Desa Wisata Sasak Ende Museum Hidup di Lombok – Sebagai destinasi wisata, Lombok mengikuti jejak Bali, bersinar di segala lini. Meliputi alam dan budaya. Pantai-pantai keren dengan air laut yang biru bening. Seperti Pantai Mandalika tempat berlangsungnya Festival Bau Nyale setiap tahun. – Desa Ende di Lombok –
Lombok kaya dengan tradisi yang patut dikenal oleh dunia. Maka Dusun Sasak dikembangkan dan dikelola secara profesional untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Lombok. Wisatawan yang datang ke sini dapat kesempatan mengenal tradisi Suku Sasak yang hingga saat ini tetap dipegang teguh oleh masyarakat.
Siang itu saya dan teman-teman disambut oleh Pak Semi, kepala Dusun Sasak Ende. Kedatangan kami melengkapi eksplorasi wisata Lombok bersamaan dengan Festival Bau Nyale 2019.
Baca juga Bau Nyale Pestanya Rakyat Lombok
Pak Semi juga bertindak sebagai guide Dusun Sasak Ende, membawa kami berkeliling desa. Dengan luas sekitar 1,5 hektar berisi 30 rumah tradisional yang ditempati oleh 135 anggota keluarga. Sekalipun masih memegang erat tradisi nenek moyang, masyarakat Dusun Ende sendiri mayoritas beragama Islam. Sehari-hari mereka menggunakan bahasa suku Sasak walau berbicara dalam bahasa Indonesia pun bukanlah masalah.
Daftar Isi
- Rumah-Rumah di Desa Wisata Sasak Ende Lombok
- Kawin Culik Adat Perkawinan Suku Sasak
- Permainan Anak-Anak Lombok
- Tradisi Peresean, Seni Bela Diri Suku Sasak
- Cara Main Peresean di Desa Wisata Sasak Ende Lombok
- Menenun Kewajiban Perempuan Lombok
- Di Desa Wisata Sasak Ende Lombok Kita Bisa Belajar Tentang Pakaian Adat Perlengkapannya
- Menyukai ini:
- Related Post
Rumah-Rumah di Desa Wisata Sasak Ende Lombok
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=2x3JhVy9QK4[/embedyt]
Video di Desa Wisata Sasak Ende Lombok
Yang pertama diperkenalkan Pak Semi adalah rumah adat suku Sasak. Disebut Bale Tani. Bangunannya 100% menggunakan bahan alami. Terdiri derdiri dari kayu dan bambu. Kayu sebagai tiang sementara anyaman bambu untuk dinding sementara atapnya adalah daun alang-alang kering.
Pintu masuk ke dalam rumah dibuat rendah dan sempit. Maksudnya agar siapapun yang masuk ke sana menundukan kepala. Menundukan kepala adalah laku rendah hati di hadapan Sang Maha Kuasa.
Rumah adat suku Sasak terdiri dari berbagai macam Bale, di antaranya ialah Bale Tani atau Bale Gunung Rata.
Baca juga Masak di Rumah Adat Lonthoir
Lantai Bale Tani terbuat dari campuran tanah, getah pohon, abu jerami, yang digosok dengan kotoran kerbau. Fungsi kotoran hewan ini untuk merekatkan agar lantai tidak mudah retak.
Bale Tani dibagi dua bagian yaitu Bale Dalam dan Bale Luar. Bale Dalam dalam diperuntukkan untuk wanita yang biasanya terdiri dari ibu dan anak gadisnya. Bale dalam juga berfungsi sebagai dapur. Bale Luar diperuntukkan untuk anggota keluarga pria atau ayah dan anak lelakinya. Bale luar juga sebagai ruang tamu.
Karena suami istri tidur terpisah, saya pun iseng bertanya kepada Pak Sammy. “Bagaimana jika hendak melakukan suami istri, Pak?”
Pertanyaan saya dijawab dengan serius. Bahwa sang suami akan masuk ke dalam rumah.
“Terus bagaimana dengan anak gadisnya kalau mereka mempunyai anak?”
Baik anak pria yang tidur di luar maupun anak perempuan yang tidur di dalam bersama ibu akan mengerti. Mereka tidak akan bertanya kalau pun melihat ayah mereka menyelinap ke dalam. Kalaupun merasa aneh mereka akan tutup mulut. Karena hal seperti itu sudah biasa dalam masyarakat suku Sasak.
Kawin Culik Adat Perkawinan Suku Sasak
Kalau ingin belajar tentang adat isitiada suatu suku memang sebaiknya belajar pada ahli yang memangku budaya tersebut. Seperti Pak Semi.
Pak Semi juga menjelaskan tentang tata cara adat perkawinan suku sasak, kawin culik atau kawin lari.
Perempuan dan laki-laki yang berniat menyatukan cinta untuk membangun rumah tangga akan membuat kesepakatan. Kapan prosesi kawin culik atau kawin lari akan diadakan. Harus malam hari dan tak seorangpun boleh tahu. Disamping mencegah keributan juga juga menghindari penculikan pria lain yang bisa jadi saingan pria lain yang juga ingin meminang si gadis.
Begitu pun, jika tidak dilakukan diam-diam, bila ada keluarga yang tak setuju, perkawinan bisa gagal.
Penculikan itu dengan membawa wanita ke rumah kerabat sang pria. Jadi bukan kerumah prianya langsung. Itu juga untuk mencegah kemungkinan keributan yang bisa terjadi. Orang tua wanita yang anaknya diculik kemudian akan mengadu kepada lembaga adat.
Setelah beberapa hari disembunyikan oleh kerabat sang pria, keluarga pria kemudian akan datang menemui keluarga wanita. Memberitahukan jika putri mereka telah melakukan prosesi kawin lari bersama anak laki-laki mereka. Ada juga yang menyampaikan informasi lewat kepala suku adat masing-masing.
Jika keluarga wanita menerima, selanjutnya kedua keluarga menggelar rapat untuk memusyawarahkan prosesi pernikahan selanjutnya. Prosesi pernikahan sendiri akan disahkan secara adat dan agama.
Baca juga Upacara Adat Dayak Sa’ban
Wanita suku Sasak juga menerima mahar. Jumlahnya tidak tentu. Tergantung jarak tempat tinggal calon mempelai wanita ke tempat tinggal pria. Dasar perhitungan misalnya melewati beberapa masjid atau jembatan. Jika kedua mempelai tinggal satu kampung, mahar cukup Rp500.000.
Yang berlainan desa itu yang berat. Kadang nilai mahar bisa mencapai 40-50 juta rupaih. Tapi jumlah persisnya biasanya akan melalui tawar-menawar dan perundingan rumit yang melibatkan pejabat desa dan lembaga adat.
Bagaimana jika yang ingin menculik bukan pria suku Sasak? Pria tersebut akan dikenai denda oleh kadar dengan jumlah yang juga ditentukan secara musyawarah antar keluarga dan lembaga adat.
Permainan Anak-Anak Lombok
Banyak jenis permainan tradisional anak-anak Lombok yang masih bertahan hingga saat ini. Salah satunya kami nikmati kala berkunjung ke Desa Adat Ende Lombok.
Dengan berpakaian adat anak-anak usia 8 sampai 12 tahun berbaris mengelilingi sangkar ayam. Mereka bernyanyi dan berbalas pantun.
Jadi ingat permainan seperti itu dulu juga saya lakukan bersama teman-teman di kampung. Sebelum mengaji dan saat terang bulan.
Tradisi Peresean, Seni Bela Diri Suku Sasak
Tradisi peresean sudah hidup sejak ratusan tahun lalu. Dulu sering digunakan sebagai media pelampiasan emosi raja-raja dan prajurit perang kerajaan di Lombok.
Seiring waktu tradisi ini terawetkan sebagai ritual sakral. Seperti untuk meminta hujan yang digelar saat musim panas. Sementara untuk keperluan pariwisata dan pesta adat, Peresean digunakan menyambut tamu.
Cara Main Peresean di Desa Wisata Sasak Ende Lombok
Saat itu kami dipertunjukkan peresean ala anak-anak. Dua anak sebagai pemain dan satu juri.
Dengan berbekal dua stik kayu dan 2 perisai mereka saling memukul. Yang terkena pukulan dianggap kalah. Tugas juri adalah mengawasi pertandingan berjalan mengikuti aturan. Jika terlihat pelanggaran sang juri akan meniup peluit keras-keras.
Baca juga Bau Nyale Pestanya Rakyat Lombok
Yang lucu, jurinya kadang melakukan tugas sambil menari. Atau memperagakan gerakan-gerakan silat.
Di Dusun Ende Lombok wisatawan yang ingin mencoba tradisi peresean juga dipersilakan.
Karena setelah ratusan tahun tradisi peresean juga jadi hiburan bagi masyarakat. Tapi tetap dengan menggalang semangat sportifitas.
Menenun Kewajiban Perempuan Lombok
Penyuka wastra nusantara pasti sepakat bahwa kain tenun Lombok sangat indah. Tentu saja karena mereka lahir dari tangan-tangan wanita terampil yang latihan bertahun-tahun. Tangan yang mulai dilatih sejak masa kanak-kanak.
Karena bagi suku Sasak, semua anak perempuan harus bisa menenun sejak dini. Menenun merupakan bekal mereka dalam mengarungi rumah tangga kelak.
Bagi wanita Sasak menenun adalah kewajiban. Mereka hanya boleh menikah setelah bisa menenun. Sebelum menikah anak gadis diharuskan membuat 3 sarung tenun. Satu untuk dirinya sendiri, satu untuk suami, dan satu lagi untuk mertua perempuan.
Pun di Desa Wisata Ende Lombok ini, anak-anak peremuan sejak umur 10 tahun sudah terampil mengayunkan mesin tenun tradisional.
Ada makna dibalik keharusan menenun sebelum menikah bagi wanita Sasak. Dari menenun perempuan akan belajar tentang kesabaran. Bayangkan saja untuk satu kain tenun paling cepat dibutuhkan waktu hingga 1 bulan. Dengan melatih kesabaran seperti itu anak gadis dianggap siap menjalani bahtera rumah tangga.
Maka tak heran ya mengapa tenun Lombok terlihat khas dengan motif dan warna cantik-cantik?
Di Desa Wisata Sasak Ende Lombok Kita Bisa Belajar Tentang Pakaian Adat Perlengkapannya
Pak Semi dari Desa Wisata Sasak Ende Lombok juga menyingung sedikit tentang pakaian adat Wanita Sasak. Untung sebelumnya sudah menonton parade budaya di Festival Bau Nyale, jadi lebih mudah mengikuti cerita beliau.
Dari menonton Parade Budaya Putri Mandalika saya melihat pakaian adat wanita Sasak yang dilengkapi dengan selendang tenun sangat menarik. Terdiri dari baju warna hitam tanpa lengan dengan kerah berbentuk huruf V. Tepinya dihiasi entah oleh benang emas, perak maupun pita.
Perlengkapan busana adat lainnya adalah Pangkak. Berupa mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan bunga mawar. Diselipkan di sela-sela konde atau sanggul.
Ada lagi Tangkong, jenis pakaian yang dibuat dari beludru atau brokat.
Tungkak, kain sabuk panjang. Ujungnya berumbai, dililitkan pada bagian pinggang sebelah kiri. Tungkak digunakan sebagai lambang kesuburan dan pengabdian.
Lempot, kain tenun panjang yang dilekatkan pada pundak bagian kiri. Ini adalah simbol cinta dan kasih sayang.
Kereng, tak lain dari tenun songket, merupakan simbol kesopanan dan kesuburan. Dililitkan di bagian pinggang hingga batas mata kaki.
Wanita Sasak juga mengenakan aksesoris seperti pending emas atau perak. Diikat dengan rantai perak dan difungsikan sebagai ikat pinggang.
Longgar, hiasan berisi bunga emas yang diselipkan di bagian kode, giwang atau anting-anting.
Selama di Lombok sering juga melihat mata uang suku atau ketip. Rupanya ini untuk dijadikan bros atau kalung oleh wanita Sasak. Peran aksesoris ternyata cukup penting dalam busana adat wanita Lombok.
60 comments
Jadi kangen sama Lombok, ternyata buanyak banget tradisi yg unik, selama ini cuma tau tradisi culik sebelum nikah tapi ternyata ada tradisi juga bahwa kaum pria dan wanita mesti tinggal di berbeda area
Kain dan aksesoris berbagai pernik khas banget.. tenun asli.., walau semua ditenun beda nama beda pula fungsinya .
Menarik banget desa dan budayanya ya mba. Btw kl sdh di “kawin lari” lalu keluarga wanita tidak setuju gimana ya?
Wah, lengkap sekali ulasannya. Jadi tahu banyak tentang suku sasak dan budayanya. Baru tahu ada budaya kawin lari di suku ini…tfs mb. ..
Rumah adatnya suku Sasak emang unik, kyknya “begitu” tapi mampu melindungi mereka dr panas dan hujan ya mbak 😀
Hihihi Mbak Evi menjawab kekepoanku soal privasi suami istri 😛
Penasaran budaya kawin larinya masih dilakukan kan gak ya di zaman kyk skrng?
Bale, rumah ada Lombok ini unik ya uni. Budayanya apalagi. Ah makin cinta ama negeri ini yang kaya ragam budaya, bahasa, dan keindahannya.
Kawin lari di Lombok ada juga adat seperti itu di Toba uni. Namanya mangalua. Kalau di Lombok perempuannya ditempatkan di rumah kerabat laki3, klo di Toba calon mempelai ditempatkan sementara di rumah pendeta sampai kesepakatan pihak keluarga laki2 dan perempuan tercapai.
Tenun Lombok… Ah semoga nanti aku bisa beli langsung tenun itu di sana.
Tetep ya, wanita di mana aja. The Power of Alis Tebel. Ha2…eh, sory OOT
Desa yang selalu menarik perhatian setiap pengunjungnya. Ini cerita tentang anak gadis yang ingin dinikahi aku baru paham, maharnya pun hanya uang sebesar Rp 500.000 ya mbak. Hebat juga anak disana dari kecil harus sudah bisa menenun.
Kalau berkunjung ke kampung adat atau kampung tua seperti ini, aku suka ngobrol dengan para tetua atau penduduk setempat karena banyak ilmu yang bisa digali dari mereka. Karena pada adat budayanya biasanya banyak simbol-simbol yang hanya diketahui oleh kalangan mereka saja. Kita sebagai pendatang kalau nggak diberi tahu guide atau kalau tidak menggali informasi dari awal tentu tidak bakal tahu.
Lombok emang keren..dan gak ada habisnya…Pengen bisa kesana pas ada acara adat gitu hehehe…
Wah unik banget nih kawin lari sengaja ya. Hihihi. kalo di tempat lain kan kawin lari justru ilegal :p Bagus2 seperti biasa Mba Evi fotonyahh.
Suku Sasaj terkenal banget ya..dari aku kecil sdh terdengar namanya..mungkin karena kebudayaannya yg beraneka ragam ya..
Aku tertarik dengan fakta pintu dibuat rendah dan sempit agar siapapun yang masuk ke sana menundukkan kepala.
Kadang banyak hal-hal kecil seperti ini yang ditemuin saat travelling, tapi ngga banyak yang ingin mencari tahu, kenapa hal tersebut diberlakukan ya.
Lengkap pake banget mbak tulisannya, baca tulisannya berasa aku ikut kesana. Takjub banget deh ama adat istiadat yang ada di Indonesia ini, buanyak banget dan semuanya unik-unik .
Pernah denger juga tuh tentang kawin lari (kawin culik) tradisi suku Sasak. Benernya engga bener-bener diculik, tapi udah mau sama mau yah. Tapi kalau keluarga perempuan engga setuju gimana ya kelanjutannya?
Btw…aku suka banget baju adat Sasak. Cuma blus hitam, tapi kain tenunnya kereeen. Jadi fokusnya ke si selendang tenun ikatnya. Baguuus…
Makasih sharingnya…
Daku sering dengar soal ini lewat televisi dan pas pelajaran sekolah, dan lebih lengkapnya di sini. Begitu kaya budaya di Indonesia, semoga selalu lestari yah uni.
Lombok..adat budayanya seindah alamnya ya mba.. Duh makin ingin ke Lombok nih.. Semoga terwujud. Aamiin.
Kawin culik ini yang unik banget ya mba, berarti mau gamau kalau udah diculik berarti harus direstui yaa
Tradisi Suku Sasak unik banget, ya, Mba Evi. Aku jadi ngebayangin kalo aku sama suami kayak suku Sasak. Kami satu kota, beda kecamatan, pasti nanti maharnya banyak banget, ya… Hihi 😀 Ternyata tidur pun malah terpisah, ya, antara suami istri… Aku seneng liat foto anak-anak lagi main itu mba. Kayaknya anak di kota mesti tau juga serunya permainan anak-anak di desa, ya..
Kisah cinta suku ini sangat unik. Dari mulai kawin culik hingga berhubungan antara suami istri. Memgayangkan ribetnya kayak apa hehehe.
Semoga juga suku sasak terus memiliki tradisi menenun bagi kaum perempuan. Ya mengingat generasi sekarang kayaknya pengen serba instan.
Hebat juga ya anak-anak mereka bisa mengerti dan utup mulut tanpa banyak pertanyaan, apa jangan-jangan tetep diskusi sama teman-temannya, haha kepo deh.. salut saya sama mereka, bisa mempertahankan budayanya meski banyak yg unik seperti kawin lari itu
Aku takjub pas dengerin cerita pemandu tentang tradisi culik ini uni Evi, wow
Halo Uni Evi 🙂 Wah, kompliiiit ini ceritanya. AKu sampai terhanyut serasa ikutan ke Lombok ketemu Suku Sasak. Oooh jadi rumahnya sederhana begitu ya ya, atap dari tiang, bambu untuk dinding dan daun alang2 juga. Kok lucu ya ada bobo terpisah gitu suami dan isterinya? wkwkwkwk… Jadi sudah lumrah anak2 dan anggota keluarga lain. Itu kainnya original buatan tangan Suku Sasak, pasti mahal harganya. Da kawin lari segala. ini beneran masih ada ya? Ngeri ah culik2an segala hihihi…
Aku juga sudah pernah menulis nih soal kawin larinya 🙂
Trus aku entah mengapa setuju banget sama wanita wajib bisa menenun. Kadang kalau tidak dipaksa seperti ini, lama-lama kain tenun bisa hilang 🙂
Selalu nambah pengetahuan tiap mampir ke blognya Uni Evi.
Klo kawin lari atau kawin culiknya ada di sini, udah pasti malah diamuk masa ya mba.
Pengalaman berharga banget mba bisa langsung menyaksikan dan mendengar tentang budaya suku sasak.
Tradisi suku sasak ini sebaiknya dijaga kelestariannya. Ini jadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Ikut bangga jadi orang Indonesia.
Prosesi kawin culik itu sungguh menarik untuk di simak. Trus ibu ibu yang duduk depan rumah nan khas dengan gaya jari nya kalo di photo… tandang ke Lombok sih gak pernah bosan. meski saya pribadi belum pernah menyaksikan Festival Bau Nyale.
Yang tradisi kawin lari lucu juga ya mba. Rata2 kan mereka beragama Islam tetapi kawinnya kawin lari hihii.. jadi dari pihak perempuan enggak ada orang tuanya dong. Ih, malah aku penasaran banget di bagian ini. 😉
Butuh berapa lama di Lombok ya kak kalo mau bisa dapet lengkap kayak gini.. hehe.. secara pengen banget nih ke tempat kayak gini dan momennya lengkap
Kereenn budaya Indonesia emang kaya yaa mba.. dan ternyata kawin lari itu beneran ada yaa.. wkwk
Masya Alah, fotonya cakep-cakep, Kak. Fotonya bercerita tentang isi tulisan ini. Unik banget ya.
Itu kalo kawin lari, apakan pasangan itu sudah boleh melakukan hubungan suami-istri? Trus kalau mereka sudah memeluk Islam, bagaimana itu jadinya hukum agama, ya?
Unik banget, tradisi yang bikin kaya Indonesia. Saya terkesima tapi di kepala saya malah muncul pertanyaan-pertanyaan itu, Kak 😀
Et dah mbak itu beda desa aja maharvbisa 40 sampai 50 juta? Gimana kalau beda propinsi hehhee
Unik ya tradisinya berarti klo kawin culik gitu, si cewek udah janjian dulu ya mba, “nanti aku diculik yaa” . Dan berarti klo punya anak gadis, sebagai ortu udah siap2 klo anak gadisnya tiba2 ilang dari rumah ..
Yaa Allah, mau nikah aja sebegitu rumitnya ya Mak. Bersyukurlah pernikahan adat Jawa sangat dimudahkan.
Hallo mbak Evi, ulasannya memang benar benar menarik untuk dibaca. Gaya bahasanya mengalir, memaksa pembaca untuk masuk ke dalam cerita. Selalu suka baca tulisan mbak Evi.
Next mbak Evi harus menulis tentang Sekotong, kampung halamanku di pantai selatan Lombok. Hehehe 🙂
Ternyata seperti itu penampakan bagian dalam rumahnya ya mba, aku dulu pernah ngintip tapi gulita hihi..keren ya mereka masih ketat memegang adat, budaya dan tradisi..
Lain daerah, beda pula adatnya. Indonesia memang kaya akan ragam budayanya. BTW selalu salfok kalo datang ke blogmu, Un. Human interestnya dapet wae euy. Ketjeh, kakaaa
menarik dan lucu saat anak-anak kecil ikutan atraski tradisi Peresean. Dari kecil sudah diajarkan untuk berani dan sportif.
Rumah adat itu memang keren ya mbak Evi, termasuk rumah adat orang Sasak ini. Biarpun hanya terbuat dari bahan – bahan alami tapi bisa kokoh seperti bangunan yang terbuat dari bata dan semen.. Tapi kalau pakai kotoran kerbau nggak kebayang banget gimana pas proses bikinnya, hihi 😛
Wah adatnya kok pakai kawin culik dan lari ya? Dan maharnya muahaaal kalau lain kampung hehehe. Tapi ya namanya tradisi siy ya mbak… Selalu senang dengan kisah jalan2 mbak Evi
Tradisi yang luar biasa ya mba..aku suka liat foto-foto yang dirimu abadikan. aku harus kembali ke sana dan datang pas ada acara tradisional seperti ini yaaa
Senangnya bisa travelling sekalian eksplore budaya disana. Belum kesampean nih mak mampir ke lombok. Penasaran juga sama suku sasak ini. MasyaAllah yah beragam sekali budaya dan etnis di Indonesia ini
Wah, uniknya tradisi suku sasak lombok iniiii. Bahagia banget deh melihat warna warninya Indonesiaaa. Karena Indonesia memang kaya akan keberenakaragaman suku dan adat istiadat ya mbaaaak.. Kece banget juga nih mbak evi foto fotonyaaaaa <3
Kok kayak aku ya, kamarku dan suami juga terpisah. Aku biasanya sama anak2. Tapi kalau mau begituan ya tetep bisa aja, tinggal ngusir anak Hahaha.. Ya ga segitunya sih
Lengkap bngt infonya Un… Warbiasaak
Ikutan komen aahh 😀
Yang namanya tradisi budaya itu dimana-mana unik, punya aturan sendiri berdasar pengalaman masa lalu. Menarik buat dibaca dan dipelajari.
Namanya budaya pasti dinamis, tapi perlu juga dipertahankan buat jati diri di masa mendatang.
Sasak Ende Lombok keren!!
Kawin culik ?? Hmm sepertinya ende cukup menarik buat di ulik.. hhehe
Makasih infonya mbak.. salam kenal dari medan..
Tulisannya lengkap sekali, mbak Evi. Dari rumah sampai pakaian adat.
Meski menggunakan kotoran kerbau tapi nggak bau ya, mbak. Aku jadi ingat ada salah satu suku di Indonesia (lupa di mana) yang kalau mau berhubungan badan maka mereka harus melakukannya di dalam karpet anyaman bambu yang tergulung. Kalau cowok atau ceweknya bukan orang Sasak apa harus dilakukan adat kawin culik, mbak?
Pas baca judulnya, aku malah ingetnya Ende di Flores, ternyata di Lombom ada desa Ende juga.
Adat suku Ende unik ya mbak. Aku baru tahu detail kawin culik setelah baca tulisan mbak Evi ini.
Aku juga suka banget penjelasan tentang baju adat untuk perempuan sasak yg cantik itu.
Terima kasih Mbak Dini. Memang adat istiadat suku suku di Indonesia unik. Nggak salah founding fathers kita merekap Indonesia yang beragam ini dalam satu selogan bhinneka tunggal Ika.
Untuk bisa mendapatkan cerita dan mendapatkan pengalaman semua itu kira-kira butuh menginap berapa lama ya bu? Pengen juga melihat dari dekat peristiwa adat seperti itu
Wisata budaya begini nih yang bikin mupeng. Ngebayangin sekalian merekam juga bakalan seru banget.
Jadi inget pas barengan kesana ya Bu. Yg perempuan langsung pada semangat belajar menenun dan ingin diculik. Lalu berkhayal maharnya 50 ekor kerbau. Hahaha
Yang kita bareng ke desa wisata Lombok itu di Sade, Kang. Kalau desa wisata Ende ini semacam sepupunya, tak jauh lokasinya dari Sade.
Iya aku ingat ada yang berhayal untuk membeli 50 ekor kerbau untuk mas kawin hahahaha
Oh berarti Saya mesti kesono ya karena belum hababa
Cakeep. Pakaian wanita itu bagus, uni. Sederhana tapi menarik.
Iya Pak Alris. Saya pun sangat jatuh cinta pada pernik busana Lombok. Terutama tenunnya
Desa ini kaya adat budaya ya mbak Evi. Dari kawin lari, menenun, maintain rumah, tarian, dan kehidupan sehari-harinya.
Suka banget datang kemari.
Iya Mas Yo. Salah satu keuntungan mengunjungi desa budaya yang seperti ini. walau sekilas tapi kita bisa melongok pada keanekaragaman budaya yang mereka sandang.