Situs Purbakala Sangiran menyimpan begitu banyak peninggalan budaya manusia purba. Situs Purba Indonesia ini membuat bangga . Pastinya teman sering mendengar nama Situs Purbakala Sangiran, bukan? Setidak saat sekolah dulu? Saat guru sejarah bercerita tentang sisa kehidupan kuno yang ditemukan dalam lembah. Nah tempat itu bernama Situs Purbakala Sangiran.
Sangiran memang menakjubkan. Terutama bagi peminat bentuk kehidupan di masa lampau. Alam Sangiran yang berupa pegunungan telah mengawetkan bermacam benda yang bisa kita pelajari sekarang. Mulai dari tulang belulang hewan raksasa, manusia serta peralatan budaya pernah digunakan. Gak aneh jika Sangiran jadi tujuan para ahli dari seluruh dunia dalam meneliti kehidupan purba.
Letak Situs Purbakala Sangiran
Sangiran modern terletak di dua pedukuhan (kembar) di Jawa Tengah. Satu pedukuhan terletak di Kabuparen Sragen dan satu lagi di Karang Anyar. Di tengahnya mengalir Kali Cemoro berhulu dari kaki Gunung Merapi dan bermuara di Bengawan Solo. Sungai ini sekaligus jadi pembatas administrasi politik antara Kabupaten Sragen dengan Kabupaten Karang Anyar.
Baca juga Situs Payak Yogyakarta
Disebelah Utara terdapat Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, masuk wilayah Kabupaten Sragen. Di sisi Selatan ada Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, masuk Kabupaten Karang Anyar. Karena persoalan geografis ini pengelolaan Situs Purbakala Sangiran langsung di bawah pemerintahan Propinsi melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Kantornya terletak di Prambanan.
Museum Purbakala Sangiran
Nah untuk mengenal sejarah dalam situs arkeologi sangiran, paling pas memang masuk ke Museum Sangiran. Letak Museum Sangiran tak jauh dari situs arkeologi Sangiran yang tercatat sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Di Museum Sangiran kita akan melihat lebih detail jejak manusia purba. Flora dan fauna yang pernah tumbuh dan meninggalkan sejak jutaan tahun silam.
Agar lebih mudah dipahami wujud kehidupan manusia purba dan lingkunganya digambarkan secara visual. Lengkap dengan cara hidup meraka dalam gua, Jga cara beruburu dan mengolah makanan.
Untuk fosil sendiri ada ratusan fosil dipamerkan. Mulai dari tengkorak, dan potongan tulang belulang. Begitu pun tulang hewan- hewan zaman purbakala pun bisa ditemui di sini, ada gajah, buaya dan kerbau.
Baca juga
Menziarahi Jejak I-Tsing di Candi Muaro Jambi
Proses Terbentuknya Situs Sangiran
Wilayah Sangiran yang kita kenal sekarang awalnya berada di dalam laut. Proses bumi perlahan-lahan mengangkatnya ke permukaan. Mulanya sebagai daerah rawa. Dari rawa berubah sepenuhnya jadi lingkungan daratan.
Jadi terbentuknya Situs Purbakala Sangiran ini melalui proses pengangkatan Pulau Jawa dari bawah laut pada masa lampau. Tumbukan lempeng bumi, pasang surut muka air laut, dan aktivitas gunung api selama kurang lebih 2,4 juta tahun merupakan proses geologi yang turut membentuk lingkungan Sangiran.
Perlahan-lahan kehidupan muncul di sini. Karena kawasan ini subur, tempat sumber makanan bagi ekosistem kehidupan. Ditambah lagi letaknya di wilayah khatulistiwa yang menjadi tempat tujuan migrasi manusia purba dalam mendapatkan sumber kehidupan.
Iklim tropis di wilayah Sangiran juga turut mendukung kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Melimpahnya makhluk bertulang belakang, daun dan tumbuhan yang bisa dimakan, perlahan berubah Sangiran menjadi ekosistem yang kompleks. Baik bagi makhluk herbivora, karnivora, maupun mamalia berupa homo erectus.
Tahun Berapa Situ Purbakala Sangiran ditemukan oleh Dokter Eugene Dubois?
Bidang keilmuan Arkeologi yang pertama kali mencuatkan nama Sangiran ke jagad ilmu pengetahuan. Diawali kedatangan Eugene Dubois tahun 1893, dokter militer Belanda yang tertarik pada benda-benda kuno. Tahun 1893 juga dicatat sebagai tahun penemuan Situs Purbakala Sangiran.
Dokter pendukung teori Evolusi Darwin ini datang ke Sangiran dalam rangka mencari mata rantai yang hilang (missing-link ) dari jejak nenek moyang umat manusia. Sayang dia tak menemukannya dan melanjutkan perjalanan ke Trinil, Ngawi, Jawa Timur.
Seperti yang diceritakan dalam buku sejarah, di Trinil lah Dubois menemukan tengkorak dan dan tulang paha manusia. Sebuah penemuan besar yang dia anggap sebagai mata rantai yang hilang itu. Makhluk itu diberi nama Pithecanthropus Erectus.
Penemuan di Sangiran
Terbukti kemudian bahwa derajat Situs Purbakala Sangiran tak “serendah” sangkaan Dubois semula. Penelitian intensif yang dilakukan oleh J.C. van Es lalu disusul GHR von Koenigwald menyingkap ribuan peralatan yang pernah digunakan manusia. Batu kalsedon peninggalan manusia yang pernah hidup disana. Benda budaya purba itu muncul ke permukaan berkat transformasi tanah. Patah, runtuh dan bergeser. Batu-batu tersebut dibuat dengan dipecah untuk mendapat sisi tajamnya. Digunakan untuk memotong, menyerut atau melancipkan ujung tombak.
Homo Erectus Arkaik
Penemuan alat disusul penemuan tulang belulang. Berturut-turut antara 1937-1937, bersama masyarakat Sangiran, von Koenigswald mengumpulkan tulang rahang atas manusia purba yang diberi nama Meganthropus paleojavanicus.
Meganthropus paleojavanicus sekarang disebut Homo Erectus Arkaik. Patung selamat datang di halaman Museum Sangiran adalah gambaran tampilan fisiknya. Berotot kekar, dengan tengkuk yang kuat, wajah lebar dengan rahang kuat. Mereka pemakan tumbuh-tumbuhan. Penemuan selanjut disusul oleh Phitecanthropus erectus II, manusia tegak seperti penemuan Dubois di Trinil.
Baca juga artikel sejarah di blog ini:
5 Tempat Wisata Sejarah Keren di Ambon
Wisata Sejarah Pulau Banda Neira
Warisan Budaya Dunia
Berbagai penemuan di Situs Purba Sangiran mengundang para ahli dari seluruh dunia mengadakan penelitian lanjutan. Ada Helmut de Terra, Movius, P.Marks, R.W. van Bemmelen, H.R. van Heekeren, Gert Jan Bartstra, Francois Semah, Anne Marie Semah, dan lain-lain. Sementara nama peneliti kondang Indonesia yang pernah berkerja disini adalah R.P. Soejono, Teuku Yacob, S. Sartono, Hari Widianto dll. Di tambah llembaga-lembaga peneliti dalam dan luar negeri.
Keberlimpahan bukti kehidupan kuno ini, pentingnya bukti peninggalan itu dalam sejarah penelitian, serta sumbangannya pada ilmu pengetahuan maka perlu di lindungi. Karena itu UNESCO menetapkan Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia. Tercatat dalam Word Heritage List dengan nama Sangiran Early Man Site.
Situs ini disebut juga Dome Sangiran. Mengikuti letaknya ditengah daerah perbukitan yang bentuknya mirip kubah.
Butuh komitmet tinggi dari rakyat dan pemerintah Indonesia untuk menempat Situs Purbakala Sangiran sebagai aset bangsa. Semoga kepedulian kita terus ditingkatkan dalam merawat dan menjaganya. Amin
@eviindrawanto