Rumah Makan Inggil ~ Inggil Museum Resto – Menu Rumah Makan Inggil – Dalam bisnis restoran, konsep merupakan harga mati. Dengan persaingan yang begitu ketat, menu makanan yang hampir sama, ditambah rasa juga tidak jauh berbeda, konsep lah yang akan membedakan bisnisnya akan sukses atau tidak.
Peningkatan pendidikan dan penghasilan juga membuat pelanggan kian kritis. Di seberangnya ada competitor yang harus diperhitungkan. Mau tak mau bisnis tempat makan harus berbeda dari yang lain. Kita bisa lihat contohnya pada Gentong Sehat di Kudus dengan kosep resto sehat dan herbalnya. Konsep ini sukses diterima pelanggan dan restonya ramai setiap hari.
Baca juga Gentong Sehat Resto Herbal Kudus
Di Malang, Rumah Makan Inggil bermain dengan aura masa lalu. Konsep museum yang mereka kemas tercermin mulai dari bangunan, desain interior sampai menu board/ menu book, dan fotografi makanan. Tak ketinggalan harga jual juga tersatu ke dalam konsep yang dipilih.
Daftar Isi
Rumah Makan Inggil Malang Resto Dengan Konsep Museum
Saat menulis artikel ini sedang musim liburan. Kalender 2015 sudah akan ditutup dan selamat datang Kalender 2016. Kalau Sobat Traveler libur akhir tahun di Malang, boleh baca tulisan saya sampai ke bawah…Rumah Makan Inggil Malang berkonsep museum resto cukup recommended menurut saya.
Sore itu usai kunjungan ke Coban Rondo saya dan suami melepas lelah di warung kopi depan Hotel Pelangi. Memandangi lalu lintas yang relatif taratur di seputar alun-alun sambil mengunyah makanan kecil( dan tentu saja ngecek time line). Karena sudah lelah beraktivitas seharian kami tak berniat kemana-mana lagi. Tinggal di hotel menunggu malam mendekat. Tak lama datang seorang bapak dan menawarkan berkeliling ke Alun-alun Tugu dengan becaknya. Mengingat jarak Hotel Pelangi Malang dan Alun-alun Tugu cukup jauh sebenarnya kami menolak. Iba membebani Bapak itu dengan berat badan kami. Tapi lebih iba lagi saat ia mengatakan baru dapat penumpang satu orang sejak pagi.
Baik lah. Lagi pula saya memang ingin mengambil gambar area taman yang dibangun atas nama Jendral Hindia Belanda J.P. Zoen Coen itu.
Usai foto-foto di taman alun-alun kembali si Bapak bernegosiasi. Kali ini ia akan mengantarkan kami ke Rumah Makan Museum Inggil.
Karena kalimatnya tidak jelas saya pertegas: “ Maksud Bapak mau mengantar kami ke museum atau restoran?” Maklum lah saat itu saya belum punya informasi apapun tentang Rumah Makan Inggil . “ Rumah makan!” Jawabnya mantap.
Menurut Si Bapak lagi jaraknya cuma lima menit dari Alun-alun Tugu.” Disana ibu juga bisa foto-foto. Bagus-bagus pemandangannya” Katanya lagi “ Baiklah mari kita coba” Ujar Pak Suami. “ Jangan-jangan si Bapak dapat komisi dari Rumah Makan Inggil?” Bisik saya pada suami.
Inggil Museum Resto
Topeng-topeng cantik sebagai partisi antara lobby dan ruang utama
Maka kami pun diantar ke Inggil Museum Resto. Dari Alun-Alun Tugu dengan becak cuma sekitar lima menit.
Setelah menurunkan kami dan membayar, si Bapak kembali menawarkan diri akan menjemput setelah sekitar satu jam kemudian. Pengusaha gigih juga dia. Setelah disetujui dia pun bergegas pergi. Dan saya saling berpandangan dengan suami. Memandangi punggungnya yang tergesa pergi itu saya curiga ia janjian dengan pelanggan lain. Dan kami bukan penumpang yang kedua hari itu.
Baca juga Restoran Rebung Chef Dato Ismail – Tentang Siapa Kita
Memasuki Inggil zmuseum Resto, atmosfir masa lalu langsung terasa. Dari layout ruangan saya berkesimpulan bahwa sebelum dijadikan resto tempat ini dulunya rumah tinggal. Nuansa masa lalunya kian menyergap saat melangkah ke lobby. Lantai keramik berpola lama, patung Budha yang bersemedi, lemari jati kuno dengan hiasan naga di atasnya, dan foto-foto yang menceritakan sejarah Kota Malang. Cat hijau daun pada dinding dan hijau pekat pada lis pintu mendatangkan nuansa teduh. Di sayap kanan terdapat ruang makan dengan kursi rotan. Dindingnya penuh koleksi pita cassete. Tidak ada yang bisa ditanyai apakah pita-pita casset itu ada isinya atau apakah masih digunakan.
Ruang utama yang lega
Saya melangkah memasuki ruangan utama yang dipisahkan pajangan ragam topeng dari lobby. Suara gamelan Jawa beralun lembut menenangkan, menambah pekat suasana jawa timuran. Di belakang ruang tengah ini ada panggung yang pada hari-hari tertentu digunakan untuk pentasan tari topeng. Menurut petugas ada pertunjukan tiap hari Sabtu. Kedatangan saya hari Sabtu tapi tidak ada pertunjukan. Si Mas ternyata tak bisa menjelaskan kenapa hari itu tidak ada pertunjukan.
Mengeliling pandang ke seluruh ruang, koleksi benda antik sang empunya resto ternyata banyak sekali. Dinding dan rak-rak berisi benda-benda koleksi berharga. “Satpam yang jaga malam mesti banyak nih” Kata saya pada suami.
Ada bebek patah hati terus dia gantung diri
Menu Rumah Makan Inggil Malang
Ragam Menu Rumah Makan Inggil Malang mirip yang ditawarkan resto masakan Indonesia lain. Mulai yang berbahan baku daging, ayam, hidangan laut, dan sayur-sayuran. Yang sedikit istimewa adalah nasi jagung. Makanan pokok yang pada suatu masa pernah jadi olok-olok sebagai makanan warga negara kelas tiga sebab negara mengajarkan bahwa makanan utama adalah nasi putih. Cara berpikir sempit yang akhirnya menghilangkan keberagaman sumber pangan bangsa.
Baca juga Kuliner Malang: Nasi Buk Madura
Jadi saya memilih nasi jagung untuk menemani urap, cumi saus padang, tempe penyet, dan ayam goreng. Tadinya mau memilih beberapa menu yang menurut saya unik. Sayang unavailable. Menurut Mbaknya menu seperti itu harus dipesan sebelumnya alias tidak bisa dadakan. Dan harus dipesan untuk rombongan bukan perorangan. Entah mengapa begitu mungkin membuatnya susah. Saya kembali membalik-balik menu dengan sedikit kecewa. Sejujurnya tadi memang berharap lebih. Misalnya menemukan sayur jantung pisang atau semacamnya. Karena tak ada ya sudah akhirnya memasan menu standar.
Kalau ditanya soal rasa, menurut saya sih, menu Rumah Makan Inggil it so so saja. Di Tangerang lebih banyak resto dengan rasa sekelas ini.
Tapi kemudian jika kembali ke konsep museum resto pengalaman makan di sini memang lebih istimewa. Kita bisa membuat foto-foto cakep untuk Instagram. Jadi pada akhirnya tergantung selera dan pilihan ya. Namun saya sarankan yang sedang berlibur di kota bunga ada baiknya mencoba museum resto di Malang ini. Benaran gak rugi.
Urapnya memang sedap
Alamat Rumah Makan Inggil Malang
Jl. Gajahmada No.4, Kiduldalem, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65119 Telp. (0341) 332110 Buka Pukul 10.000 Tutup Pukul 22.000
Selamat berlibur di Malang, sobat Travelers…
26 comments
sederhana, tapi penuh dengan sejarah… saya suka coraknya… sangat indonesiawi (y)
Berada dalam rumah makan ini memang mengenyangkan mata dan perut Mas Arief 🙂
Suasana tambah syahdu dengan alunan musik jawa ya, Mbak. Adeem restonya. . . 🙂
Aku sukaaaa banget dengan alunan gending jawa itu Mbak Idah 🙂
Boleh motret pake kamera DSLR mbak? Soalnya dibeberapa tongkrongan di malang saya baca di blog ga boleh moto pake DSLR cuma hape dan digicam aja.
Boleh Mbak Ru. Pemiliknya lebih gaul hahahaha…
aah pak becak udah seperti pemandu jempolan yg tau tempat bagus ya
aku naksir tegelnya
MM, pasti betah banget berlama-lama di sini. Pasti gak mau pulang sebelum selesai melihat semua koleksi mereka 🙂
Jadi restoran ini menang di suasana dan konsep ya Mbak, soal makanan mungkin biasa saja :hehe. Konsepnya memang unik sih, jarang-jarang ada yang makan ditemani artefak seni kuno dan banyak patung-patung. Bolehlah disambangi kalau ingin suasana makan yang berbeda. Terima kasih, ya!
Mengiyakan semua pendapat, Gara. Kalau ke Malang jangan lupa mampir ya 🙂
Selalu takjub kalau lihat restoran punya konsep secakep itu. *komen dari yg bercita cita punya restoran hehehe*
Amin. Insya Allah secepatnya tercapai ya Mas Yan 🙂
Aku mau balik lagi ke Malang,krn kmrn blm ksampean ksini.. Jd penasaran jg sm rasa masakannya si resto Inggil ini. Meski rasabya standar tp konsep museumnya bikin beda ya mbak..
Nilai tambahnya yang paling banyak, menurut saya, memang di ruangannya, Mbak Jade. Cantik 🙂
cantik bauat foto2 tapi rasanya biasa saja ya mba 🙂
Kalau pendapat saya sih begitu Mbak Desi 🙂
Ulala,,, resto – resto seperti ini mbak,,, biasanya yang menarik perhatian pengunjung. Biasanya harganya bisa di bilang lumayan,,, tapi yaw desain bangunannya membuat ingin berlama – lama di restonya,,,, hehehe
Yang senang foto-foto narsis tempat ini menyenangkan, Mas Anis 🙂
Hah? Itu serius cuma makan berdua doang? Habis tuh semuanya? Waaaw
Hahaha..Serius berdua Mbak Ade..Ssst..tapi jangan bilang-bilang ya..Makanannya gak habis…Kecuali urapnya memang tandas tak bersisa…:)
Tempatnya bagus.
Daya tarik resto ini, rasanya, memang di tempatnya, Pak Alris 🙂
Tempatnya itu loh…. keren pake banget. Kalo masalah enak atau tidaknya sebuah masakan, ya relatif. Kan standar rasa enak itu tiap orang beda-beda
Iya tempatnya Instagramable banget. Asyik kalau mau bikin foto-foto cantik 🙂
Tadinya saya bilang saya mau coba mampir kalo pas ke Malang tapi kalo rasanya ya standar aja sih. Hehehe. Apalagi di Jawa Timur Mbak. Mestinya bumbunya lebih berasa kan ya.
Menurutku sih gitu, Mas Dani. Namun tergantung selera juga kali ya..Standar lidah kan beda-beda 🙂