Becak dan Cara Kita Berpikir – Di dunia tak ada yang abadi. Semua hal berubah. Karena segalanya berubah demikian pula dengan pikiran, pengalaman, dan keyakinan kita terhadap sesuatu. Pada kondisi ideal perubahan cara kita berpikir itu selalu mengusahakan penyempurnaan dan pembaruan. Apa lagi jika kita banyak terpapar dengan orang-orang baru, situasi baru dan menarik. Dengan itu kita dapat terus-menerus menemukan dan meningkatkan aspek-aspek baru dari kehidupan emosional dan intelektual kita. Seperti perjumpaan saya dengan sebuah becak yang digunakan menghias ruang sebuah pameran dagang. Angkutan rakyat yang sudah musnah di Jakarta ini, ditemukan sebuah pikiran kreatif, dialih fungsikan dari kegunaan praktis jadi ekspresi seni.
Jadi mengerti bahwa apapun di dunia ini bisa kita lihat dari berbagai sudut pandang. Tergantung seberapa kreatif dan seberapa maksimal kita menggunakan otak.
Di tempatnya aslinya becak, secara penampilan, hampir tak menarik secara visual. Begitu pun ketika ia nongkrong di mulut gang perumahan padat. Tampak memperkumuh keadaan. Ia mangkal di depan pasar di tradisional yang sembrawut dan becek. Di tempat seperti ini becak paling-paling hanya menarik soal fungsi praktisnya. Angkutan murah meriah yang menggunakan tenaga manusia.
Tapi benda yang sama ketika dibersihkan dan letakan dalam ruang ber-AC, ia tampak berbeda. Pikiran kita tak lagi dibawa ke fungsi praktis tapi meloncat ke arena artistik. Dan kegenitan seorang blogger pun bangkit. Ia memerlukan diri berfoto bersama, seolah tak pernah melihat becak seumur hidupnya :).
Manfaat Punya Beragam Cara Berpikir
Mempunyai cara berpikir beragam adalah sebuah karunia. Memungkinkan seseorang melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang untuk menemukan jalan keluar yang paling ideal. Jadi maksud saya di sini tak sekadar becak dan cara kita berpikir.
Bayangkan ketika kita hendak mengejar pesawat ke Airport tiba-tiba Ojol yang kita pesan membatalkan pesanan karena tiba-tiba ia mendapat kendala. Mobilnya mogok, bensinya habis, ia terjebak macet di jalan. Bagaimana pun kita memaksa, marah, bila alasan yang dikemukakan pengemudi Ojol benar, kita mustahil mencapai Bandara tepat waktu. Kita tak boleh panik. Kita harus bisa menemukan cara cepat dan baru untuk sampai ke Bandara.
Itulah salah satu manfaat dari beragam cara berpikir, punya pemikiran fleksibel — kemampuan untuk dengan cepat berpindah dan menemukan pendekatan baru untuk menyelesaikan masalah.
Ngmong-ngomong tentang becak dan daerah kumuh, barusan menerima National Geographic baru. Di dalamnya juga ada gambar becak hitam putih yang diambil dari sudut kota yang padat. Tampak indah sekali.
Walau bukan becak namun lagi-lagi ini soal cara kita berpikir. Majalah ini selalu memikat. Mereka berhasil menghadirkan peristiwa di muka bumi dalam sorotan romantis. Kalau saja daerah kumuh yang aku gambarkan diatas di foto dan dibahas oleh majalah ini, pasti hasilnya bukan lagi tentang kemiskinan tapi romantisme sebuah kemiskinan. Selalu kagum pada cara mereka menggambarkan dunia dan seluruh isinya.Terutama foto-fotonya yang membuai mata dan menggugah pikiran.
Moral of the story Dari Becak dan Cara Kita Berpikir
Dari becak dan cara kita berpikir ini saya menarik kesimpulan bahwa manusia tidak perlu terus menerus terikat pada satu pola pikir. Apa lagi memerangkapkan diri dalam satu pemikiran selamanya. Dengan melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, kitapun akan bertemu banyak aspek. Itu membuat kita selalu punya pilihan. Bahkan kita bisa meminjam pola pikir dari tempat jauh untuk diterapkan dalam memotret hidup sendiri. Yang ingin membuat rencana sukses dalam hidup, tentu perlu mengadobsi cara berpikir flesibel seperti ini.