eviindrawanto.com : Acar dan Sejarahnya – Apakah teman-teman suka acar? Sekalipun hanya berfungsi sebagai makanan samping tanpa kehadiran acar menikmati sate kambing atau soto rasanya akan kurang greget. Umumnya fungsi acar memang hanya sampai di sana, pendamping makanan utama untuk mengangkat cita rasa. Baru-baru ini saya mengunjungi Pameran Makanan Timur Tengah dan terpesona melihat begitu banyak jenis acar yang dipamerkan. Kemasan dan warna-warninya menggugah saya mengulik sedikit sejarah acar.
Acar paling top di Indonesia berupa potongan kecil mentimun, bawang merah, wortel, cabe rawit dan kadang-kadang nanas, direndam dalam air bersama cuka dan gula. Rasanya asem-asem manis. Di rumah saya acar kadang ditambah serai atau jahe untuk memperkaya rasa. Acar meluas dalam hidangan dan dianggap sebagai sayur saat ketimun ditumis bersama wortel diberi bumbu cabe, kemiri, asam dan kunyit. Sayur berwarna kuning ini banyak kita temui dalam menu perhelatan di Jakarta dan sekitarnya. Sering terlihat dalam isi besek acara syukuran (selamatan).
Sekalipun namanya tetap acar, tiap negara punya resep dan bahan acar yang berbeda. Sebut Korea yang terkenal dengan acar sayurnya Kimchi.
Sejarah Acar
Kelahiran acar dimulai dari niat untuk mengawetkan makanan. Nah tradisi pengawetan makanan itu dimulai dari Lembah Tigris pada 2030 SM saat dibawanya ketimun dari India untuk di acar. Tapi menurut arkeolog dan antropolog tradisi membuat acar sudah dimulai sejak Mesopotamia kuno, sekitar 2400 SM. Bahkan ketimun disebutkan dua kali dalam Alkitab Ibrani. Melalui beberapa kajian kemudian ditetapkan bahwa sejarah penggunaan acar sudah dimulai sekitar 3.000 tarikh di Asia Barat, elebar ke Mesir dan Yunani
Aristoteles pernah memuji efek penyembuhan dari mentimun. Sementara sumber kuno tidak hanya mengacu manfaat gizi dari acar, tetapi juga mengklaim bahwa acar telah lama dianggap sebagai alat bantu kecantikan. Nah kulit halus Cleopatra selain madu juga dikaitkan dengan kegemarannya makan acar. Kaisar Romawi, seperti Julius Caesar, memberi acar kepada pasukannya dengan keyakinan bahwa makanan tersebut tak hanya memberi kekuatan fisik tapi juga spiritual.
Dan yang menakjubkan adalah Dill mencatat bahwa pada 900 M acar diperkenalkan ke Eropa Barat yang asalnya dari Sumatera. Catat saudara-saudara, orang Eropa mengenal acar dari Bangsa Indonesia!
Sebelum Amerigo Vespucci berangkat untuk menjelajahi Dunia Baru, ia adalah seorang penjual acar di Seville, Spanyol. Waktu itu kan belum ada lemari pendingin. Jadi makanan mudah busuk. Maka untuk mengatasi kurangnya makanan sehat selama perjalanan panjang, Vepucci memerintahkan memuat berbarel-barel acar sayuran ke kapal penjelajahnya. Karena pemahaman Vespucci terhadap manfaat nutrisi dari acar ini lah, ratusan anak kapalnya terhindar dari penyakit kudis.
Namun penyebaran paling ekstensif dari acar terjadi saat Christopher Columbus menjelejah dunia mencari dunia baru. Sampai di Haiti dia memerintahkan orang menanam ketimun untuk di buat acar.
Saya berusaha mencari sumbernya siapa yang membawa acar ke Nusantara, namun belum ketemu 🙂
Industri Acar dan Makanan Awetan
Sekalipun buah dan sayur segar tidak bisa ditandingi kandungan gizinya, saat ini acar dan makanan awetan lainnya tumbuh jadi industry beromset jutaan dollar. Dalam pameran makanan Timur Tengah ini saya kagum bagaimana kreatifnya negara teluk ini dalam mengawetkan sayur dan buah mereka. Yang berada dalam botol transparan terlihat masih segar. Pekerjaan itu seperti mengalengkan atau membotolkan isi kebun.
@eviindrawanto