Sejarah Candi Muaro Jambi – Menziarahi jejak I-Tsing di Candi Muaro Jambi pada judul pos ini mungkin sedikit berlebihan. Tapi saya selalu merasa sensasi aneh setiap kali menginjak situs purbakala seperti candi-candi yang telah sukses melewati lorong waktu beratus tahun. Mungkin ada semacam kegalauan kala berdiri di atas kota yang hilang, dipertemuan masa lalu dan masa kini. Kegalauan yang diungkap dengan baik oleh Søren Kierkegaard bahwa: Hidup hanya bisa dipahami mundur; tetapi harus dijalani ke depan.
- Baca juga tentang Manusia Moderen Sudah Sampai dimana?
Dari tempat parkir perlu berjalan beberapa puluh meter untuk masuk ke dalam kompleks percandian Muaro Jambi. Membayar tiket Rp.5000/perorang untuk menjelajahi Kompleks percandian agama Hindu dan Budha, terluas di Asia Tenggara. Seluruhnya mencakup 3981 hektar, dua kali luas Borobudur. Saya berdiri di tembok terluar, bersusun bata merah sambil membayangkan keramaian masa lalu di sini, membayangkan kira-kira di sebelah mana I-Tsing menyalin kitab-kitab agama Budha ke dalam Bahasa Cina kuno yang kemudian ia kirim ke negerinya. Iya kompleks ini pernah sangat ramai. Bukan hanya sebagai pusat agama Budha, tempat persinggahan mahasiswa international dan pendeta seperti I-Tsing.
Berdiri tepat di tepian Sungai Batanghari, wajar jika tempat ini muncul sebagai kota pelabuhan, persinggahan pedagang dari berbagai kerajaan. Keramaian yang melahirkan kampus terbesar agama Budha, yang membuat I-Tsing tertarik mampir sebelum melanjutkan perjalanannya ke Nala -India. Di sini ratusan tahun lalu pernah terjadi pertukaran kebudayaan. Menziarahi Jejak I-Tsing di Candi Muaro Jambi akan lebih lengkap saat mampir ke Museum Candi Muaro, berada dalam satu lokasi.
Menyelam ke masa lalu di tempat ini terasa syahdu.
- Baca juga di sini : Berbagai Tempat Piknik Seru di Jogjakarta
Daftar Isi
Menziarahai Jejak I-Tsing Pendeta di Candi Muaro Jambi yang Membuat Kerajaan Sriwijaya Muncul dari Kegelapan Lorong Sejarah
I-Tsing, atau Yijing atau I Ching ; 635-713 CE, hidup semasa dinasti Tang Cina. Seorang biksu Buddha bernama asli Zhang Wenming. Ia juga pengelana, penulis, dan singgah di Sriwijaya dalam jalur pelayaran dari Cina melalui Selat Melaka menuju India. Pada persinggahan pertama ia mempelajari bahasa Sansekerta.
Kepada I Ching pula lah kita perlu berterima kasih. Berkat jasa dan tulisannya dalam Naskah Berita Dinasti Tang nama Sriwijaya dan Kerajaan Melayu muncul dari lorong gelap sejarah. Dalam kunjungan pertama tahun 672 M, ia bercerita tentang Kerajaan Mo-lo-yeu. Tapi ketika kembali 20 tahun kemudia, (692 M) catatannya tidak lagi menyebut Kerajaan Melayu tapi bagian dari Shi-li-fo-shih ( Sriwijaya). Kemungkinan telah terjadi perubahan besar-besaran. Menurut para ahli kemungkinan Kerajaan Melayu telah dikalahkan Sriwijaya.
I Tsing dan Sriwijaya tak terpisah.
Sejarah Candi Muaro Jambi
Kompleks percandian Muaro Jambi masih dalam rekonstruksi tapi sudah dipercantik untuk tujuan wisatawan. Lapangan rumput hijau yang lembut, berisi 80 situs peninggalan, dan dikelilingi oleh pepohonan rindang. Saat ini komplek candi masih terus dalam renovasi. Mendekati area ekskavasi, kami disambut seorang pekerja di sana. Ia siap berbagi cerita Jejak I-Tsing di seputar komplek.
Sebelum dipugar tempat ini adalah hutan belantara. Diawali 1918 sejarawan Perancis, George Coedes menerbitkan satu jurnal ilmiah yang menceritakan ia melihat banyak reruntuhan di sekitar Jambi. Tahun 1954 tim dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai melakukan pemotretan dan menyimpulkan bahwa kawasan ini erat kaitanya dengan kerajaan Sriwijaya. Hanya saja mereka perlu menunggu 21 tahun untuk memulai pekerjaan renovasi. Tahun 1975 mulailah aktivitas pemugaran candi candi yang kebanyakan sudah tertimbun dalam tanah dan ditumbuhi pepohonan yang lebat.
- Baca juga di sini : Jembatan Siti Nurbaya: Dari Fiksi ke Legenda Kemudian Terwujud Dalam Realita
Saat pembersihan hutan berlangsung reruntuhan Kompleks candi berupa manepo-manepo bermunculan. Yang paling menonjol 8 buah dan masing-masing diberi nama. Ada Candi Koto Mahligai, Kedaton, Gedung 1 dan 2, Gumpung, Candi Tinggi, Candi Batu, dan Astano. Saat dilakukan pemotretan udara terlihat bahwa kebudayaan kuno yang berlasung di tempat itu telah mengenal sistem pengairan. Iya du kawasan Candi Muaro Jambi terdapat sistem kanal yang dibuat mengelilingi tanggul.
Menziarahi Jejak I-Tsing di Candi Muaro Jambi – Gedung Koleksi Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi
Ohya sebelum masuk ke kawasan Komplek Candi sebaiknya mampir sebentar ke Gedung Koleksi Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi. Museum arca ini terletak di sebelah kanan pintu masuk. Di sini tersedia informasi tentang situs cagar budaya Muara Jambi lengkap. Selain berfungsi sebagai pusat informasi, museum arca juga menyimpan koleksi hasil temuan penelitian atau yang disumbangkan masyarakat dari kompleks percandian.
Yang ingin membaca tentang pesta rakyat lombok silah kan mampir Bau Nyale Pestanya Rakyat Lombok
Di dalam kotak kaca saya melihat batu bertulis. Ada juga bata bercap, bertanda, berukir, dan manik-manik. Arca, gentong besi dan bermacam pecahan keramik. Sementara untuk koleksi emas, mata uang, dan Gong Perunggu yang juga ditemukan di kawasan ini disimpan di kantor BPCP Jambi dan Museum Negeri Jambi. Benda-benda tersebut ada yang berasal dari Persia, Tiongkok, dan India.
Dalam komplek Candi Muaro Jambi memang ditemukan banyak benda-benda beraksara jawa kuno. Kalau mengerti epigrafi yaitu ilmu membaca benda benda bertulis pada masa lampau, pasti bertualang ke masa lalu candi ini akan sangat menarik.
Area komplek menyediakan sepeda untuk mengeksplorasi kawasan. Tapi saya sarankan teman teman tidak usah menggunakan. Selain berpotensi merusak batu-batu candi yang rapuh jauh lebih baik berjalan kaki. Karena kita dapat melihat pekerjaan penggalian yang masih berlangsung hingga saat ini. Saya mendekati salah satu menapo(gundukan) yang sedang dikupas selapis demi selapis untuk memperlihatkan susunan bata rapi di bawahnya.
Tempat yang pernah jadi kampus besar dalam menuntut ilmu agama Buddha perlahan tapi pasti akan memperlihatkan wajahnya sedikit demi sedikit.
Penyebab Ditelantarkannya Candi Muara Jambi
Menurut cerita abad ke-12 terjadi banjir bandang besar di kawasan ini. Setelah banjir usai membangkit kuman penyakit kolera. Guru dan murid murid yang selamat di kampus ini melarikan melarikan diri dari dampak endemi. Mungkin karena ketergesaan tak semua benda-benda berharga mereka bawa.
Itulah mengapa saat penggalian masih ditemukan cenderamata yang terbuat dari bebatuan berharga dan emas. Selama kurang lebih dari 500 tahun kawasan tersebut ditelantarkan tapi alam menjalankan perannya sebagai pelindung. Ia menimbun dengan tanah dan dedaunan, menumbuhkan pohon-pohon besar sehingga mengubur hampir seluruh kompleks.
Itu salah satu penyebab struktur bangunan yang terbuat dari bata banyak yang rusak. Dan agak sulit merekonstruksi sejarahnya.
Tapi bagi saya yang lebih masuk akal teori dari para ahli. Bahwa runtuhnya Dinasti Syailendra yang menguasai Pulau Jawa dan pulau Sumatera dapat dijadikan alasan mengapa Kompleks Candi ditelantarkan, hilang dari sejarah selama ratusan tahun. Seiring itu pengaruh Sriwijaya terhadap daerah daerah kekuasaannya juga menyusut.
Akibat peperangan yang salah satunya tahun 1015 diserang Rajendra Chola 1, raja di India. Tahun 1183 Sriwijaya sudah di bawah kekuasaan Dharmasraya. Setelah itu Sriwijaya dan seluruh bukti peradabannya dilupakan dalam ingatan kolektif. Begitu juga Candi Muara Jambi ini. Sampai akhirnya Sejarah Candi Muaro Jambi kembali ke dalam ingatan pada 1918 sejarawan Prancis George Coedes menerbitkan satu jurnal ilmiah yang menceritakan ia melihat banyak reruntuhan di sekitar Jambi.
Manepo Perjalanan Sejarah Candi Muaro Jambi
Terus terang saat Menziarahi Jejak I-Tsing di Candi Muaro Jambi ini saya sedikit sedih. Terutama saat memandang ke arah Manepo.
Ohya manepo adalah gundukan tanah yang membukit berisi reruntuhan bangunan atau tinggalan purbakala. Di Kompleks ini banyak sekali terlihat manepo. Ada yang sudah berupa tumpukan batu bata dan dilindungi di bawah cungkup dari panas dan hujan.
Tak sedikit manepo masih berada di bawah tanah. Menunggu giliran dikupas atau tidak sama sekali. Kerena menurut Mas Guide yang mengantar kami banyak pertimbangan untuk membuka situs-situs di sini. Salah satunya adalah potensi kerusakannya. Jika sudah terlalu rusak, menyingkap akan membuatnya tambah hancur lebur, maka tidak akan dilakukan.
Gimana gak sedih, coba? Sejarah Candi Muara Jambi yang tenggelam di bawah pasti menyimpan banyak cerita masa lalu kita. Kalau dibiarkan terkubur selamanya kita akan kehilangan sebagian masa lalu itu. Sementara bila bisa diurai banyak yang bisa dipelajari untuk digunakan menata masa depan lebih baik. Saya juga bertanya-tanya, seandainya buku harian I-Tsing di tempat ini bisa dibaca semua, apa saja kira-kira yang akan ia ceritakan ya?
Lokasi dan Tiket Masuk Candi Muaro Jambi
- Desa Muarojambi, Kecamatan Maro sebo, Kabupaten Muarojambi.
- Tiket masuk Rp5.000.
19 comments
wah, aku juga suka termenung mbak kalau ada di pertengahan masa lalu dan masa lampau, langsung kebayang dalam pikiran pas mengunjunginya. Asik mungkin yah mbak kl bisa explore pake sepeda
Selalu suka deh sama wisata sejarah. Dilematis ya kalau mau mengorek sejarah tapi ada kemungkinan malah merusak 🙁 apa mungkin ada orang yang lebih ahli supaya tetap bisa terjaga tapi juga bisa kita ketahui isi dan nilai sejarahnya?
Mudah-mudahan badan purbakala kita menemukan cara mengorek masa lalu tanpa merusak strukturnya ya Ogie
Bulan lalu aku berada di Jambi sekitar satu bulan karena kerja. beberapa kali melewati jalur muaro jambi yang menuju candi muaro jambi. mskipun lama, ga sempat mampir ke kawasan candi juga. Kalau kata teman-temanku yang asli jambi, dulu kehidupan masa lalu dimulai dari sekitar sungai batanghari. Akhirnya sungai batanghari juadi terkenal. Bahkan ada legenda dari orang-orang Jambi bahwa, “Jika seseorang telah meminum air sungai batanghari, kelak suatu saat orang tersebut akan kembali lagi ke jambi”.
entah percaya atau ga, bosku sendiri mengalami hal tersebut. beliau balik lagi ke Jambi setelah 38 tahun.
Mungkin karena Sungai zaman dahulu adalah sarana transportasi yang paling mudah ya mas Rivai. Jadi kehidupan bermasyarakat yang multikultur diawali dari delta sungai. Budaya juga berkembang dari sini. Jadi tidak heran bila kota di tepi sungai jadi ramai dan tempat persinggahan berbagai bangsa terutama dalam melakukan perdagangan
Aku pernah ke Jambi tapi belum eksplore ke mana-mana mba, huhu, selalu suka berkunjung ke tempat bersejarah, membayangkan bagaimana kehidupan zaman dulu
Membayangkan kehidupan macam apa di zaman dulu, rasanya itu yang paling asik dari sejarah ya Mbak Dew
Wah, luas banget ya.
Oh iya, nama candi-candi yang ada di kawasan Candi Muaro Jambi itu sesuai prasasti atau pemberian dari arkeolog yg menemukannya?
Duh sayang banget kalau dibiarkan terkubur aja. Kalau bisa dibenahi dan ditampilkan pasti keren banget nih.
Iya sayang banget kalau tetap dibiarkan terkubur. Tapi penggaliannya memang dilakukan tidak cepat sih karena membuka tanahnya dengan mengerok pakai sendok khusus selapis demi selapis. Semoga suatu saat kita dapat gambaran utuh dari Kompleks percandian ini
Belakangan Kalau mendatangi situs seperti ini, sambil menapaki lahannya sering terlintas di kepala; seperti apa kehidupan di masa lalu? ^_^
Kita sama kakak. Apalagi bila semingkir sejenak, Cari tempat duduk yang nyaman, udah deh menghayal tentang masa lalu di tempat itu
Seandainya mesin waktu itu ada. Pengen melihat keramaian daerah tersebut di masa lampau. Hebatnya di masa lampau, bahkan batu bata pun ada cap. Tentunya tidak menggunakan teknologi modern
Iya heran juga saya melihat batu bata sudah ada capnya. Gen Mereka ingin menceritakan sesuatu di sana. Atau merek zaman itu. Semoga para ahli bisa mengungkapkannya ya Mbak Mira
Waktu ke Jambi dulu tidak sempat main ke candi ini, padahal tidak seberapa jauh ya dari bandara. Makanya masih penasaran banget sama candi ini. Ternyata arealnya luas sekali yaa..
Apa ada kemungkinan candi ini dibangun pada masa yang sama dengan candi muara takus yang di riau ya? Krn muara takus juga merupakan sisa-sisa dr kerajaan Sriwijaya juga sih.
Bisa jadi Mbak Endah bawa Candi Muaro Jambi ini kurang lebih seangkatan dengan Candi Muara Takus. Cara arsitekturnya juga sangat mirip. Mungkin bukan hanya Candi Muaro dan Candi Muara Takus yang jadi peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Mengingat luasnya daerah kekuasaan mereka saat itu
Cuaca siang dengan angin lumayan kencang, saya membaca tulisan tentang candi, saja jadi membayangkan, betapa nilai budaya itu penting, bagaimana anak cucu kita dapat memahami sejarah, jika cagar budayanya tidak dirawat dengan baik.. Alhamdulillah candi muaro Jambi ini terawat dengan baik ya.. dan nampak indah dipandang
Iya Alhamdulillah Candi Muaro Jambi terawat dengan baik saat ini. Nanti dengan ditemukannya candi candi baru hasil penggalian kawasan ini pasti akan lebih menarik lagi. Dan akan tambah banyak cerita yang terungkap dari bawah tanah ya Mbak Ely
Bener Uni, gara-gara tes CPNS tempo hari, aku baca-baca lagi deh sejarah-sejarah Indonesia dan terutama kerajaan. Di situ juga diceritakan soal Kerajaan Sriwijaya dan sempat menyinggung Candi Muaro Jambi.
Jambi di mana lokasi Candi Muaro berada dulunya kan bagian dari Palembang ya, Mas Gallant. Aku pikir kerajaan membangun universitas di sini karena dekat dari mulut Batanghari. Daerah di Jambi ini sebagai area Rantau mereka