Green World Start From The Little Things – Bumi , sungai, gunung dan pepohonan! Ngarai dan lembah hening. Gemerisik air sungai jernih kala terbentur bebatuan. Rumput yang mengeluarkan aroma. Dan nyanyian burung yang hinggap di dahan.
Jika melewatkan waktu bersama suasana alam seperti ini perhatikan bahwa tiba-tiba kita merasa bahagia. Kalimat puitis dengan mudah keluar dari mulut. Kita mudah memuji Sang Pencipta dan bersyukur atas segala ciptaannya. Kok bisa begitu? Karena menurut teori yang dikenal sebagai “Biophilia hipotesis”, kita semua mencintai alam karena kita berevolusi di dalamnya. Kita membutuhkan alam demi kesejahteraan DNA yang membentuk siapa kita.
Daftar Isi
Tuntutan Kepedulian Kita Terhadap Masa Depan Bumi
Sementara itu pemanasan global yang diakibatkan berlimpahnya karbon dioksida (CO2) di atmosfer sudah jadi ancaman nyata bagi keindahan di atas. Bahkan juga terhadap keberlangsungan hidup di bumi.
Gas CO2 berubah jadi tudung dan menjebak panas di permukaan bumi. Penumpukan panas ini suatu saat akan membuat bumi mendidih.
Banyak penyebabnya. Penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas alam untuk energi atau memotong dan membakar hutan untuk membuat padang rumput dan perkebunan.
Aktivitas ini membuat karbon terakumulasi dan membebani atmosfer kita. Sementara itu pengelolaan limbah yang tidak memiliki standar keamanan dan praktek-praktek pertanian dan pertambangan ikut pula memperburuk masalah.
Baca juga:
- Batu Hijau Boot Camp: Ke Jogjakarta Untuk Menginspirasi
- Pemberdayaan Masyarakat Lingkar Tambang
- Batu Hijau Sumbawa BootCamp, Mengenal Dunia Tambang

Area reklamasi Batu Hijau
Green World Start From The Little Things – Peran Serta Tiap Individu
Jadi masyarakat dunia turun tangan untuk melakukan sesuatu. Setiap aktivitas mereka di arahkan mengurangi dan kalau bisa menghilangkan sama sekali pelepasan gas yang bisa jadi perangkap panas di atmosfer ini. Tindakan-tindakan yang membantu memperlambat laju pemanasan atau menghilangkan sama sekali, solusinya memang harus berada di tangan masyarakat.
Tak melulu harus diserahkan kepada pemerintah. Beberapa tindakan mengandalkan solusi global seperti perjanjian internasional. Sementara yang regional melibatkan negara, propinsi, kabupaten, kecamatan, RW, RT, dan akhirnya ke tingkat individu.
Dari tindakan individu, regional, nasional hingga solusi global ini lah diharapkan perlambatan dan kalau bisa menghentikan konsentrasi CO2 di atmosfer. Bumi yang tetap hijau pada akhirnya akan mensejahterakan evolusi DNA kita. Artinya beberapa ratus generasi di depan tetap bisa berpuisi kala bersitatap dengan birunya langit dan beningnya awan.
Baca juga:
Green world start from the little things – Ini bukan di batu Hijau
Green World Start From Little Things di Townsite Camp PT NTT
Dan saya mempercayai bahwa green world start from the little things. Tak masalah betapapun kecilnya akan menjadi masif dan membawa dampak besar dalam keberlangsungan bumi agar tetap hijau.
Pada kegiatan Sustainable Mining Bootcam batch 5 saya berusaha memperhatikan tindakan-tindakan hijau yang dilakukan di sekitar kawasan Batu Hijau. Bukan tentang reklamasi atau penempatan tailing di palung laut tapi tentang tindakan-tindakan kecil yang mendukung aktivitas besarnya.
Sebab dari tindakan-tindakan kecil ini lah kita dapat menilai kesungguhan PT NNT dalam melaksaksanakan praktek-praktek penambangan berkelanjutan seperti reklamasi ataupun penempatan limbah yang disebut tailing itu ke dasar laut.
Pagi pertama di Townsite Camp saya bangun dengan perasaan ringan. Jendela kaca tertutup embun. Pohon besar yang tumbuh di samping dan belakang mess daunnya menyimpan titik up air yang ditinggalkan malam.
Baca juga:
- Pesona Kebun Raya Minahasa
- Cerita Dari Teluk Buyat Mina
- 5 Aktivitas Seru di Tepi Danau Poso Tentena
Saya sedang menjemur handuk usai mandi dan menyempatkan diri menelisikan pandang pada keadaan sekeliling. Maklum check in semalam sudah agak larut jadinya tak bisa mengamati suasana sekeliling.
Tak beberapa lama beberapa Kera ekor panjang naik ke anak tangga lalu berkejaran di lorong mess. Satu diantaranya menggendong anak di perut. Sepertinya lorong mess lantai dua di mana saya menginap adalah taman mereka bermain. Karena tak mengantisipasi kehadiran mereka tentu saja saya terkejut.
Eh rupanya mereka lebih takut dari pada saya, buktinya langsung lari tunggang langgang saat saya bergerak hendak balik ke kamar.
Kawasan Air Terjun Perpas di Sekongkang – Sumbawa Barat
Kera ekor panjang memang tersebar luas di kawasan Asia Tenggara dan Selatan. Sementara di Indonesia endemik mereka adalah Nias, Nusa Tenggara, Simeulue, Sumatra, dan Sumbawa.
Artinya kawasan Batu Hijau adalah salah satu kawasan endemik Macaca fascicularis ini . Bahwa mereka mendapat perlindungan keras di sini terlihat pada peraturan yang melarang siapapun yang berada di kawasan Batu Hijau mengganggu atau menangkap mereka. Bila ketahuan dipastikan mereka segera di rumahkan.
Saya melihat banyak sekali Elang Kepala Botak terbang bebas di kawasan tambang Batu Hijau. Milik pribadi
Perlindungan terhadap hewan juga terungkap dari pesan Pak Ruby saat mengucapkan selamat datang kepada kami malam sebelumnya. “Jangan pernah memberi makan hewan-hewan lucu ini. Kehadiran tambang saja sudah mengganggu ritme hidup mereka, jangan sampai saat kegiatan tambang berakhir monyet-monyet ini tidak tahu lagi cara mencari makan.”

Seeokor anjing di dekat Haul Truck
Mengolah Sampah Makanan Jadi Kompos
Pukul tujuh saya dan teman-teman sudah berada di ruang makan Mess Hall Tambora. Suasana sudah hidup karena para karyawan Tambang Batu Hijau sudah mengisi meja dengan piring sarapan masing-masing. Usai meletakan ransel ke rak yang disedikan saya mulai celengak-celinguk.
Wah sarapan karyawan ternyata mewah. Bingung saya mau memilih apa saking beragamnya hidangan. Mulai dari jenis karbohidrat seperti nasi, roti, kentang atau pasta. Sementara di kelas protein ada daging, ikan, sosis, dan telur. Tentu tak ketinggalan aneka sayur dan buah. Dari jenis minuman ada susu, juice, teh dan kopi.
Pokoknya lengkap. Porsi badan dan umur sudah tak memungkinkan mengganyang semua jenis makanan yang tersedia. Karena hidup itu pilihan. Pihak NNT juga memberi pilihan kepada karyawan dan tamu mereka dalam memilih jenis makanan.
Taati saja porsinya yakni setengah sayur, dan seperempat karbohidrat dan buah. Maka saya memilih mengikuti saran yang tertera di piring dalam memperbanyak porsi sayur dan buah.

Suasana sarapan di Mess Hall Tambora
Karena tiap orang yang berada dilingkungan Townsite akan makan tiga kali sehari dan jumlah mereka ratusan, maka timbul pertanyaan, dikemanakan kah sampah dapur atau sisa makanan yang tak terpakai?
Seperti sudah saya perkirakan, sampah makanan basah sebagian dijadikan kompos lalu digunakan sebagai pupuk di lahan reklamasi. Sebagian lagi di dibuang ke landfill kelas 2 yang telah berijin. Di sana terdapat alat pengendali lindi (air yang dihasilkan sampah basah). Kebetulan saat tour enviro satu hari kemudian saya menemukan landfill yang dimaksud.
Piring yg akan selalu mengingatkan agar kita makan bijak
Jalan dan Bangunan yang Ramah Lingkungan
Sekalipun area pertambangan PT NNT bisa disebut City Mining (dekat dari kawasan tempt tinggal) tetap saja yang mereka kupas adalah pegunungan. Nah melintas di sepanjang Jalan Raya NTT Batu Hijau rasanya seperti melewati parit di pegunungan.
Mengamatinya dari dalam bus besar sungguh terasa sensasi eksotismenya. Apa lagi kalau melintas di pagi hari ketika roll of light sedang di puncaknya. Seperti memancar dari pintu surge, sinar mentara pagi berebutan turun dari tajuk pepohonan yang tumbuh di kiri-kanan jalan.
Sepertinya ini bukan lah area tambang yang serba macho. Dan permukaan jalan itu tidak dihotmix. Hanya aspal tipis dan disiram kerikil yang dipadatkan di atasnya. Guna mencegah terlalu banyak debu berterbangan secara berkala jalan tersebut disemprot dengan air.
Melintasi Jalan Raya NTT Batu Hijau. Sayang saya tak bisa membuat ROL saat itu
Kabel-kabel listrik diberi topi dari bawah guna mencegah monyet atau ular merayapinya. Jika sampai terjadi bukan hanya hewan itu yang mati tapi seluruh operasi tambang akan berhenti.
Monyet dan ular di larang naik ke atas kabel listrik
Hal yang sama terjadi di sekeliling Camp T3 (mess karyawan) di mana kami tinggal selama mengikuti Sustainable Mining Bootcamp. Jembatan penyeberangan, permukaannya menggunakan rangka besi berlubang-lubang. Terlihat ringan tapi kokoh. Tidak seperti jembatan yang terbuat dari cor beton. Karena kawasan Camp T3 berkontur (berlereng), mereka membangunkan jalan yang hanya diberi paving blok dengan tangga –tangga dari beton. Uniknya tangga tersebut sepertinya hanya ditempel di tanah alias bukan permanen.
Kota Kecil Berfasilitas Lengkap
Townsite Batu Hijau memang mirip kota kecil dengan fasilitas super lengkap untuk menjamin kenyamanan karyawan yang tinggal di dalam. Sekalipun bangunan seperti Camp T3 terlihat seperti bangunan darurat yang ditancapkan ke lereng bukit, semua rumah di bangun seragam mengikuti kontur tanah. Di sini tak ada perubahan kontur tanah demi tempat tinggal.

Permukaan jembatannya dari besi berangka
Lalu ada alasan mengapa semua faslitias tersebut dibangun secara compact tak lain apabila operasi tambang berakhir maka lebih mudah dibongkar dan kawasan akan dihijaukan kembali.
Saya tutup tulisan ini dengan kutipan paling terkenal di dunia konservasi: Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang kita; tapi meminjamnya dari anak cucu kita. Memang seorang konservasionis sejati harus memahami jiwa dari kutipan ini.
Untuk mewujudkan bumi yang bisa diwariskan itu prinsip Green World Start From The Little Things adalah fondasi.
Credit: Foto-foto yg tak diberi watermark milik teman-teman Bootcamp Batch 5
87 comments
kangennn NGarai jadinya…itu foto bukitnya bagusss…aku kangen lihat bintang-bintang di sana..kece banget soale
Di tempat seperti ini bintang-bintang membuka dirinya dengan sempurna Mbak Sari 🙂
piring makannya unik.. aku mau kalau dikasih oleh-oleh piring seperti di atas 🙂
BTW, artikel ini sangat bagus sekali, mengingatkan kita semua agar selalu sadar akan kelestarian lingkungan
Terima kasihMas Yos Mo 🙂
Trims mbak Evi yang sudah menuliskan semangat konservasi melalui tulisan ini. Semoga banyak yang membaca dan semoga banyak yg aware lagi terhadap dunia kita yg semakin hari semakin digerogoti
Iya. Insya Allah begitu ya Mbak Ev 🙂
Betul Mbak, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari sekarang untuk green world. Tapi kadang susah..hiks, matiin lampu aja yang gampang susah membiasakan diri.
Karena menjaga bumi ini tetap hijau memang butuh kepedulian semua penduduknya ya mbak Levina. Itu mungkin alasannya agar kita diingatkan terus menerus 🙂
wah tulisan nya bagus sekali mba,dan sangat menginspirasi sekali
Terima kasih 🙂
dulu aku alam yang indah…
ketika semua orang melihat keindahanku…
seakan mereka terbawa oleh angin lirih…
tapi sekarang ku takseindah dulu…
pemnasan global semakin meningkat
serasa aku akan segera hancur…
go green… pabosi.net
Semoga tetap hijau karena selalu dirawat tangan-tangan peduli 🙂
aku suka piringnya, boleh dibawa pulang ya
Kalau minta pasti dikasih Mbak Qeqe.. Aku gak kepikiran juga untuk dibawa pulang hahahaha…Cuman kayaknya susah bawa nya, masukin koper pasti pecah 🙂
ah betul uni sikap peduli lingkungan bisa terlihat dari hal2 kecil..
jadi sikap itu bukan sekedar jargon aja..
Sebelum yang besar harus dilihat dari yang kecil dulu, MM..Nah kalau dari yang kecil saja sudah beres baru kita lihat yang besarnya 🙂
Keren banget mba tulisannya, sangat mengalir
Terima kasih Mbak Vika 🙂
Tidak mudah memang mengajak masyarakat aware agar beberapa ratus generasi di depan tetap bisa berpuisi kala bersitatap dengan birunya langit dan beningnya awan.
Untungnya banyak pekerja sosial profesional yang konsen di bidang itu. Klop deh 🙂
Memang tidak mudah Mas Yo..Apa lagi industrinya bisa main akal-akalan menggunakan hukum. Tapi aku percaya bahwa kesadaran masyarakat dunia yang menginginkan bumi tetap hijau juga semakin tinggi. Sekalipun kita tak tahu dimana akhir pemanasan global ini, ya tetap saja berharap, ratusan tahun kemudian masih ada orang berpuisi karena melihat matahari terbit dan tenggelam 🙂
buuu.. itu piringnya bagus bangeeet
Hahaha..Iya Mbak Fey..Sebenarnya pengen minta satu untuk sovenir tapi malu…
Menarik Bu, bisa mendapat kesempatan visit seperti ini.
Iya nih Mbak Zy..Membuka wawasan banget visit seperti ini 🙂
Senang deh kalau ada perusahaan yang memperhatikan lingkungan kyk gini 🙂
Semoga diikuti oleh yang lain ya Mbak Aprillia 🙂
Tambang Newmont Nusa Tenggara Timur salah satu tambang yang sedikit adem ayem tak banyak benturan dengan berbagai pihak. Kita salut dengan pengelolaan tambang baik dan banyak manfaat bagi penduduk sekitar.
Piring itu mantap sekali, selalu mengingatkan hidup sehat dengan porsi pembagian yang harus dikonsumsi. Keren.
Piringnya mendidik orang yang mau makan agar bijak dengan makanan, Pak Alris. Peringatan simpel tapi mengena banget, kan..:)
Waahhhh, Keren, pengen bisa terus jalan – jalan kaya Bu evi 🙂
Ayuk atuh jalan-jalan juga Beny 🙂
Perusahaan pertambangan ini bagus sekali ya bu, hal kecil misal sampah bekas makanan pun terpikirkan di jadikan kompos, mengedukasi juga. Bangunan2nya pun banyak yang nggak di bikin permanen.
Selalu suka sama tulisanya Bu Evi 🙂
Iya Newmont sudah bagus. Semoga perusahaan tambang lain juga ikut mencontoh ya Mas Inggit.
Terima kasih Mas Inggit 🙂
setuju uni, semuanya bisa dimulai dari hal kecil, dimulai dari sekarang, dan dimulai dari diri sendiri ya. bahagia banget bisa melihat alam yg ijo royo2 gitu, hati jadi seger, moga2 anak cucu kita masih bisa lihat alam yg indah ini 🙂
Jika kita sebagai nenek moyang mereka bertanggung jawab dalam memanfaatkan alam, Isya Allah anak cucu kita pun kelak masih bisa melihat bumi yang hijau royo-royo 🙂
Seperti biasa, bahasanya mbak Evi indah sekali! 😀
Kegiatan tambang ini memang udah mau gak mau ya mbak, sedikit banyak merusak lingkungan, meski nanti dihijaukan tapi tetap saja jejak2 kerusakannya akan tetap ada. Cuma paling gak, sekarang ini udah banyak usaha untuk meminimalisir kerusakannya ya..
Kalau konteksnya kembali seperti semula memang gak mungkin Jeng Liz..Tapi ditata dengan baik dan benar untuk difungsikan pada kegunaan lain, misalnya pariwisata 🙂
Alamnya indah banget ya. Tapi sayang semakin kesini kok makin banyak yang rusak. Memang seperti buah simalakama antara kegiatan tambang dan pelestarian alam. Saya sejak tahu susahnya cari makan waktu kuliah (ya karena harus ada usaha dulu, keluar kosan, ke warung, antre, dsb) sudah gak pernah mau menyisakan makanan lagi. 🙂
Alam yang indah di sudah di rusak tangan-tangan tak bertanggung jawab dan nafsu serakah penuh kegelapan Mbak Silviana. Padahal setelah menambang bisa menghijaukan kembali ya..
Iya makanan eloknya diambil sekedarnya saja. Jangan berlebihan. Apa lagi jika jejak karbon makanan tersebut sangat panjang 🙂
Mba Evi, unik ya piringnya, mba. Pemandangannya juga natural banget. Sepertinya betah juga kalau ingin bersantai 🙂
Bila tiap hari membaca hukum makan yang benar seperti ini, Insya Allah masuk ke alam bawah sadar dan kebiasaan baik nancap selamanya di sana Mbak Rach 🙂
Tulisan dan fotonya lengkap, saya yg orang awam jadi nambah pengetahuan.
Btw capek naik bis terbayar ya mbak kalau lihat alam seperti ini.
Salam kenal dari Sidoarjo mbak. 🙂
Terbayar lunas Mbak Tatit. Tanpa naik bus yang melelahkan gak bakal bisa melihat suatu proses penambangan Batu Hijau 🙂
Kalau melihat foto-foto di postingan ini, aku malah jadi ingat tempat kerja sendiri di Natuna. Ruang makannya khas banget suasananya, suasana di lapangan 🙂
Bart kerja di pertamngan minyak kan ya? Wah kapan-kapan juga cerita dong tentang pengalaman di lapangan 🙂
Wah top tulisannya ibu evi. Ditunggu tulisan selanjutnya yaaaa bu 😀
Terima kasih Wulan. Ini lagi menyusun tulisan berikutnya. Lagi nyari angle yang pas 🙂
bila semua perusahaan melakukan demikian..alam akan tetap lestari yaa
acara yg menarik..tahun depan pengen ikutan juga bu
Iya kita berharap semua perusahaan tambang akan seperti ini Mas Aan. Menutup kembali luka yang mereka buat 🙂
Dengan segala yg nyaris sempurna, selalu tersirat, semoga semua siap ketika semua harus berakhir. Newmont maybe sudah pikirkan sejauh itu tp mudah2an masyarakat siap. Ah nggak kebayang saat rangka2 baja itu harus diruntuhkan
Insya Allah masyarakat Sumbawa siap Mbak Don. Dan harus siap 🙂
Harusnya kalau dunia tambang kayak gini tentunya negeri ini, mungkin juga bumi tetap lestari. Nggak banyak hutan gundul, bajir dan segala macam.
Betul, kita meminjamnya dari anak cucu kita.
Berharap semua tambang seperti ini Mbak Zulfa. Mengambil dan juga mengembalikan 🙂
Terima kasih Uni Evi, menyoal tambang dg cara berbeda, objektif setiap tindakan berorientasi pada 3P planet, people dan profit. Salam
Sekalipun segala kekyaan alam ini boleh digunakan manusia, alam menuntut laku bijaksana ya Mbak Prih. Mempertimbangkan 3P dalam mengambil mineral berharga dari perut bumi cara kita merawat titipan anak cucu 🙂
Seandainya semua perusahaan seperti ini, alam tidak akan marah pada manusia.
Iyah..Seandainya semua perusahaan mematuhi semua aturan 🙂
Pak Harto dulu menginstruksikan ‘pembangunan berwawasan lingkungan’
Tapi tetap saja ada yang membangun sambil merusak lingkungan.
Akibatnya banyak yang terkaget-kaget setelah kini banyak tanah longsor, banjir, kabut asap, dan lain-lain muncul.
Yang salah siapa ya?
Salam hangat dari Jombang.
Kadang orang ya gitu Pakde, ada hukum hanya untuk di langgar demi ekonomi. Kalau penambangan resmi sih mending, relatif lebih mudah diawasi oleh pemerintah maupun masyarakat mengenai tata kelola mereka terhadap lingkungan. Yang repot adalah para penambang liar. Beberapa waktu lalu saat ke Bima saya melihat sendiri bagaimana para penambang pasir liar beroperasi. Mereka gak perduli bahwa mengeruk pasir di tepi pantai itu mereka sedang mengundang bencana besar 🙂
wah saya seneng liat piringnya un. jadi mengingatkan mana yang seharusnya lebih banyak dikonsumsi. keren idenya.
salam
/kayka
Edukasi yang apik ya Kayka…:)
Wah emang enak ya kl duduk depan di bus bisa foto2 huehehe … ditunggu kelanjutannya Bu Eviieeee 🙂
Nah, mengapa selama di sana aku ngotot duduk di depan ini nih alasannya Timo. Walau tak selalu beruntung keduluan sama yang lan hahaha…
itu dimana ya mba ?? kayanya asing deh …
Waduh mbok baca sedikit atuh Mas Bro 🙂
Hehehe, iya Mba Evi, saya kalau melihat alam bawaannya bahagia aja.
Wah, beruntungnya bisa ikut ke newmoont
Pok8knya melihat alam yang permai napas pun jadi panjang dan dada langsung lega.
Iya nih Mbak Ety saya beruntung bisa ikut menyaksikan proses tambang dari dekat. Terima kasih ya Mbak 🙂
Mantap Bu Evi tulisannya, lengkap dan jelas
Tulisan Rahel juga bagus dan informatif. Makasih ya 🙂
Aku ngepans sm tulisan dan ide idenya bu Evi.. salam dr bandung! 🙂
Aiih senang sekali. Terima kasih Kak Toni. Salam manis dati Serpong 🙂
seriusan piringnya gw baru liat.. ide bagus tuh.. pengingat banget #KonsenManakan
Kalau tiap mau makan diingatkan, lama-lama nancap juga ya kebiasaan makan yang baik 🙂
Coool mba evi
Thanks Pak Arie 🙂
Contoh terdekat dg saya (sebenarnya banyak) salah satunya debit air sungai dibelakang rumah di kampung yang kian menipis sungainya jauh lebih dangkal dibanding dulu ga tau deh 5th lagi seperti apa insha allah lebih baik aja ya soalnya kan kampanye cinta alam&lingkungan kan semakin bayak semoga manusia bisa lebih bijak
Tanpa kita ikut memperburuk sebenarnya lingkungan juga berubah ya Mbak Ru. Kalau mau bumi tetap lestari, ya memang, tanggung jawab kita bersama lah untuk mempertahankannya 🙂
terimakasih sudah mengingatkan kami melalui tulisan ini bunda Evi 🙂
Tulisan bunda Evi berbobot sekali, terimakasih telah mengingatkan kami melalui tulisan ini 🙂
Terima kasih juga Azmi 🙂
Komplit Bu Evi
Hehehe..Terima kasih Mas Hendra 🙂
Mulai skrng gak mau nyisa-nyisain makanan lagi deh, Bunda. Nanti nambah-nambahin sampah, kan kalo di kota ga jelas sampahnya diolah kayak gimana…
Iya Kadek. Makanan memang sebaiknya diambil secukupnya. Mubazir kalau sampai dibuang. Tapi yang tak bisa dimakan bisa di kasih ayam..Atau masukan ke temapat sampah khusus (basah), nanti Bapak-atau Ibu yang memungut sampah mungkin bisa memanfaatkannya 🙂
BUnda … aku ngak pandai berpuisi, akan kah generasi turunan ku akan berpuisi ??? meskipun alam nya tetep lestari #LaluDikeplak
Hayah..Putis atau tidaknya seseorang gak melulu gen, Kak Cum. Siapa tahu nanti ada dari anak cucumu jadi pujangga besar. Tugas kita cuma memastikan bumi tetap indah untuk mereka 🙂
Akan kupastikan bumi ini tetep lestari untuk anak cucuku meskipun aku tak tau apakah aku bercucu haha
Insya Allah bercucu Kakak Cum..:)