Piramida Mesir di Tiap Jiwa – Jika ada satu monumen ciptaan umat manusia yang telah berdiri sejak ratusan, jka tidak dihancurkan secara sengaja, akan tetap berdiri disana ratusan tahun berikutnya. Itu adalah piramida di Mesir. Bangunan kerucut yang digunakan sebagai makam raja-raja kuno dari klan Fiar’aun ini terbuat dari batu granit, sejenis batu keras yang tak mudah berubah bentuk walau dibentur angin, di timpa hujan dan diserang badai sepanjang lorong sejarah.
Dalam suatu tempat, jauh di dalam jiwa kita juga memiliki Piramida Mesir. Orang menamainya Kepercayaan. Piramida ini menceritakan sesuatu tentang diri kita. Tentang apa yang mungkin dilakukan, apa yang mustahil, apa yang benar atau apa yang salah.
Kepercayaanlah yang memungkinkan terjadinya perjalanan satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu naik ke Sidratul Muntaha. Secara fisik perjalanan tersebut sukar di lakukan namun bagi jiwa-jiwa yang percaya, mustahil itu tak ada.
Baca juga:
- Lebaran dan Daging Sapi
- Cara Mengukur Kesuksesan Seseorang
- Menjadi Ahli Membangun Kepercayaan
- Torehan Rindu di Bawah Hujan
- Hujan dan Perasaanku
Piramida Mesir di Tiap Jiwa itu Bernama Kepercayaan
Itu dalam konsep relijius. Dalam konsep kehidupan sosial, bentuk kehidupan yang kita jalani saat ini merupakan refleksi dari satu dan beberapa kepercayaan yang tertanam dalam jiwa. Jika ada yang percaya bahwa jarak seribu langkah bisa dilakukan dalam tempo 4 menit itulah yang akan terjadi.
Sebaliknya jika ada yang meragukan, itupun akan terjadi. Dalam contoh yang lain jika seseorang percaya bahwa dirinya bahagia, dia bahagia. Begitupula bila merasa diperlakukan tidak adil, maka ketidak adilanlah yang akan menimpa kehidupannya setiap saat.
Kepercayaan seperti itu terbentuk dari berbagai reaksi atas berbagai kejadian yang mampir dalam hidup kita. Cara kita melekatkan makna terhadapnya dan cara kita memilih dalam pemaknaan tersebut, itulah yang menentukan bentuk kepercayaan kita saat ini. Saya pernah membaca kisah 2 orang tentara Amerika yang sama-sama mengalami penyiksaan hebat dalam perang Vietnam. Yang satu mati bunuh diri dan yang satu lagi bertahan agar bisa mengisahkan penderitaan mereka pada dunia. Yang survive itu bernama Kapten Geral Coffee, yang bisa dijadikan monumen bagi siapa saja bahwa kekuatan kepercayaannya pada hidup mampu mengatasi berbagai hambatan, kepedihan, tak masalah separah apapun itu.
Bentuk lah kepercayaan kita maka terbentuklah pikiran kita. Dan pikiran itu lah yang akan menjadikan kita baik atau buruk, nelangsa atau bahagia, kaya atau miskin.
Pelihara selalu piramida mesir di tiap jiwa ini. Insyaallah akan membuka jalan, mendapatkan solusi untuk apapun yang kita percayai akan terwujud namun masih tertunda.
10 comments
Tua mana Piramid dengan Ka’bah, ya? Setau saya, Ka’bah itu sudah ada sejak zaman Ibrahim as. Berarti sudah lebih dari 2000 tahun, ya?
Wah Mas Nando, kemarin aku kok ingat Ka’bah ya 🙂
setuju mbak,, jika anda berpikir bisa, maka akan bisa..
The magic of thinking big 🙂
Bisa atau tidak, semunya adalah benar ya Luna 🙂
Ya betul sekali, saya pernah membaca kata2 motivasi semacam ini, entah dari buku mana saya dah lupa bahwa kepercayaan akan membentuk pikiran kita. Kepercayaan yang positif akan menghasilkan sesuatu yang positif pula. Tentunya kepercayaan dalam hal yang wajar dan mungkin terlaksana, bukan sesuatu yang diluar akal pikiran.
Betul, kepercayaan yang aman terkendali Mas, bukan yg digantung diawang-awang hehehe..
luar biasa bunda, kepercayaan membentuk pikiran…benar ketika kita percaya bahwa akan berhasil maka dalam pikiran kita yang ada hanyalah keberhasilan bukan kegagalan, pun ketika hasilnya gagal dlm kaca matanya bukan gagal tp keberhasilan yg tertunda…
trimkash artikel yg sgt inspiratif
Terima kasih Mbak, kepercayaan dpt memindahkan sebuah gunung seperti biji sawi jg dapat menghancurkannya sekaligus. Salam sukses ya Mbak 🙂
Trimakasih tuk pencerahannya, permenungan yang sangat bermakna, salam
Terima kasih Mbak Prih 🙂