Makan Meja – Dalam bahasa Tionghoa disebut Cia-Ciu, sitting party, dimana 10-12 orang duduk mengelilingi meja bulat. Tempatnya bisa di restoran, gedung pertemuan, atau hotel. Event-nya meliputi pesta pernikahan, ulang tahun, selamatan gedung baru, arisan, dan lain-lain. Hidangan dipesan berdasarkan paket permeja dan disajikan satu persatu dan berurutan. Dimulai dari appetizer, soup, main course, dan dessert.
Kota Pekalongan sedang panas terik saat rombongan kami memasuki restoran dimana resepsi pernikahan akan berlangsung. Ini pesta kecil dan hanya untuk keluarga dan teman-teman dekat sang mempelai. Jadi mereka memilih cara makan meja.
Setelah bersalaman dan beramah tamah dengan keluarga besan, penerima tamu membawa kami ke dalam ruangan yang sudah tertata sekitar 50 meja. Bertaplak merah, kursi terbungkus kain putih yang diberi pita merah. Di atasnya sudah ada welcome drink lengkap dengan gelas untuk setiap orang. Juga ada daftar menu yang akan disantap dan nama mereka yang akan menempati meja tersebut.
Reservasi Sebelumnya
Jauh-jauh hari pihak keluarga sudah merancang secara seksama siapa yang akan duduk dalam satu meja. Biasanya mereka yang sudah saling mengenal. Kadang juga berdasarkan hirarki umur. Jadi orang tua takan didudukan bersama remaja, apa lagi anak-anak. Makanya untuk pesta semacam ini butuh reservasi sebelumnya. Setelah undangan dilayangkan pihak pengundang akan menghubungi tamu satu persatu memastikan apakah mereka bisa datang atau tidak. Konfirmasi juga mencegah agar makanan tidak mubazir. Sekalipun isi meja hanya lina orang, bila perpaket (permeja) dihitung 10 orang maka makanan yang akan keluar tetap untuk 10 orang.
Dalam ruang yang tak begitu besar dengan penyejuk udara yang pas, suasana kekeluargaan dan keriaan ala Tionghoa kental terasa. Saya rasakan pesta semacam ini lebih menyenangkan karena lebih private dan lebih akrab. Sepertinya ini juga bisa dijadikan ajang reuni. Sebelum acara dimulai terlihat beberapa kerabat lama tak jumpa saling mendatangi meja untuk bertegur sapa dan update mengenai kekinian masing-masing.
Parade Makanan
Urut-urutan Menu Makan Meja
Makan meja didahului oleh parade makanan. 10-15 waitress masuk ke dalam ruang resepsi dengan berbaris. Mereka berjalan menuju ke arah pelaminan kemudian menyebar ke meja-meja berisi tamu. Dalam tangan kanan masing-masing bertengger nampan hidangan pembuka. Dalam beberapa menit kemudian denting sendok, garpu dan piring pun mulai terdengar.
Urutan menu yang tersaji mengikuti daftar yang bisa kita baca di atas meja. Dari pembuka sampai desert disajikan 8 macam menu. Dan dari satu menu ke menu berikutnya diberi jeda sekitar 30 menit atau kurang. Di samping memberi kesempatan menikmati sambal makan juga digunakan tamu untuk mengobrol. Topiknya tentang apa saja. Entah makanan yang sedang dinikmati, relasi dengan mempelai, dan bahkan bisnis. Dalam kesempatan ini pula mempelai turun dari pelaminan, mendekati meja-meja tertentu, bersalaman, dan mengucapkan terima kasih telah datang.
Yang unik adalah setelah appetizer dan soup, main course tidak dinikmati bersama nasi. Jadi bila dalam makanan utama terdapat ikan gurame asam manis atau udang saus telur asin, ya dinikmati sebagaimana adanya. Makanan padat seperti nasi atau mie disajikan paling belakang, sebelum dessert.
Pernah kah teman-teman mengalami makan meja seperti ini? Bagaimana kesan teman-teman sekalian?
Berikut beberapa foto menu makan meja…
Appetizzer
Sop Kepiting Asparagus
Gurame Asam Manis- salah satu main course
Ayam Jahe
Es buah – dessert
37 comments
Yang pasti abis kondangan kenyang banget ya mbak..8 menu enak2 smua hehehe…
Kalo dlm syukuran pernikahan adat Arab hampir sama si mbak..tamu duduk mengitari meja trs diantar beberapa menu..biasanya 5 menu yg terakhir adalah es puter tapi memang udah jarang yg pake adat seperti ini lebih praktis prasmanan x ya
Iya Mbak Muna, sampai sesak ikat pinggang hahahaha..
Makanya kalau ikut makan meja harus ngambil porsi dikit-dikit aja, biar gak eneq …
Prasmanan memang lebih praktis dan tamu yg diundang muatnya juga lebih banyak 🙂
Saya belum pernah makan dengan gaya seperti ini, Mbak :hehe. Ini mirip gala dinner begitu ya :hehe.
Sesuatu yang menantang bagi penyelenggara adalah bagaimana mengatur posisi duduk setiap orang–yah, kadang ada beberapa yang punya preferensi tertentu, misalnya ada yang kepengin duduk sama si ini atau yang tidak kepengin duduk dengan si anu :hehe.
Menunya terlihat mengenyangkan dan menggugah, dan saya tak perlu ragu lagi kalau yang memasak adalah saudara Tionghoa, di tempat asal saya mereka terkenal punya makanan terenak di seantero kota :hihi. Tapi kalau makan gurame tanpa nasi… ah, bagi saya kurang lengkap :hehe. Btw, olahan nasi yang disajikan di akhir itu bukan nasi putih plain, kan? :hehe :peace.
Wah Gara teliti sekali. Emang makanan padat yg disajikan terakhir itu kalau bukan nasi goreng atau mie goreng, Gara
ya ampuun itu makanan enak-enak semua hahahaha lapar. Saya suka reservasi begini sebenarnya membantu pengeluaran tapi rasa-rasanya kebiasaan ditempat saya yg begini sulit dimengerti
Ya kan memang begitu lah budaya umat manusia, Mbak Ru, beragam. Satu kebiasaan dalam satu kelompok tampak aneh di kelompok lain..Dan itu yang paling menarik diperhatikan saat kita bepergian 🙂
Kalau dulu suka ledek2an di rumah sama mama n kakak2. Gak mau makan meja. Mana enak meja dimakan. Hahahahah.
Kalau makan meja gini kita yang diundang agak gak enak Mbak. Jujur. Karena biaya mereka lbh besar kalau makan meja. Jadi siapkan angpao lebih dr yang prasmanan biasa.
Tampaknya makan meja memang lebih mahal Mas Ryan. Di samping makanannya yang jelas lebih terjamin–kalau prasmanan, kadang tamu yg telat datang gak kebagian– pelayanan juga lebih personal..
Dan orang Tionghoa mengerti dengan sendirinya ya, bila diundang perjamuan makan meja, isi angpao lebih besar hehehe…
Paling enak kalo undangan makan meja. Gak perlu antri antri ambil makanan. Hahahaha.
Btw kenapa pula bhs Indo nya makan meja ya padahal mejanya gak dimakan :p
Penamaan itu, mungkin mengambil sisi praktisnya saja, Ko. Kan ribet kalau menamainya Makan Bersama di Meja hehehe…
Unik sekali budaya Tionghoa yang ini. Kental sekali nuansa keakraban 🙂
Acara seperti ini jadi ajang silaturahim juga Mas Rifqy..:)
Saya kirain tadi makan meja apa gitu, meja kok dimakan haha…
Tentu ini makan biaya besar. Tapi saya yakin yang ngasih angpao juga ngerti ini butuh biaya besar, tentu angpao yang diberi nilai uangnya juga lumayan besar, minimal diatas nilai uang angpao untuk prasmanan.
Panitia pasti bekerja keras untuk mewujudkan pesta macam ini.
Untungnya yang dimakan hidangan di atas meja aja sih Pak Alris. ..
Acara makan meja sepertinya emang lebih ribet 🙂
Saya pernah juga mba Evi…dan betul, menu makannya ndlidiir…alias mengalir seolah tak berkesudahan…hehe…
Wui…lihat foto2 makanannya jd ngileer.. 🙂
Pokoknya kalau mau ikut makan meja sebaiknya owrut dikosongin dari rumah, Mbak Mechta hehehe…
Pernah kayak gini, Mba. Dulu di Medan saya sekolah di sekolah yang mayoritas muridnya itu orang Tionghoa. Enak, ga capek wkwkwk. Tinggal nunggu makanan dateng ke kita.
Kalau gak suka hidangannya tinggal dilewatkan saja ya Mbak Haya 🙂
kalau di acara blogger di bagi berdasarkan kedatangan ya mbak, yang menempati meja tersebut
Nah iya Mbak Lia..Kalau acara sdh bertema seperti blogger gathering, biasanya diatur siapa yg datang duluan. Ada juga sih yang nyari teman yang dikenalnya 🙂
Memang asik kalo di resepsi kayak gini ya mbak, gak susah antri, gak susah makannya juga…hehehe
Dan gak pegal berdirinya Jeng Lis. Maklum kalau kondangan biasanya kan pakai sepatu tinggi hehehe…
enak yang model makannya begini, jadi bisa ngerasain semua. gak bete sama yang egois kalo makan model prasmanan. gak nginget orang ngambilnya banyak eh pake disisain.
salam
/kayka
PS. uni kalo mau ngeadd blog yang ini gimana caranya ya?
Iya kalau makan prasmanan memuaskan bagi yang rakus2 Kayka. Kita juga menemukan perangai jelek itu di resepsi prasmanan ini 🙂
Aku suka cara pesta makan tionghoa hahahaaa…. AKu lama di Batam, sering dpt undangan tionghoa. Asik, makanan berlimpah & rame2 nggak kebanyakan basa basi.
Waaah…ckup banyak ya satu mejanya.
Itu yang hadir sampai kenyang banget kalau dilahap semua. 😀
Hahaha..kalau diturutin bisa gak sampai berdiri Mbak Idah
Budaya ini mulai banyak diadopsi ya Uni, semacam KMB meja bundar keakraban terjalin salah satu bertindak selaku host. Lah kalau dapat daftar menu yang panjang belasan (nemu di RT daun tembakau) siap2 melewatkan beberapa jenis suguhan, beneran perut karetpun gak akan muat, hehe
Hahahaha banget Mbak Prih. Walaupun dicicipi dikit-dikit, dengan list panjang daftar menu, perut karet juga akan meledak
Wah Mbak Evi, makasih ya ilmunya. Saya sekali aja pernah ikut di acara ulang tahun perushaaan nasabah. Jadi rikuh karena di serve total. Hihihi.
Hahaha kayak tamu VIP banget gitu ya Mas Dani…
Waktu kecil, aku tinggal di perbatasan Kalimantan Utara itu uni, dan hampir tiap minggu keluarga jalan jalan ke Tawau, Sandakan dan Lahad Datu.
Seringnya, almarhum Bapak yang mayoritas temannya Chinese, menjamu kami makan malam dengan cara ini. Ah….. jadi teringat masa kecil yang indah ^^
Ah jadi membayangkan masa kecil Mbak Amel yang indah itu..Asyik banget ya Mbak, kenangan yang akan tersimpan sampai kita tua 🙂
Meja jangan di makan kak, kerassss
gw suka sebel kalo kondangan trus makan meja gini, lamaaaaaa urut2an makan nya bikin kelaparan
Sayang saya ga terlalu suka Jahe 🙁 hiks, tapi yang lain keliatan enak banget
Iyes 🙂
hallo bu evi .. masi inget kah susunan acara itu seperti apa ?
kebetulan saya mau mengadakan wedding day dengan kultur makan meja ..
tp masi bgng susunan acara nya seperti apa .. mgkn bu evi ada rekomendasi ?