Motif Tenun Troso – Jepara Jawa Tengah identik dengan R.A. Kartini. Ia juga identik dengan ukiran kayu yang indah. Namun Jepara bukan hanya soal Kartini maupun industri mebelnya yang sudah melanglang dunia itu. Jepara juga soal Tenun Ikat Troso.
Nah saat mendatangi kota Jepara baru-baru ini, saya berkesempatan melihat workshop proses pembuatan tenun ikat Troso dari dekat.
Troso merupakan nama desa yang terletak sekitar 1.5 Km dari kota Jepara. Seperti kota di Jawa lainnya, Troso terlihat tenang bahkan di terika matahari yang sedang membakar saat kedatangan kami. Saya pikir ini bukan sekedar wisata budaya, tapi juga wisata yang memberi pemahaman pada industri tekstil tradisional.
Tentang tenun Ikat di NTTÂ Â Belanja Tenun Ikat Sikka di Pasar Alok
Perjalan ini membuka mata. Saya baru tahu bahwa seragam pegawai Negeri dan BUMD yg dikenakan tiap dua kali seminggu berasal dari desa ini. Saking terkenalnya tenun troso di pemerintahan, salah satu motifnya diberi nama SBY. Presiden RI yang berkuasa saat ini memang suka sekali mengenakan kemeja batik buatan Troso.
Daftar Isi
Workshop Tenun Ikat Troso
Workshop itu terletak di jalan Bugel, depan Balai Desa Troso, kecamatan Pecangan. Turun dari Bus rombongan disambut ramah oleh Bapak yang mengenakan sorjan lurik dan Blangkon. Tak membuang waktu kami langsung di bawa masuk ke dalam bangunan yang terbagi dua: Ruang Pamer dan tempat produksi.
Pertama ke tempat penenun. Ruang itu tak terlalu luas dan berinding batu bata merah dengan halaman terbuka di belakang yang berfungsi sebagai tempat penjemuran benang selesai dicelup. Nampaknya tenun troso ini merupakan kerajinan rakyat yang dikerjakan serba tradisional. Kalaupun kelihatan moderen itu adalah gulungan benang yang akan dipintal sebagai bahan dasar.
Sejarah Tenun Ikat di Jepara
Kami dijelaskan mulai dari sejarah awal pembuatan kain Troso sampai kepada proses pembuatannya.
Konon, Kain Tenun Troso sudah memulai sejarahnya bersamaan dengan masuknya Agama Islam ke Jawa tengah sekitar tahun 1800 M. Tepatnya pada pada masa Kerajaan Mataram Islam. Pertama kali dikenalan oleh Mbah Senu dan Nyi Senu saat menemui yang sedang berdakwah di Desa Troso.
Tapi sebelumnya kain tenun troso juga digunakan sebagai pelengkap pakaian raja. Sejak saat itulah keterampilan membuat kain tenun troso dimiliki oleh warga Desa Troso dan diwariskan secara turun temurun.
Ssebelum Indonesia merdeka pun , para pengrajin Tenun Troso di desa ini sudah aktif membuat Kain Tenun Gedong. Tenun gendong adalah kain yang biasanya digunakan untuk menggendong bakul. Saat keahlian meningkat, para perajin mulai membuat kain Tenun Pancal, yaitu pada sekitar tahun 1943. Sampai saat ini tenun troso terus berkembang. Walau tetap menggunakan alat tenun bukan mesim (ATBM) desain dan corak warna sudah semakin moderen.
Proses pembuatan Kain Tenun Ikat Troso
- Menyiapkan bahan dasar yaitu benang.
- Pengetengan benang. Benang ditata berjejer dengan rapi yang lebarnya sekitar 180 CM.
- Design motif. Dulu ada dua motif terkenal yaitu Cemara dan Lampong (daun talas). Perkembangan selera pasar membuat ke-2 motif itu sekarang tak banyak lagi diproduksi. Konsumen sekarang lebih menginginkan desain moderen tapi tidak meninggalkan ciri tradisionalnya.
- Pengikatan benang dengan tali plastik rafia. Maksud mengikatan ini agar terbentuk motif.
- Setelah itu ikatan benang tersebut dicelupkan pada cairan yang disebut wenter.
- Untuk mendapatkan motif yang berbeda, beberapa ikatan dibuka, kemudian dicelupkan lagi.
- Setelah selesai baru dikeringkan dengan diangin-anginkan, tak boleh terkena langsung matahari.
- Setelah kering baru dipasangkan ke mesin penenun.
Motif Tenun Ikat Troso Jepara Berwawasan Nusantara
Selesai dari sini kami di bawa ke gallery yang terletak di depan bangunan. Melihat lurik-lurik cantik tersampir disana tentu saja bikin ngiler. Siapa yang enggak, coba ?
Warna-warni meriah membuat mata tak berhenti berkedip. Ada warna klasik yang agak gelap seperti coklat muda atau coklat tua, biru tua. Begitu pula warna moderen seperti jingga, ungu, putih, krem dan masih banyak lainnya.
Ternyata banyak sekali jenis motif yang dihasilkan oleh para perajin Desa Troso. Dua diantaranya adalah motif tenun hasil karya cipta komunitas yaitu : Motif Cemara (pohon cemara) dan Motif Lompong (daun Tales).
Terdapat pula tenun Sutra dengan rapatan benang yang rapi. Warna-warninya juga menarik.
Menggambarkan wawasan nusantara seperti saya sebut di atas ada Tenun Endek, mirip kain endek bali.
Begitu pun motif kalimantan dan papua juga terlihat digantung di dinding.
Pokoknya belanja di toko tenun terbesar di Troso ini akan puas. Harga pun bervariasi. dimulai dari yang terjangkau sekitaran seratusa ribu sampai 4 juta rupiah. Silah kan dipilih dan dipertimbangkan sampai puas.
Yang menarik bagi saya dalam tenun ikat troso ini adalah warna-warninya yang cerah dan motif tak terlalu ramai. Cocok dikenakan untuk acara semi formal maupun formal.
Satu lagi kekayaan budaya Indonesia yang perlu kita apresiasi ya teman?
Salam,
44 comments
Suka banget sama warna2 dan motifnya mba, kebayang bikin blus pake tenun ikat dipadu sama jeans 🙂
Iya Mbak Zata. Saya juga suka kain bermotif etnis seperti ini 🙂
Uni, saya pernah ke tempat pembuatan kain Troso ini waktu masih SD. Waktu itu bersama keluarga besar Ibu, jalan-jalan ke sana. Saya sempat beli sarung. Dan masih saya pakai sampai sekarang. Awet sekali 🙂 Kainnya halus.
Waduh kainnya sejak SD masih ada sampai sekarang..Pasti mutu benangnya bagus ya Mbak Kris 🙂
dengan PNS memakai baju batik , seminggu 2x
kita jadi tahu batik atau kain dari mana asalnya
kekayaan indonesia..:)
Betul mbak Irma. Dengan mengetahui sebanyak mungkin isi budaya kita, semoga bisa sedikit melestarikannya 🙂
Kayaknya beberapa hari lalu aku baca sekilas di koran ada kata kata Troso tapi aku gak baca hihihi~
Eh di sini ada…
Keren ya… kalau liat sekilas gak kayak dari Jawa gitu kainnya 😀
Memang benar2 cantik mbak tenun troso ini… betul, memang di Jawa Tengah setiap rabu dan kamis PNS memakai seragam dari tenun lurik & batik lokal 🙂
mbaaaaa…
ckckck…selalu dapet ilmu baru deh kalo abis mampir sinih…
Itu ternyata bikin nya ribet buanget yaaah….
pantesan…gosip gosip nyah rada mahal harganya yah…
Indonesia ternyata kaya yah mbaaaaa 🙂
mba Eviiiiii…
apa kabaaaar…udah lama gak mampir siniiii…
kangeeeeen…
*cium tangan sambil sibuk kibas kibas rambut dengan sok keren untuk menebar aroma korea disinih…hihihi…*
Wow, tentu luar biasa bisa menyaksikan secara langsung ya, Mbak Evi. Hmmm…, jadi kepengen pake tentun troso.
Ohya, Mbak, saya lagi ngadain giveaway betapa senangnya ngeblog, silakan ikutan ya, Mbak. Lebih lengkapnya silakan dilihat di blog saya. Makasih….
Tulisannya keren mbak Evi, kenapa gak diikutkan LOmba Blog Paling Indonesia? Ini link-nya mbak: http://angingmammiri.org
Bisa kirim 2 tulisan mbak, sepertinya tulisan2 mbak ada yang cocok deh 🙂
Tenun tradisional, memang masing-masing daerah pasti punya ciri khas tersendiri. Di Kabupaten Karo Sumut, juga terkenal dengan kain tenunnya disebut “Uis Gara”. Semua yang tradisionil sepertinya lebih enak dilihat sekarang daripada yang buatan mesin yang mbak….
Tenun tradisional masih melibatkan anggota fisik dan tentunya ada emosi disitu Pak, makanya kita lebih menghargainya ketimbang buatan mesin..:)
bagus yaaa.. !! buat nya susah perlu kesabaran penuh,di jual di pasaran juga ga bakalan gagal !! 😀
Tergantung reposition marketingnya juga kali Dea..Kalau tepat sasaran pastinya gak bakal susah ngejualnya..
Kain yang cantik sekali, elegan. Perlu kesabaran ekstra dalam membuatnya. 🙂
Dan herannya tak selalu mahal Mbak Lia..Proses panjang dan rumet tak identik dengan harga 🙂
prosesnya panjang ya hasilnya juga bagus
Mungkin itu sebabnya pekerjaan begini disebut karya seni ya Mbak Lid 🙂
akalo pembuatan kain tenun saya malah belom liat, paling2 pembuatan tikar. alatnya hampir sama dengan yg digambar..
Jadi tikar juga dirajut pakai mesin sederhana ini ya Pak. Tks atas infonya.
keren motif motifnya…jadi mau punya nih…. kasih dong gambar bisa diaplikasikan buat apa aja kainnya ini… biar bisa ada inspirasinya mau dibuat apa.
Batik Troso bisa dibuat apa saja Bro..Kemeja..baju wanita dan anak-anak. furniture sampai hiasan rumah..Pokonya banyak deh aplikasinya..
Indonesia memang kaya akan budaya dan blogger juga bisa turut membudayakannya..
nice post..
mungkin nanti saya juga akan membuat proses pembuatan kain songket palembang 🙂
salam blogger palembang
Iya itu Pak, songket Palembang pasti menarik kalau ditulis. Aku suka pada warna-warnanya..Sayang saja, kebanyakan yg aku mau harganya mahal, gak jadi beli deh..
Iya Blogger bisa melakukan sesuatu dalam melestarikan budaya kita..Kita punya suara, tak masalah bagaimana kecilnya..Bila seluruh isi budaya kita pernah ditulis atau di ulas, mudah2an ribut2 soal klaim budaya gak ada lagi..:)
mbak Eviiiiii … pasti melewati kota kelahiranku deh sebelum sampai jepara 🙂
memang cantik cantik mbak tenun trosonya, pernah aku ke sana dulu dgn temanku yang ingin beli oleh oleh
Selimut saya juga buatan Troso Mbak…
Kalau hari Rabu, saya malah wajib pakai baju Troso..
di sana kayaknya dah umum ya pak pakai seragam dari kain troso ini
Mbak El, kampungnya di mana tepatnya..Jangan2 aku pernah mampir pula disitu..:)
Iya Mbak Batik Troso sangat pantas di jadikan oleh-oleh..Motif mereka beragam..
Belum pernah ke Troso mbak, ke Jepara juga cuman lewat aja…kapan-kapan, kayaknya saya juga tertarik deh buat lihat langsung pembuatan tenun ikat ini…
Oya, di garut dulu juga ada pengrajin batik yang bilang kalo batik tertentu itu namanya batik SBY, rupanya Pak Sby itu suka dengan semua kain tradisional kita ya, dan masing-masing daerah tentu ada ciri khasnya 🙂
Selain suka pada busana tradisional, nama SBY juga kayaknya digunakan sebagai gimmick marketing Mb Irma..Orang akan tertarik membeli karena motifnya juga dipakai oleh presiden..:)
Tenun ikat memang memberikan suatu nilai yang luar biasa mbak yach…saya waktu tugas di NTT banyak beli tenun ikat, tak bagikan di keluarga, harganya berapa kalau duah jadi gitu mbak
Bli, menurut cerita Troso juga membuatkan tenun ikat untuk lombok dan NTT, dengan motof daerah sana..Kain Troso ini kayaknya emang pantas dibagikan sebagai hadiah untuk keluarga tersayang Bli..
Harganya kalo udah jadi berapaan tuh, Mbak? Sempat tanya-tanya nggak? Soalnya kalo di tempat bikinnya kan biasa lebih murah daripada harga di toko di Jakarta atau di pameran. 😀
Sempet sih nanya-nanya Mbak Nuning..Harga permeter berkisar 40 ribuan-sampai 500-an…Kalau yg berupa sarimbit lebih mahal lagi kayaknya..Aku gak pernah beli kain troso sebelumnya, jadi gak ngerti apakah harga di workshop ini lebih murah atau sama saja mbak 🙂
Cantiknyaaaa….!!
Pembuatannya rumit banget ya mbak, pantas memang ya kalo tenunan ini dihargai dengan harga yang mahal…
Tenun troso emang ada yang mahal Jeng Lis..Tapi tampaknya bukan prosesnya yg rumit membuat mereka mahal. Sebab ada juga kok kain troso yang murah 🙂
cantiknyaaaa #mbyangin kain2 itu jadi rok
aku suka segala macam kain motif tradisional, uni.. dari derah manapun
biasanya aku jadikan rok.. buat dipake hari jumat. 😀
Gak pernah menjadikan kain tradisional sebagai atasan May? Tapi yakin apapun yg Amay pakai pasti jatuhnya enak, sebab cantolannya sdh enak dipandang hehehe…
wah..ibu kapan ke jeparanya
itu deket lo sama rumah suami
saya juga suka sm troso, warna2nya cerah
Ke Jeparanya bulan lalu Mbak Esti,,,Jadi mertua di Jepara ya? Kain troso emang keren Mbak 🙂
Melihat proses pembuatan selembar kain tenun ikat sungguh mengagumkan karena begitu rumit dan diperlukan ketelitian dan ketekunan luar biasa. hasilnya juga ngedap-edapi.
Terima kasih reportasenya yang didukung gambar yang ciamik.
Salam hangat dari Surabaya
Dari yang aku lihat emang ruwet Pakde..Butuh ketelitian dan tenaga kerja manusia yg melelahkan. Hasilnya pun tak terlalu banyak jadi gak bisa digenjot produksinya seperti di pabrik. Yang sayang, tak semua hasil kerja keras ini dihargai sepantasnya Pakde..Ada lho kainn lurik harganya cuma 40.000/meter. Emang sih berasal dari bahannya yg juga murah..Tapi mengerjakannya tetap saja sama urutannya…Not worthed menurut aku mah..:)