Mati Lampu Lagi! Demikian terbaca status seorang teman di sosial media. Ia tinggal di Kota Medan. Sejak beberapa minggu ini rumah dan kantornya terkena padam listrik bergilir dari PLN. Disambut berbagai komentar oleh followers-nya yang juga sering mengalami hal yang sama.
Sepertinya selama ini penduduk di tempat tinggal saya hampir tak tersentuh oleh derita rakyat Indonesia ini, Mati Lampu Listrik! Ketika teman-temen di sosmed mengeluh dan bahkan ada yang memaki PLN gara-gara mengalami mati lampu setiap hari, saya dan tetangga seolah tak terpengaruh. Namun memaklumi bila mati listrik baik jadwal minum obat, tiga kali sehari.
Baca juga :
- Vibrasi Dengan Alam Semesta
- Doa Tobat Seorang Pemalas
- Toilet Berbayar di SPBU Pertamina
- Mengenang Bu Lies Soedianti
Tapi ya sejauh itu saya tak begitu terpengaruh. Gak ikutan kesal sebab jarang mengalami mati lampu.
Namun sudah seminggu ini privilege itu tak berlaku lagi. Sekarang tiap hari di sini mengalami pemadaman listrik. Mulai dari dua jam meningkat sampai 4 jam atau lebih. Kebayang gimana mangkelnya ditengah pekerjaan tiba-tiba komputer mati sementara data belum tersimpan? Terbayang gimana dongkolnya barang yang sudah siap keluar pabrik namun harus menunggu gara-gara dokumen antaran tak bisa diproses?
Belum lagi operasi pabrik yang berhenti total dan karyawan duduk menganggur selama beberapa jam. Terus besoknya produksi tak mencapai target? Duh gak hanya pengen berteriak kalau begini tapi juga pengen nonjok orang!
Mati Lampu Derita Anak Sosial Media
Gondokan di leher semakin menjadi iika hp atau tablet low batt. Gara-gara lupa ngecharge atau memang habis baterenya karena digunakan menggantikan fungsi komputer. Pokoknya tak ada indahnya hidup tanpa kehadiran listrik.
Ya saya paham bahwa saya sudah teraleniasi oleh kemajuan teknologi. Tak bisa hidup tanpa listrik, komputer, gadget dan internet. Hidup terasa garing kalau tak mantengi sosial media. Email yang menghubungkan pekerjaan tak bisa dibuka.
Pokoknya keteraturan dan kenyamanan hidup saya tergangu kalau mati lampu.
So what?
Terus kalau ada yang bertanya, lah kok mau? Kok mau dipasung alat yang seharusnya penolong? Kok mau dialienasi teknologi?
Menurut saya jawabannya bukan soal mau atau tidak. Tapi apa iya harus balik ke jaman batu? Begitu pun selama ini banyak terbantu oleh kehadiran sosial media.
Please PLN
Listrik termasuk kebutuhan dan hajat hidup orang banyak. Menurut UUD 45 hal tersebut harus dikuasai negara. Dan PLN sebagai perusahaan negara sudah berabad-abad menguasai produksi dan pendistribusiannya. Menurut saya sih oke saja bila sampai akhir jaman listrik tetap dikuasai negara. Kan perlu ada subsidi yang diambil dari pajak yang hanya bisa ditarik oleh negara. Kalau swasta yang mengolah listrik terus nanti siapa yang mau biayai subsidinya?
Hanya saja PLN jangan terus-terusan gini dong. Harus ada solusi dalam mengatasi kelangkaan pasokan listrik seperti sekarang. Bayangkan berapa kerugian yang harus di derita masyarakat tiap kali pemadaman. Dan untuk perusahaan sebesar PLN pastinya sudah tahu dimana letak masalahnya. Sebagai pemain tunggal dalam perlistrikan dan SDA berlimpah, mestinya mereka sudah ketemu solusi dan mengeksekusinya. Tak seperti sekarang menggilir pemadaman.
Apakah ditempat mu juga sering mati lampu, kawan?
@eviindrawanto
Yang bekerja lebih baik akan jadi yang terbaik