Masjid Agung  Jawa Tengah – Sudah kebanyakan membaca tentang Masjid Agung ini, sudah kadung terkagum-kagum melihat fotonya, makanya begitu sampai di Semarang saya memastikan mengunjungi tempat ini. Apa lagi sehari sebelumnya Mas Bambang The Aroeng Binang pamer fotonya di Twitter. Foto yang diambil dari atas Menara Al Husna itu sukses membuat saya pengen punya foto serupa.
Kebetulan sopir mobil yang kami sewa tahu banyak tentang pariwisata Kota Semarang. Pulang dari Sampo Kong ia langsung mengarah ke Sambirejo. Tak lupa ia meneritakan hubungan historis antara Masjid Besar Kauman Semarang dengan Masjid Agung Jawa Tengah. Yang ketika saya konfirmasi dengan Mbah Google semua ceritanya betul. Bahwa tanah yang ditempati Masjid Agung Jawa Tengah ini merupakan tanah wakaf Masjid Kauman dan sempat tak jelas kepemilikannya sampai akhirnya kembali.
Gambar Masjid Agung
Adzan Magrib sedang berkumdang begitu saya menjejakan kaki di pelatarannya. Sendu dan syahdu. Lampu-lampu sudah menyala. Saat mengarah pandang pada pelataran muka yang disangga 25 pilar, langsung ingat para gladiator yang bertanding di Koleseum di dalam film Holywood. Langit senja yang semakin pucat memendarkan awan semburat biru kehitaman. Membuat gambar di sana sore itu terasa syahdu.
Iya ini rumah ibadah. Tempat semua asa umat yang percara diletakan di dalamnya. Tempat kerasnya doa dilantunkan. Dan ketika kata-kata berubah jadi relasi atas- bawah, Yang Atas dengan sang hamba, apa lagi yang saya harap selain atmosfir yang mistis yang susah saya jelaskan dengan kata-kata.
Sama seperti semua pengunjung saya membuka sepatu di tanda Garis Suci yang sudah ditentukan. Jauh dari tempat shalat, melintasi pelataran lebar yang dilengkapi 6 payung raksasa. Karena tidak punya kantong plastik untuk menyimpan, berdoa saja sepatu itu tak lenyap saat usai shalat. Kalau hilang saya akan nyeker sampai ke Tangerang. Dan Alhamdulillah ternyata saya tak perlu nyeker.
Baca juga :
- Masjid Jami Air Tiris Kampar Riau
- Masjid Merah Panjunan Cirebon
- Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus
- Masjid Terapung Pantai Losari
- Masjid Itje Tasikmalaya
Selain tempat ibadah fungsi lain dari Masjid Agung ini adalah aktivitas sosial seperti pendidikan. Usai shalat Magrib saya kembali undur ke pelataran, memperhatikan beberapa kelompok anak muda menggunakan fungsi sosialnya dengan berdiskusi. Lampu-lampu yang berasal dari tiang payung kuncup elektrik membuat lantai marmer putih yang mereka diduduki bercahaya seolah mewakili jiwa muda yang begitu semangat menimba ilmu. Saya jadi mellow sendiri, ingat kegiatan remaja masjid semasa di kampus dulu.
Menara Masjid Agung Jawa Tengah
Menara Al Husna Masjid Agung Jawa Tengah berdiri kokoh di kiri pelataran masuk. Tingginya 99 meter mengikuti nama-nama Allah dalam Islam. Buka dari pagi sampai shalat magrib dan dibukan kembali usai shalat hingga pukul 21.000. Di sini terdapat café dan perpustakaan yang sayang sekali sudah tutup saat saya hendak naik ke sana. Jadinya langsung ke lantai 18, pelataran tertinggi, melingkar 360 derat, dilengkapi teleskop yang bisa digunakan mengamati kota Semarang dan sekitarnya.
Dari atas menara Masjid Agung Jawa Tengah seolah cungkup cendawan yang muncul dari kegelapan.
Gerimis mulai mengucur satu-satu saat kami turun kembali. Sesaat sebelum meninggalkan lokasi udara semakin lembab dan bau hujan menyeruak dari kegelapan. Hati saya ikutan teduh.
Sesaat meninggalkan halaman Masjid Agung Jawa tengah ini saya berdoa. Semoga bisa datang kembali ke tempat ini.