Dirgahayu Indonesiaku – Teruslah Berjaya untuk Rakyatmu
Tahun ini sudah ke-68 tahun Rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaan. Bergembira oleh kenyataan bahwa sekarang terbebas dari penjajah asing. Kebebasan dalam menentukan nasib sendiri itu ditandai oleh berbagai macam simbol. Mengibarkan merah putih di pelosok negeri yang diikuti upacara-upacara. Kemudian ada aneka lomba permainan tradisional yang diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat.
Dan saya beranggapan bahwa bagaimana mengisi kemerdekaan jauh lebih penting ketimbang upacara setahun sekali ini. Tujuan dari lautan darah dan air mata yang tertumpah dari para pejuang bukan sekedar demi Dirgahayu Indonesiaku. Tapi lebih kepada menegakan harkat dan harga diri manusia yang lahir di sekitar tanah Nusantara.
Tapi selama 68 tahun merdeka apakah harkat dan harga diri seluruh rakyat Indonesia telah terangkat?
Dari melihat kenyataan sekeliling tak perlu terlalu cerdas menyimpulkan bahwa makna kemerdekaan masih jauh panggang dari api. Setidaknya negeri berkeadilan yang didengungkan selama jaman perjuangan belumlah terwujud dengan merata.
Lihat saja dari pendistribusian kekayaan negara, seberapa banyak yang telah menikmatinya? Seberapa banyak rakyat Indonesia yang bisa digolongkan makmur?
Tapi tetap saja, Dirgahayu Indonesiaku! Kalau kita mau bekerja dan terus belajar segalanya akan baik.
Baca juga : Keunikan Individu Karena Pengalamannya
Dirgahayu Indonesiaku Untuk Kemakmuran Bersama
Dan saya amat terganggu dengan fakta bahwa UUD 45 mengatakan bahwa hak kekayaan alam dikuasai negara untuk kemakmuran bersama, tapi kenyataan hanya segelintir orang yang menikmatinya. Gak usah ngomong tambang emas di Papua yang dikuasai Freeport sampai kiamat deh, hak pengelolaan hutan di daerah-daerah tak mencerminkan keadilan sama sekali. Penduduk yang turun-temurun hidup di dekat hutan dan menjadikan hutan sebagai mata pencaharian harus terusir gara-gara perusahaan pemegang HPH.
Melihat pada gambaran besarnya HPH itu mungkin setor kepada negara, tapi apakah negara ingat bahwa mereka menghisap kekayaan ulayat rakyatnya? Apakah negara langsung mengembalikan penghasilan hutan kepada masyarakat yang dirampas sumber ekonominya?
Sepertinya tidak begitu! Negara punya gambaran buram kalau sudah menyangkut kesejahteraan rakyat per-individu. Penghasilan kekayaan negara lebih banyak mengalir pada segelintir orang.
Cukup Dengan Keluh-Kesah, Saatnya Bekerja!
Indonesia memang belum sepurna. Baik dari sisi pendistribusian kekayaan maupun menikmati pembangunan. Tapi haruskan kita terus mengeluh, menyalah-nyalahkan, dan memaki?
Tidak! Hal itu tidak akan membawa kita kemana-mana. Hanya akan berujung pada rasa sakit hati, berakhir dan frustrasi. Kalau tak hati-hati malah bisa jadi gila. Tiba saatnya mengintrupsi pola lama.
Ingat lah selalu peribahasa ini bahwa Nasib suatu bangsa tidak akan berubah ketika bangsa tersebut tidak merubah dirinya sendiri.
Sebenarnya bangsa itu apa sih? Kata benda abstrak yang kita karang untuk menjelaskan sesuatu. Yang paling inti dari suatu bangsa adalah penduduknya, warga negaranya. Nah warga negara ini diwakili para individu.
Jika ingin merubah nasib Indonesia, para individu ini lah yang bertanggung jawab untuk merubahnya. Kalau mau Indonesia lebih baik, bekerja lah dari tinggkat individu. Dirgahayu Indonesiaku!
Memperbaiki Diri Memperbaiki Bangsa
Sering membaca kutipan Presiden AS John F. Kennedy saat pelantikannya kan? “Jadi, para warga Amerika sekalian: Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!“
Kutipan itu tak hanya berlalu bagi orang Amerika tapi bisa digunakan untuk seluruh warga negara di seluruh dunia. Termasuk Indonesia. Nah ketimbang terus mengeritik mengapa kita tak gunakan pertanyaan retorika itu untuk memperbaiki diri sebagai warga negara Indonesia?
Baca juga : Makan Angin di Jalan Desa, Mengamati Aktivitas Warga
Kuncinya dimulai dari pengembangan diri dan menaikan tingkat kesadaran sebagai warnga negara. Karena pengembangan pribadi adalah bagian penting dari pertumbuhan dan perkembangan individu. Keadaan yang memungkinkan kita menjelajahi bidang-bidang utama dalam peningkatan diri. Mengalirkan energi positif ke lingkungan.
Dirgahayu Indonesiaku!
Indonesia memang kaya dengan sumber daya alam. Ketimbang berkeluh kesah mengapa kita tak kebagian, sudah saatnya menyingsingkan lengan baju bahwa kekayaan itu juga bisa kita nikmati asal mau bekerja dan belajar.
Dirgahayu Indonesiaku! Memanfaatkan Kekayaan Alam Untuk Kemakmuran Bersama
Contohnya produksi dan distribusi gula aren seperti yang dilakukan Arenga Indonesia. Siapapun tahu bahwa pohon aren berlimpah di seluruh Indonesia. Padahal budidayanya masih sedikit. Dari yang liar saja, kalau digarap, niranya bisa memenuhi akan kebutuhan gula merah nasional.
Bahkan ketika kamu tidak menanam pohon aren sendiri, tidak menyadap sendiri, kamu masih bisa bisnis gula merah ini sampai ke manca negara.
Baca juga: Benarkah Orang Indonesia Pemalas?
Kuncinya adalah mengembangkan diri. Belajar. Membuka wawasan. Tidak segan bekerja keras. Dirgahayu Indonesiaku!
Kalau sudah melakukan semua yang diperlukan untuk bisnis gula aren, perasaan terpenuhi akan muncul dari dalam. Keadaan ini tak ganya menguntungkan kita dari sudut pandang profesional, tapi juga sebagai warga negara.
Memang masih banyak yang memerihkan hati kalau bicara tentang keadilan di negara ini. Tapi kita tak boleh kecil hati. Kita semua bisa berbuat sesuatu.
Dirgahayu Indonesiaku…
@eviindrawanto