Suatu hari dalam perjalanan ke Cianjur dan sedang asyik ngetweet suami bertanya seperti ini : “Andaikan kita punya kebun durian terus panen dan buahnya untuk dijual bagaimana cara kamu mengemasnya agar sampai di pasar?”
“What?”
“Bagaimana cara membawa buah durian ke pasar?”
“ Karungin saja terus sewa mobil pickup.”
“Kalau duriannya sedikit ongkosnya pasti mahal atuh..” Bantahnya.
“Yah kalau gitu tak usah dijual, makan saja sendiri.”
Jawaban sak enak udele itu standar saya kalau sedang asyik dengan sesuatu terus dapat ganguan seperti pertanyaan aneh itu. Dan pertanyaan itu juga standar jengkel dari suami kalau ia mulai tak nyaman melihat saya lebih lekat ke sesuatu seperti gadget ketimbang memperhatikan dunia sekitar.
Jadi sodara-sodara, tulisan ini bukan tentang tips cara membawa durian ke dalam pesawat yang memang dilarang peraturan tapi masih sering diakali para penumpang. Ini adalah cara membawa durian dari kebun ke pedagang pengecer terutama kalau produksinya sedikit. Alih-alih sewa pickup pergunakan ojek motor.
Cara Membawa Buah Durian
Saya pajang fotonya. Siapa tahu ada yang membutuhkan di masa depan. Terutama blogger wanita yang lebih mencintai dunia sosial media ketimbang memikirkan pengemasan durian yang kebunnya saja tak punya.
Ikat satu persatu buah duriannya dengan tali raffia, potong dan sisakan beberapa senti. Setelah semua siap satukan jadi satu rangkaian. Ambil sepotong bambu yang panjangnya kurang lebih setengah meter. Gantung rangkaian durian tadi pada kedua ujung bambu. Siap deh dipikul dan dibawa pakai sepeda motor.
Cara membawa durian seperti ini tentu saja lebih aman ketimbang memasukannya ke dalam karung. Selain bisa melukai sadel motor kalau ikatannya tak terlalu kencang dan karung bergeser durinya yang tajam siap melukai sang pengendara motor.
@eviindrawanto
21 comments
Waaahaaaa.. Jadi tahu saya mba. Makasih sudah diceritakan.
Btw maen gadget sendiri emang bikin senewen orang di sebelah ya mba. Hehehe.
Bagi yang sedang main gadget tingkahnya itu menyenangkan ya Mas hehehe..
kreatif nih ide membawa duriannya
Kreativitas yang lahir sesuai kebutuhan ya Mbak Lid 🙂
berhubung saya gak suka durian, jadi gak akan pernah bawa durian. hahaha.
Lah kalau Emma nanti minta dibawain gimana, Ko?
Hahaha …
Cerdas juga ya …
Yang sering saya lihat memang durian yang banyak … semua dinaikkan pick up … selesai …
nah kalau yang sedikit-sedikit ini yang jadi masalah … ternyata diikat seperti itu ya … 🙂
Salam saya Bu Evi
(24/2 : 20)
Ini posting aku yang paling geje ya, Om hahaha..Apa pentingnya membahas ini coba?
Yang sering Saya lihat di desa juga gitu, Mba. Tapi, kadang kalau goyang2 bisa melukai kaki yang menjaga dibelakang itu. 😀
Kudu hati2 banget memang, ya. Krn berduri.
Iya juga ya Mbak Idah .. Kalau motornya ngerem mendadak, alamat duri2 itu bakal nancep di betis..:(
biasanya sih saya liat pake peti, jadi aman hehehe
itu ga takut nyengool yang lain hehe
Kalo pas musim durian seperti sekarang tempat saya juga banyak yang bawa pakai motor mbak Evi. Tapi dimasukkan dalam kronjot.
Kalau saya dulu sih, bawa durian digantungi di bawah pijakan motor gitu. Misal empat dibagi dua trus disangkutin di situ. Imbang dan ga usah dipegang, diinjek aja pakai kaki..
dari ikatan buah durian muncul aneka pesan nih Uni Evi…
*Memangnya enak dianggurin penikmat gadget hehe…
*sekitar kita menarik jadi materi foto maupun tulisan inspiratif
Salam hangat
Ide yang sangat cerdas dan kreatif Mbak Evi..
kalau sedikit, diikat pakai tali rafia, terus diikatkan pada pijakan pembonceng di belakang (dengan syarat, nggak ada yang membonceng)
Kalau agak banyak, pasang bronjong dibelakang, baru duriannya dimasukkan ke bronjong.
kalau buaanyak, pakai pick up
He3 saya kira yang bawa duriannya Uni sendiri…. 🙂
Mendadak jadi kepengen makan durian nih, Mbak 😀
Hahaha
jadi ada pengetahuan baru kebetulan saya sering ke kebun langsung makan durian
Makan durian di kebun itu, duh, kayaknya indah banget deh Pak Munir 🙂