaruyung
Terdapat 8 prasasti dalam Komplek Situs Prasasti Pagaruyung Batusangkar ini. Prasasti Pagaruyung diterjemahkan pertama kali oleh Frederik dalam penelitian tahun 1857 yang meliputi:
Pagaruyung 1
Situs Prasasti Pagaruyung diawali dengan Prasasti Pagaruyung 1 dibuat tahun 1278 Saka atau 1356 Masehi. Berisi puji-pujian akan keagungan dan kebijaksanaan Adityawarman sebagai raja yang dianggap berpengetahuan dan ahli agama juga. Dalam prasasti Adityawarman ini juga terdapat nama penulis atau Citralekha yaitu Mphungku Dharmma Dwaja bergelar Karuna Bajra. Disebutkan juga bahwa swarnabhumi yang artinya tanah emas adalah wilayah kekuasaan Adityawarman.
Prasasti Pagaruyung 2
Prasasti Pagaruyung 2 ditulis dengan indah dan rapi. Goresannya pada masih terang terbaca. Menggunakan huruf jawa kuno dengan bahasa Sansekerta. Sayangnya makna yang terkandung dalam Prasasti Pagaruyung 2 belum selesai dibaca ke seluruhan. Sebab kalimatnya meloncat-loncat. Prasasti diperkirakan berangka tahun 1295 Saka atau 13 73 Masehi.
Baca juga : Situs Tugu Gede Cengkuk Sukabumi
Prasasti Pagaruyung 3
Prasasti Pagaruyung 3 diperkirakan dibuat pada tahun 1269 Saka atau 1347 Masehi. Isinya untuk memperingati berdirinya sebuah bangunan suci atau bangunan keagamaan. Sayangnya lokasi bangunan tersebut sudah tak terlacak ada di mana.
Prasasti Pagaruyung 4
Ini lah peninggalan Kerajaan Pagaruyung lainnya berupa prasasti ke-4.
Isi Prasasti Pagaruyung 4 menyebutkan kata sarawasa pada baris ke-9. Hampir sama bunyinya pada Prasasti Saruaso 1 yakni surawasan yang berubah menjadi saruaso nama sebuah Nagari di Kabupaten Tanah Datar. Berjarak sekitar 7 km dari Batusangkar. Saruaso salah satu wilayah penting pada masa kekuasaan Adityawarman.
Baca juga : Situs Perahu Kuno Punjulharjo, Pertemuan Tak Sengaja
Prasasti Pagaruyung 5
Inilah prasasti yang dianggap aneh. Karena hanya berbicara tentang tanaman. Tidak sedikitpun menyinggung tentang Adityawarman .
Prasasti Pagaruyung 6
Prasasti ini berisi puji-pujianan terhadap Tumenggung Kudawira. Tumenggung adalah jabatan dalam pemerintahan Kerajaan Singasari dan Majapahit. Sementara Kudawira jelas nama orang yang berarti seorang perwira gagah perkasa. Diperkirakan Tumenggung ini datang ke Pagaruyung dalam Ekspedisi Pamalayu.
Prasasti Pagaruyung 7
Inilah prasasti yang paling gelap ceritanya. Karena batunya banyak yang haus sudah tidak kelihatan angka tahunnya. Yang jelas isinya adalah berupa sumpah atau kutukan. Ditujukan kepada seseorang yang mengganggu atau tidak mengindahkan maklumat raja.
Baca juga : Situs Purbakala Sangiran
Prasasti Pagaruyung 8
Prasasti Pagaruyung 8 ditulis kan pada sebuah Lesung batu berbentuk segi empat dengan sebuah lubang ditengahnya. Berangka tahun 1291 Saka atau 1369 Masehi.
Isinya tentang seorang raja yang ringan tangan, kaya, suka menolong, dan gembira. Raja ini dijadikan contoh seperti Dewa yang selalu harum. Siapa lagi kalau bukan Adityawarman.
- Baca juga di sini Bermain Hati dengan Sisa Kemegahan Kerajaan Pagaruyung
Sejarah Kerajaan Pagaruyung
Letak Kerajaan Pagaruyung berada di Provinsi Sumatera Barat dan sebagian masuk ke Provinsi Riau sekarang. Setelah hampir lima abad berkuasa, kerajaan ini runtuh dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Padri
Sampai saat ini tidak ada bukti tertulis kapan dan siapa yang pendiri Kerajaan Pagaruyung . Sampai Belanda masuk ke Minangkabau hampir tidak ada sejarah sahih yang tertulis mengenai kerajaan ini. Masyarakat mencatat segala sesuatu lewat tradisi lisan yang disebut Tambo.
Jadi sejarah Kerajaan Pagaruyung hanya bisa di raba-raba lewat Situs Prasasti Pagaruyung Batusangkar seperti di atas.
Dari sebuah teori terbaca bahwa Kerajaaan Pagaruyung belum muncul ke permukaan tatkala Kertanegara, Raja Singasari bermaksud menggalang hubungan persahabatan dengan kerajaan Dharmasraya. Ekspedisi Pamalayu menuju kerajaan Dharmaraya diawali tahun 1286 saat Kertanegara mengirim arca Amoghapasa. Dibalas oleh Dharmasraya dengan mengirim 2 orang putri kerajaan yaitu Dara Petak dan Dara Jingga Untuk dipersunting Kerajaan Singasari.
Kekacauan politik membuat Kerajaan Singasari runtuh dan diganti oleh Majapahit. Raja pertama Majapahit Raden Wijaya menikahi Dara Petak. Sementara Dara Jingga dikawinkan dengan pejabat tinggi istana Majapahit bernama Adwayawarman. Dari pernikahan ini lahirlah Adityawarman. Peristiwa ini terpahat dalam Prasasti Kuburajo, ditemukan di negeri Limo Kaum pada tahun 1877 dan terdaftar atas nama N.J. Krom.
Cerita Adityawarman, Sak Penakluk, Keturunan Majapahit yang Dipuji-puji Dalam Situs Prasasti Pagaruyung Batusankar
Entah bagaimana ceritanya, suatu ketika Adityawarman seorang panglima perang kerajaan Majapahit dikirim ke Dharmasraya dan dinobatkan sebagai raja di sana. Mestinya ini adalah sebuah penaklukan.
Kemudian Adityawarman memindahkan pusat kerajaan ke Negara Pagaruyung di luhak tanah datar. Sepertinya ini lagi-lagi penaklukan.
Dan dari sinilah pertama kali nama Kerajaan Pagaruyung terkuak. Konon pemindaha ini dalam rangka upaya Adityawarman melepas hubungan dengan Majapahit. Rupanya Panglima Majapahit ini menaklukan banyak kerajaan di Sumatera dan bertekad memiliki kerajaan sendiri.
Dalam prasasti Amoghapasa namanya juga disebut-sebut dalam kerajaan malayapura, dan Dharmasraya. Besarnya kekuasaan Adityawarnan juga terbaca dalam Arca Amoghapasa yang ditemukan di Hulu Sungai Batanghari dengan gelar Maharaja yang disematkan kepadanya.
Masuknya Ekspedisi Pamalayu yang dikirim oleh Kertanegara pada abad ke-13 juga membawa pengaruh agama Hindu dan Budha ke Sumatera. Lalu diperkuat oleh Annangawarman, Putra Adityawarman.
Di kawasan pedalaman Sumatera Tengah sampai sekarang masih dijumpai pengaruh agama Buddha dengan Candi Padang Roco nya. Ada pula percandian Padang Lawas dan kawasan percandian Muara Takus.
Masuknya Islam ke Pagaruyung
Akhir abad ke-14 budaya kembali mengambil bentuk pedalaman Minangkabau menerima pengaruh agama baru yakni Islam. Awal abad ke-16 dalam suma oriental yang ditulis tahun 1513 dan 1515 mencatat bahwa seorang raja Minangkabau telah memeluk agama Islam.
Dan Islam kian berkembang di abad ke-16 ketika musafir dan guru agama dari Aceh dan Malaka singgah ke Pagaruyung. Mereka adalah Syaikh Burhanuddin Ulakan, murid ulama Aceh terkenal Syaik Abdurrauf Singkil atau dikenal sebagai Tengku Syiah Kuala
Masuknya Pengaruh Belanda dan Inggris ke Sumatera Barat
Pada awal abad ke 17 Pagaruyung terpaksa mengakui kedaulatan kesultanan Aceh. Namun pada tahun 1665 masyarakat Minangkabau di pesisir pantai barat memberontak terhadap kekuasaan Aceh. Raja Pagaruyung meminta bantuan VOC agar menghentikan monopoli Aceh atas emas dan lada di daerah mereka. Kekuasaan Aceh melemah di Pagaruyung setelah VOC berhasil mengusir kesultanan Aceh dari Pesisir Sumatera Barat. Dan tak lama Inggris juga masuk untuk melakukan perdagangan emas bersama dengan VOC.
Baca juga : Istana Basa Pagaruyung Dalam Lorong Sejarah
Semakin lama VOC mencengkram ranah semakin erat yang membuat gerah Pagaruyung. Kembali Raja Pagaruyung meminta bantuan kali ini kepada Inggris agar mengusir Belanda.
Tapi peristiawa paling hebat yang membuat Kerajaan Pagaruyung surut dari peradaban Minangkabau adalah perang saudara. Perang adat dan agama antara kaum Padri dan kaum adat. Perang yang juga kembali melibatkan Belanda.
Baca juga : Sumatera Barat
Kali ini keluarga Kerajaan meminta bantuan untuk mengalahkan Kaum Padri. Namun Belanda akan selalu datang dengan kepentingan dan keuntungannya sendiri. Ambisi yang tak terbatas untuk menguasai sumber daya alam Minangkabau membuat Kaum Padri dan Kaum Adat tak punya pilihan selain berdamai. Kerjaan Pagaruyung bisa dibilang lenyap sepenuhnya setelah Belanda menangkap Raja Pagaruyung terakir dengan tuduhan penghianatan.
Ustano Rajo Alam – Salah Satu Peninggalan Kerajaan Pagaruyung – Dekat dari Situs Prasasti Pagaruyung Batusangkar
Jejak Kerajaan Pagaruyung hingga kini bisa kita telusuri lewat beberapa Situs :
Ustano Rajo Alam, Situs Makam Keluarga Kerajaan Pagaruyung
Kompleks pemakaman dengan batu nisan berbentuk menhir. Disini terdapat juga batu kasur, dulu digunakan sebagai tempat ujian bagi calon-calon Raja Pagaruyung. Diatasnya diberi beberapa zat untuk menguji daya tahan.
Baca juga:Â Ustano Rajo Alam Pagaruyung Minangkabau
Batu Batikam
Batu Batikam terletak di Jalan Raya Padang Panjang Batusangkar dalam Nagari Limo kaum. Konon batu ini berlubang bekas tikaman Datuk perpatih Nan Sabatang. Sebagai tanda berakhirnya perselisihan dengan Datuk ketumanggungan menyangkut pemakaian adat antara Koto Piliang dan Bodi Caniago.
Sebutkan 4 makna yang tertulis pada Batu Batikam
- 1. Kearifan – Kehidupan sosial dibangun atas hukum dan keteraturan sosial. Dengan batu batikam melambangkan bahwa perselisihan hanya membawa bencana. Itu lah betapa pentingnya perdamaian dan musyawarah-mufakat dalam kehidupan bermasyarakat Minangkabau
- 2. Menunjukkan Kesaktian – Batu batikam terbuat dari batu andesit yang keras tapi Datuk Perpatih dan Sabatang bisa menusuk dengan pedangnya hingga batu itu berlubang. Itu lah dasar kesaktian pemimpin Minangkabau ini yang tersimbol dalam batu batikam.
- 3. Simbol Perdamaian – Terutama antar pemimpin yang berkuasa pada masa itu. Bahwa tidak ada lagi keberatan pada Datuk ketumanggungan menyangkut pemakaian adat antara Koto Piliang dan Bodi Caniago.
- 4. Peninggalan sejarah – Lokasinya pernah digunakan sebagai tempat rembukan atau musyawarah para kepala suku dalam Kerajaan Pagaruyung
Istano Basa Pagaruyung
Yang kita lihat sekarang bukanlah istana yang asli tapi duplikat dari istana asli yang pernah dibakar Belanda tahun 1804. Dibangun kembali tahun 1976 tapi kembali mengalami kebakaran pada tahun 2000.
Yang sekarang berdiri adalah bangunan duplikat yang ketiga. Pergi dari 11 gonjong, 72 tonggak dan 3 lantai. Bangunan dilengkapi dengan Surau, bedug, rangkiang patah sembilan. Dia sih oleh beragam ukiran yang mengandung falsafah sejarah dan budaya Minangkabau.
Trip ke Sumatera Barat, terutana Istano Basa akan semakin lengkap bila sekalian mampir ke Situs Prasasti Pagaruyung Batu Sangkar. Dari sana kita melongok sejumput sejarah yang pernah terjadi semasa kerajaan purba di Sumatera Barat.