Pemberdayaan Masyarakat: Bimbingan Teknis Gula Semut Aren – Teman-teman sering mendengar istilah Pemberdayaan Masyarakat, bukan? Akhir-akhir ini banyak ditulis media massa dan bergema di media sosial. Sebenarnya apa sih definisi pemberdayaan masyarakat? Pelatihan membuat gula semut yang kami lakukan di Jambi ini masuk sebagai kategori pemberdayaan.
Pemberdayaan masayarakat  adalah semacam program yang bertujuan membangun sumber daya manusia dan masyarakat. Digali dari lingkungan,  kemampuan pribadi,  pembangkitan kreativitas, menaikan kompetensi dan melakukan tindakan-tindakan yang lebih baik dari sebelumnya. Terus apa yang kami lakukan saat terlibat dalam pemberdayaan masyarakat melalui bimbingan teknis gula semut? Salah satu contoh bisa dilihat yang kami lakukan pada Pelatihan Gula Semut Bulukumba.
Ide pemberdayaan masyarakat melalui Bimbingan Teknis Gula Semut datang dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten dan Provinsi Jambi. Mereka mendata bahwa di Propinsi Jambi terdapat beberapa kabupaten yang ditumbuhi tanaman aren (Arenga pinnata). Berlimpah tepatnya. Sayangnya  potensi tersebut belum tergarap maksimal. Sebagai praktisi gula semut dan mengetahui dengan pasti bahwa pemanis ini dapat menaikan kesejahteraan ekonomi penduduk, tentu saja ikut menyayangkan. Malah terbit juga sedikit keprihatinan.  Sementara sebagian masyarakat bergiat budidaya aren, yang sudah tumbuh sendiri (aren liar), tak bersusah payah pula merawatnya, kok yang sudah ada tidak dimanfaatkan?
Sebelum berangkat ke tempat bimbingan teknis gula semut kami berkesempatan menggali informasi tentang industri gula aren di provinsi Jambi. Dari perbincangan santai ini jadi tahu bahwa setidaknya 2 kabupaten yakni  Batanghari, Muaro Jambi dan Kerinci berlimpah pohon kehidupan ini. Namun sebagian besar belum dimaksimalkan kemanfaatannya. Ada memang yang menyadap nira untuk dibuat gula tapi tidak banyak. Begitupun  kolang kaling hanya dipanen di bulan Ramadhan. Memang seperti kita tahu di bulan puasa kolang-kaling tinggi permintaannya. Selain dikolak  juga digunakan sebagai campuran minuman, isi es campur, dan manisan. Tak heran selama puasa pasar-pasar tradisional putih oleh bak-bak atau ember-ember  berisi kolang kaling kupas.
Bimbingan Teknis Gula Semut
Buaro Bulian dan Pohon Aren
Begitu masuk ke Kecamatan Muara Bulian pembicaraan dengan nara sumber sebelumnya langsung terbukti. Sepanjang jalan berderet pohon enau. Ada yang terawat ada yang dibiarkan begitu saja terhimpit diantara semak belukar. Menyaksikan pohon aren produktif tak banyak dimanfaatkan masyarakat menimbulkan “rasa gimanaaa gitu”. Ingat pada para petani binaan kami yang setiap minggu rutin mengirim produksi ke Serpong. Kan lumayan menambah pendampatan keluarga selain bertani ya? Ingat juga pada cerita legenda Sunan Bonang yang menunjukan pohon emas kepada pengikutnya yang tak lain adalah pohon aren.
Menurut Pak Zaimin, di Malapari sendiri mempunyai 70 orang perajin. Karena keterbatasan hanya 15 orang yang bisa ikut pelatihan gula semut ini. Perajin memang tidak mengenjot produksi karena sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Saya paham maksud tersebut. Dalam bentuk gula cetak pemasaran mereka jadi kurang luas. Beberapa faktor penghambat adalah daya tahan gula aren itu sendiri. Kadar airnya masih tinggi tentu takan tahan disimpan berbulan-bulan apa lagi bertahun-tahun. Sementara idustri yang menggunakan gula merah di Jambi tidak lah sebesar di Jawa. Sedangkan untuk gula semut yang bisa tahan bertahun-tahun bahkan tanpa pengawet kimia dan digunakan industri secara luas, mereka belum mengerti prosesnya. Yah semoga bimbingan teknis gula semut dari Arenga Indonesia dapat membawa manfaat sebesar-besarnya.
Video Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gula Semut Aren
Dalam pemberdayaan Masyarakat: Â Bimbingan Teknis Gula Semut, ini lah yang berusaha dijembati oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jambi. Bagaimana memberi nilai tambah pada gula aren yang sudah ada kemudian mendorong masyarakat agar memaksimalkan produksi pohon aren mereka.
Pohon Aren di Tepi Sungai Batanghari
Selama ini saya beranggapan bahwa Aren, terurama liar,  hanya dapat tumbuh subur di pegunungan. Asumsi yang langsung gugur tatkala saya sampai di Muara Bulian. Daerah Tepi Sungai Sungai Batanghari  ternyata adalah kawasan tumbuh aren yang baik. Batangnya tidak begitu tinggi seperti yang saya kenal selama ini di pegunungan. Tubuh gemuk dengan tangkai tandan besar. Yang mengejutkan, Pak Zaimin yang hanya menggarap 3-4  batang aren miliknya, pagi dapat memanen sekitar 20 liter nira pertandan. Sementara yang siang kurang sedikit.
Industri gula aren di dusun Sungai Lais – Malapari tak jauh berbeda dengan keadaan kampung nara sumber saya yang pertama. Selain bertani mereka menyadap aren untuk dibuat gula. Cuma karena bentuknya gula cetak dengan kadar air sekitar 15-17 persen membuat daya tahannya terbatas. Begitu pun cakupan pemasarannya. Saya semakin maklum jika pohon emas itu belum bisa memberdayakan ekonomi desa. Semoga bimbingan teknis gula semut ini bisa membantu.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gula Semut Aren
Program pemberdayaan masyarakat melalui menaikkan nilai tambah gula aren menjadi gula semut ini dibuka di Kantor Desa Palamahari. Diikuti oleh Bapak Kepala Desa, Bapak Bamtipmas, Dinas Industri dan Perdagangan Kabupaten maupun Provinsi Jambi, unsur desa, dan 15 orang perajin gula aren.
Hari pertama dimulai dengan bertukar pikiran diantara elemen masyarakat yang terlibat dan berlangsung secara Interactive. Arenga Indonesia menyampaikan pengalamannya dan  wawasan tentang industri gula semut yang telah dilakoni hampir 12 tahun. Mulai dari teori-teori penyadapan, pengawetan nira secara alami, membuat, proses pengeringan, sampai pengemasan gula semut. Arenga Indonesia juga memberikan tips-tips marketing dan motivasi untuk memajukan usaha gula semut aren.
Di hari kedua kami langsung praktek berdasarkan teori yang sudah diterima sehari sebelumnya. Karena yang mengikuti program pemberdayaan ini adalah petani aren jadi mereka sudah mengetahui proses menyadap dan pengawetan nira alami secara baik. Jadi secara umum mereka sudah menguasai cara membuat gula aren.
Yang baru bagi mereka adalah bahwa proses tersebut bisa dilanjutkan menjadi gula semut. Â dengan butir-butir kristal lembut yang dapat dikeringkan sampai mencapai kadar air 1% dan dikemas secara rapat sehingga daya keawetannya dapat mencapai 5 tahun tanpa perubahan rasa maupun warna. Tentu saja hal ini sesuatu yang baru bahwa tanpa pengawet kimia pun gula merah bisa tahan lama. Disamping bentuk gula semut seperti gula pasir, lebih mudah dikemas dan dipindahkan. Dan yang paling penting gula semut lebih bersih. Alasan-alasan ini lah yang membuat mengapa jangkauan pemasaran gula semut aren bisa lebih luas.
Bimbingan Teknis Gula Semut Aren Organik
Pengetahuan yang kami bagi dalam pelatihan dan bimbingan teknis gula semut Jambi ini adalah  gula organik. Yang menarik selama ini ternyata mereka juga mempraktekan proses serupa. Tentu saja ini sangat menyenangkan. Apa pula perlunya membeli pengawet kimia seperti sulfit dari kota jika laru alami pun berlimpah di sekeliling, ya kan?  Masyarakat di sini menggunakan pengawet alami dengan nama-nama lokal seperti: Akar manggul (kawao), Buah Sapat, Kulit Kayu Resak, Kulit Manggis, dan cacahan batang nangka. Jadi bila suatu saat kawans bertemu gula semut aren dari Muara Bulian kemungkinan proses mereka dilakukan secara organik. Berarti gula dari daerah ini boleh juga disebut sebagai gula sehat.
Baca juga di sini:
Gula Aren Malapari yang Istimewa
Selama mengikuti bimbingan teknis gula semut ini saya juga banyak dapat insight dari para perajin. Bahwa mereka membuat gula secara organik adalah satu hal.  Hal yang lain, yang digunakan sebagai  pewanget nira tumbuh  di kawasan sekitar. Tak perlu repot mencari kemana-mana. Karena kapur sirih, akar kawao (manggul), buah sapat, dan kulit kayu resak, tumbuh di dekat mereka. Tidak heran Gula Aren Malapari mendapat tempat istimewa di mata konsumen.  Sampai-sampai keluar tagline di tengah masyarakat bahwa kalau bukan dari Malapari berarti gula aren tidak asli.
Di Malapari gula aren dijual perbungkus (dua tangkup) dengan harga Rp.3.000 per bungkus. Bila iklm dan cuaca sedang baik Pak Zaimin bisa menghasilkan 30 bungkus untuk sadapan pagi dan siang. Dan di Malapari juga mengenal produksi bagi hasil. Maksudnya pemilik pohon aren dapat mengontrakan pohonnya kepada perajin dengan pembagian yang disepakati di muka: Satu hari dalam satu minggu semua hasil adalah bagian si pemilik pohon.
Jadi…Tertarik mengundang kami dalam program pemberdayaan masyarakat dengan memberi pelatihan membuat gula semut aren? Siap bekerjasama dengan Pemda, LSM, Gapoktan atau siapapun yang berkepentingan 🙂
Kontak
Arenga Indonesia (Indrawanto)
Telp. 0819 3241 8190