Pantai Air Manis Padang dan Batu Malinkundang – Ketika Realita Berbaur Legenda.
Pantai Air Manis Padang tak bisa dipisahkan dari cerita Malin Kundang. Ini lah tempat dimana seorang ibu tua dan miskin mengutuk anaknya jadi batu. Ketika sang anak yang baru pulang dari rantau malu mengaku ibu pada wanita compang-camping yang datang menyambutnya.
Entah apa yang terjadi selama Malin di rantau sebab dia melupakan fakta bahwa ibu yang ditinggalkannya dulu juga miskin. Dan entah apa pula yang terjadi selama berpisah dengan Malin, si ibu yang dulu amat mencintai anaknya tiba-tiba jadi berdarah dingin. Sakit hati ia langsung menjatuhkan kutuk atas kedurhakaan anaknya. Padahal mereka baru bertemu setelah puluhan tahun berpisah.
Baca juga  Hotel di Bukittinggi Dekat Jam Gadang
Diatas Retuntuhan Kapal Malin Kundang
Tapi tak usah lah dipikirkan benar, namanya juga cerita rakyat, susah pembuktiannya. Yang jelas begitu lah akhir kisah perjalanan Malin Kundang di dunia: Menjadi batu. Cerita ini sudah ratusan tahun diterima sebagai kebenaran oleh sebagian masyarakat di Sumatera Barat. Sebab legenda itu dihidupkan oleh bangkai kapal dan patung Malin Kundang yang membatu di Pantai Air Manis Padang. Bahkan tempat ini jadi tujuan wisata cukup ramai hingga sekarang.
Piknik Ke Pantai Air Manis
Untuk kedua kali saya datang ke pantai yang tak jauh dari Kota Padang ini. Yang pertama waktu masih kuliah di Padang. Jadi sudah samar-samar ingatanya. Maka tak heran ketakutan saat menyusuri punggung bukit yang berliku menuju Pantai Air Manis. Takut mobilnya jatuh ke jurang yang mengaga di sisi jalan. Belum lagi jalan turun-naik, menyisir punggung bukit, hanya bisa dilewati satu mobil sementara sang supir ngebut pula.
Untung tak lama kami pun sampai di bibir pantai. Setelah memarkirkan kendaraan langsung menuju Batu Malin Kundang yang terletak di sebelah kiri pantai. Menyeberangi jembatan kecil, menerobas kios-kios penjual souvenir, sebelum bersua dermaga berupa onggokan batu.
Di ujung utara pantai panorama terbuka ke arah Gunung Padang. Dari pantai yang super landai tampak pula dua pulau kecil. Pulau Pisang Kecil (pisang ketek) dan Pisang Besar (pisang gadang) tak seberapa jauh dari pantai. Kalau air sedang surut bisa berjalan kaki ke sana.
Baca juga  Situs Prasasti Pagaruyung Batusangkar Museum Etnografi Minangkabau Bukittinggi Makam Keramat di Pulau Angso Duo
Foto Patung Malin Kundang
Patung Malin Kundang sebetulnya hanya onggokan semen. Terlihat sedang bersujut di tengah centang perenang isi kapal pecah. Tapi ini lah spot foto paling sering digunakan wisatawan kala berada di Pantai Air Manis. Kami pun melakukan hal sama.
Berdiri diantara gelimpangan tong kayu dan tali kapal serasa berada di buritan kapal Malin sendiri. Tak jauh dari buritan Patung Malin Kundang seperti sedang bersujud. Sebelum kapal dan semuanya jadi batu mungkin Malin sempat turun dan berlari minta maaf kepada sang ibu.
Pantai landai ini bukan lah legenda. Sesuai namanya, panoramanya manis. Landscape landai dengan pasir coklat keputihan nan lembut. Saat angin menghalau ombak ke tepi, pasir itu seolah ikut bergerak.
Ruang yang lapang kembali menerbitkan kuatir di dada saya. Dengan langsung terbuka pada Samudera Hindia, kalau terjadi Tsunami, penduduk sekitar pasti langsung hanyut bersama ombak.
Tak jauh dari bibir pantai terlihat dua pulau kecil Pulau Pisang. Sebenarnya mereka satu daratan hanya laut sedang pasang maka daratan mereka terisi oleh air. Jika air surut kita bisa jalan kaki menuju ke sana.
Cara Menuju Pantai Air Manis Padang
Dari manapun sobat traveler datang, ambil pesawat ke Padang terlebih dahulu. Pantai Malin Kundang terletak di belakang Gunung Padang. Alamatnya di Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota.
Akses menuju lokasi sudah terbilang baik. Jalan beraspal mulus. Tersedia pula rute angkutan umum.
Wisatawan yang menuju ke Pantai Air Manis bisa menggunakan transportasi umum. Berangkat dari kota Padang dengan menggunakan bus Trans Padang. Rutenya Lubuk Buaya- Pasa Raya hingga atas kota dengan melewati Jalan Raya Teluk Bayur. Kalau sudah sampai di persimpangan Pantai Air Manis, traveler bisa melanjutkan perjalanan dengan angkutan kota maupun ojek.
Harga tiket masuk Pantai Air Manis
Harga tiket masuk ke Pantai Air Manis cukup terjangkau. Hanya Rp5.000 ditambah parkir motor Rp2.000 dan parkir mobil Rp5.000.
Fasilitas di Pantai Air Manis
Pengelola sudah menyediakan fasilitas umum berupa tempat ibadah, kamar bilas, dan WC umum.
Bagi yang tak membawa bekal jangan kuatir. Di pinggir pantai berdiri warung-warung dan restoran dengan menu seafood maupun kuliner Padang. Ada ikan bakar, nasi kapau, es kelapa muda, maupun jajanan lainnya.
Untuk menikmati pantai juga disediakan gazebo. Penyewaan Perahu dayung dan perahu motor jika ingin menjelajahi kawasan perairan. Karena pantainya yang landai akan seru Jika kamu juga menyewa motor ATV yang sudah tersedia di sana.
49 comments
Subhanallah cantik niaaan pantainya… Apalagi foto mesranya itu bikin makin mupeng euy 😛
Hahahaha..Mbak Muna bisah ajah..
salam.
buk evi, apa yang saudari tuang disini, sangat bermanfaat. saya apresiasi sekali.
bagi yang berminat mengetahui tentang strategi pengembangan batu malin kundang dalam konteks kepariwisataan dapat membaca hasil penelitian saya yang berjudul strategi pengembangan ODTW Batu malin kundang dengan pendekatan manajemen strategi,
Terima kasih Pak Hendri. Semoga yang berkepentingan dalam pengembangan Pantai Air Manis dan Batu Malin Kundang bisa kontak dengan Bapak..
Saya ke Padang Th 1984 saat kls 1 SMP, kebetulan SMPN 10 dulu ada di Jl. Mata Air Padang,dekat dengan pantai Air Manis….kami biasa hiking kesana. Sehingga ingat betul disana hanya ada bongkahan batu yang menyerupai perahu terbalik namun hanya separuh. Th 1990 saya meninggalkan Padang menuju tanah kelahiran Surabaya.
Memang indah sekali pantainya, namun sejak kapan bongkahan batu itu berubah menjadi bentuk manusia beserta serpihan isi perahu…..tapi sah2 saja sih kalau memang dibuat demikian, mungkin untuk lebih meyakinkan legenda MALIN KUNDANG…..
Jadi…..yg asli bongkahan batu menyerupai perahu terbalik atau foto2 diatas…..sah2 saja sih.
Taragak pulang awak dibueknyo….tarimo kasih Uni…..
Tuhan mendengar doa sang ibu. Langit berubah menjadi hitam, awan hitam bergulung-gulung, petir menggelegar-gelegar. Hujan badai datang. Kapal si Malin Kundang terombang-ombing dihempas gelombang laut yang menggila. Malin Kundang yang merasa berdosa memanggil-manggil ibunya seraya minta ampun, tetapi sayang sudah terlambat. Kapal dihempas gelombang hingga terdampar di tepi pantai, lalu seketika berubah menjadi batu. Malin Kundang dan seluruh isi kapal berubah menjadi batu. Itulah dia batu si Malin Kundang yang dapat dilihat di Pantai Air Manis. Dikisahkan bahwa setelah berubah menjadi batu, ibu si Malin Kundang menyesal telah mengutuk anaknya, namun sayang nasi sudah menjadi bubur, si Malin Kundang tidak bisa menjadi manusia lagi (moral of the story: orangtua jangan suka mengutuk anak atau mengatakan hal-hal yang jelek tentang anak, karena doa orangtua itu adalah doa yang paling makbul).
Salam
Berbagi Kisah, Informasi dan Foto
Tentang Indahnya INDONESIA
Saya belum pernah ke sana Mbak.
Berharap bisa, harus menabung dulu ah biar bisa keliling Indonesia.
Amin. Insya Allah Mbak Zizy 🙂
Assalamu Alaikum wr. wb.
Subehanallah, indah pantainya
aku paling seneng mentapa keindahan pantai, laut, gunung, air terjun, menatapa kebesaran Allah, mampu menyejukkan mata, menentramkan hati
kisah tentng malin kundang memang sngt terkenal seantero 😀 , semoga pelajaran dari kisah ini mampu membumi pada diri kita, baik kisah ini nyata ataupun hanya sebuah fiksi belaka’, yng penting adalah mengambil hikmah dan pelajaran di dalamnya
salam dari makassar
Waalaikumsalam,
Terimakasih Mbak Neni. Semoga tiap kejadian dalam hidup kita atau orang lain selalu bisa diambil hikmahnya 🙂
Semasa kuliah di Padang dulu, saya kerap ke pantai tersebut, Uni, sekedar seru-seruan dengan teman atau untuk mengantar kerabat yang berkunjung ke Padang. Sepertinya, pantai Air Manis dan Batu Malin Kundang adalah salah satu tempat wisata yang sayang sekali untuk dilewatkan…
Setuju dengan komentator lainnya, foto gadengan tangan itu, cihuy banget deh.. Takah anak mudo nan sadang bapole-pole di taplau, hahaha.. 😀
Hahaha..Bapolean di taplu walau gaek ya Nyiak..
Saya pernaj ke pantai ini kak. Juga foto2 di situ 😀
Walaupun gak jelas kenyataan atau rekaan, “patung” atau bongkahan semen, tetap saja menarik buat foto2 ya 😀
Btq maaf lahir batin ya kak Evi. Maaf baru main ke mari. Saya lagi jarang2 BW akhir2 ini…
Berarti jejak kaki kita pernah bertemu disana, Niar 🙂
kalo biasanya pantai berair asin menghasilkan garam berarti pantai manis menghasilkan gula. hehe
Mungkin karena pemandanganya yang manis, Mbak Elsa 🙂
Pernah mendengar dan ingin berkunjung tanteeeee.
Btw, foto tante sm Om so sweet banget deh ah 😉
Hahaha..Makasih Teh..
Out Of Focus …
Waaahhh itu fotonya mesra banget …
Sebut saja foto “Post Wed” …
Mengenai Pantai ini …
Saya pernah kesana … dan juga melihat ornamen-ornamen tugu dari semen yang dibentuk seperti bangkai kapal dan malin kundang yang menyembah
salam saya Bu Evi
Kapan balik lagi ke Padang, Om? Mari kita jelajahi negeri itu dan memberitakannya pada dunia 🙂
mudah2an dilimpahi rezeki bnyak bair suatu saat nanti bsa pergi ksana 🙂 sangat indah
Amin. Insya Allah Nami Chan 🙂
buat saya pantai2 di sebelah barat itu dan semua kepulauan yg ada di laut andaman itu selalu terlihat cantik….
maaf lahir batin, mba.. baru berkunjung 🙂
Terimakasih, Mbak Hilsya. Maaf lahir batin 🙂
waktu ke sana aku kecewa patung Malin Kundangnya dari semen, kirain emang ada batu karang yg mirip
ke Pantai Air Manis ini dulu waktu masih jaman kuliahan
Hehehe..Ya begitu lah kondisinya Mbak Mon..Dulu sih ada batu hitam disana, namun sekarang tak tampak lagi..
Pantai Aie Manih…kunjungan kemarin dilewatkan Uni Evi, mengejar Pagarruyung. Menikmati dari postingan ini dulu. Salam
Dimaklumi Mbak Prih..Waktu yg terbatas dengan begitu banyak destinasi di Minang, yang paling ke kejar dulu mesti dijambangi ya..:)
Ternyata Malinkundang nggak dikutuk jadi batu tapi jadi “semen”…
Hahaha..Iya Pak Mars..Malin Kundang dikutuk jadi batu semen..
Saya baru tau kalau nama pantainya Air Manis 🙂
Aih, foto2nya semanis nama pantainya…
Hehehe..Makasih Mbak Akin
foto2nya bagus2 banget bu…
oh ternyata patung malin kundang itu kayak gitu ya. gak terlalu jelas ya bu.. kirain bener2 keliatan kayak orang gitu…
kok recently post nya aneh gitu ya… 😛
Gak tahu kenapa begitu tuh, Ko 🙂
Terimakasih Ko..Dulunya cuma batu hitam saja, tak begitu jelas ujud Malin Kundangnya. Namun belakangan batu hitam malin kundang itu lenyap entah kemana, Ko. Jadinya ya di ganti batu semen ini..Lebih menyerupai Malin yang sedang minta maaf 🙂
wah mantap pantainya saya belum pernah kesana.. mudah2an bisa kecapaian tahun depan
Amin. Semoga tahun depan Aidiel sampai di Aie Manih 🙂
Kalau cerita malin kundang saya sejak kecil sering dengar, nah klo pantai air manis sama sekali baru tahu. Kadang saya suka terbalik antara cerita tangkupan perahu dan malin kundang 😀 .
Hahaha..Saya juga suka begitu, Mbak Nella, kebalik-balik antara Tangkuban Perahu dengan Gunung Batok di Bromo…
Wah beberapa kali ke Padang belum juga sempat ke tempat ini. Lain kali ke Padang harus mampir nih.
Kelewat ya Mas Krish..Emang sih tempatnya agak jauh dari pusat kota. Tapi cukup menarik juga untuk nambah kawasan jelajah 🙂
sudah lama saya ada niatan hati untuk berkunjung ke pantai legendaris ini,
namun belum kesampaian juga..untunglah ada postingan yang bisa melepaskan kerinduanku akan keberadaan pantai ini..serasa aku sendiri yang menginjakkan kaki di pantai malin kundang…luarbiasa,
salam kemerdekaan 🙂
Insya Allah Pak Hari sampai di Padang tak lama lagi. Banyak yg bisa di eksplorasi di Ranah Minang, Pak. Salam merdeka!
ondee, uni denai..
pose bersama om indrawanto itu sungguh manis.. 😛
pantai air manis, sudah lama tak ke sana..
Hahaha..Tadi lagi sebel sama dia, May..Jadi masang foto ini ajah biar cepat hilang sebelnya
Belum sempat mampir ke pantai ini Mba, tapi yang paling indah dalam artikel ini adalah sepasang manusia yang sedang bersama di tepi pantai itu…… he,,, he,,,, he,,,,,
Salam wisata
Semoga Ejawantah sampai bentar lagi di Padang, Pak Indra. Hehehe..Makasih ya Pak,lagi nostalgia masa muda soalnya…