Pengembangan Aren Nasional : Mendesak Untuk Dikerjakan
Tidak seperti kelapa, tanaman aren kurang dapat perhatian dari berbagai stake holder. Padahal kedua jenis pohon dari keluarga palmae ini sama-sama memiliki banyak kegunaan. Begitupun pasar untuk berbagai produknya sudah terbuka. Tidak hanya gula tapi juga bagian lain dari aren seperti : Ijuk dan buah kolang-kaling.
Berikut tulisan dari Jurnal Nasional seputar isu pengembangan aren nasional.
Jakarta | Selasa, 11 Des 2007
by : Agus Dwi Darmawan
www.jurnalnasional.com
Sebaran Aren di Berbagai di Berbagai Daerah
Pohon aren sudah dikenal masyarakat karena memiliki banyak kegunaan. Hampir semua bagian tanaman aren ini berguna, baik untuk pangan, bahan baku industri maupun energi terbarukan. Aren juga memiliki kemampuan fungsi hidrologi yang tinggi sehingga sangat cocok untuk tanaman konservasi.
Misalnya di pulau Jawa, tanaman aren banyak ditebang untuk dipanen patinya. Daunnya dibuat tali temali, niranya untuk gula dan berbagai keperluan lain. Kolang kaling yang dibuat dari bunga betinanya yang masih muda juga menjadi makanan favorit. Gula merah aren sendiri juga banyak diminati karena rasanya yang khas. ”Tak heran pulau Jawa menjadi penyebab sumber utama menurunnya populasi aren karena ditebang,” kata David Allorerung, Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Deptan.
Pengembangan Aren Nasional untuk Konservasi
Pohon aren juga bisa menjadi tanaman konservasi. Hal ini ditunjukkan bahwa aren banyak dijumpai di lokasi yang berbukit dan rawa bencana alam, tanah longsor dan banjir. Pohon aren juga bisa menghambat erosi. Selain itu dengan sistem agrofprestry, tanaman aren juga banyak dimanfaatkan untuk daerah aliran sungai (DAS). Di Papua tanaman ini banyak dijumpai di lembah-lembah dan aliran sungai. Di 14 provinsi lainnya, juga dapat ditemui yang sama misalnya di Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu hingga ke Sulawesi dan Maluku. Tak heran di beberapa daerah yang banyak arennya masih ditemui air yang awet (melimpah di musim hujan dan kemarau) dan murni.
Meski sudah lama disuarakan oleh berbagai kalangan, pemerintah Indonesia dinilai lambat merespons. Baru pada 2005 ketika krisis energi digembar-gemborkan dengan dibarengi perubahan iklim, kesadaran untuk mengembangkan energi terbarukan mulai terpicu.
Menurut data Direktorat jenderal Bina Produksi Perkebunan Deptan, data lahan aren di seluruh Indonesia selalu berubah. Catatan 2005 dan 2006 memperlihatkan ada kurang lebih mencapai 59,495 hektar lahan aren yang tersebar di 33 provinsi. Mengingat aren ini dapat tumbuh di mana saja dan komoditasnya yang besar, diharapkan pemerintah memiliki alokasi anggaran khusus untuk petani aren.
Hambatan yang juga muncul selain ketidakmerataan lahan aren seperti halnya kelapa sawit, penemuan varietas unggul aren juga tidak pernah disinggung oleh peneliti. Hingga saat ini masyarakat hanya melestarikan bibit unggul yang dianggapnya baik. Kriterianya ada yang produksinya tinggi hingga 15-20 liter nira per hari, memiliki 7-8 bunga jantan, mulai disadap setelah 9-10 tahun dan berbagai pengamatan masyarakat lainnya. ”Masyarkat sudah tahu pastinya, tetapi jika pemerintah dan peneliti campur tangan di sana maka potensinya lebih besar lagi,” katanya.
Dari data-data di atas memang sudah saatnya pemerintah atau mereka yang berkepentingan masuk ke program pengembangan aren nasional. Walau saat ini sudah mulai dilakukan penduduk tapi masih dalam skala kecil. Bibit aren unggul di tanam di kebun-kebun milik sendiri. Namun untuk pengembangan aren nasional besar-besaran perlu keterlibatan pemerintah.
Demikian sedikit yang bisa disampaikan soal pengembangan aren nasional. Semoga tercerahkan.
Salam aren,
@eviindrawanto
Gula Semut Arenga Palm Sugar
Natural Sugar for All Purpose Sweeteners