Foto Jembatan Darul Hana Kuching ini paling indah kalau dilakukan sore atau malam hari. Sore saat matahari perlahan turun ke kaki langit, warna keemasannya akan dipantulkan air Sungai Sarawak. Malam hari ketika lampu warna-warni menyala, salah satu destinasi wisata Sarawak ini semakin hidup.
Sayangnya dua kali ke Kching dan tiga kali mengunjungi jembatan ini belum berhasil memotret malam. Kunjungan pertama ke Kuching jembatan ini belum dibuka. Kunjungan kedua menghadiri Rainforest World Music Festival, acaranya cukup padat hingga tak punya kesempatan malam-malam datang ke sini untuk memotret.
Jembatan Darul Hana menghubungkan kawasan Kuching Utara dan Selatan. Desain berbentuk huruf S itu singkatan dari Sarawak. Nama Darul Hana diambil dari masa lalu Kuching, ketika di bawah kekuasaan Sultan Brunei kota ini dulu disebut Sarawak Darul Hana. Jadi nama ini berdasarkan referensi sejarah.
Baca di sini :
- Pengalaman Pertama dan Tips Survive Bermalam di Bandara Kuala Lumpur
- Perjalanan Dari Kota Bima ke Desa Sangiang Wera
- Melukis Kenangan di Kota Kuching
Foto Jembatan Darul Hana – Simbol Kedamaian
Siang itu cuaca sangat terik. Saya dan teman-teman Blogger Indonesia melintasi jembatan selebar lebar 3,5 meter, panjang 335 meter, kami tetap penuh keriaan. Tak masalah panas. Fokus hanya membuat foto Jembatan Darul Hana Kuching sebaik mungkin. Yah namanya juga content creator, untuk apa lagi kalau bukan untuk Instagram dan “ngempanin” blog.
Sekalipun panas membuat pedih di kulit, sesekali diademkan oleh angin yang bertiup sepoi dari bawah. Pemandangan terbuka ke sungai Sarawak menimbulkan rasa leluasa. Ditingkahi air yang “berusaha” memantulkan warna langit. Sayang tak berhasil sepenuhnya sebab yang timbul dari warna air yang kecoklatan itu malah kehijauan seperti lumut.
Dan memandang ke kota di tepinya menimbulkan rasa damai dalam dada. Mungkin terpengaruh aura dari konsep pembangunan nya sendiri yang mengacu pada gagasan Yin dan Yang. Melengkung dengan 2 tiang condong secara berlawanan melambangkan keseimbangan, harmonisasi dalam masyarakat Sarawak yang multikultur.
Sementara struktur jembatan berbentuk huruf S dengan tiang miring juga mengandung unsur dari jembatan bambu milik masyarakat Bidayuh. Menara pendukung bangun jembatan juga di desain menyerupai burung rangkong, panglima Burung, endemik Borneo. Dengan kata lain tenggara baru Kuching Sarawak ini, seluruhnya membawa filosofi dari unsur-unsur budaya yang hidup di sini.
Berdiri di bawah menara pandang, sambil terus bercanda dengan teman-teman, memandang ke arah Kuching Waterfront, kota itu seperti membuka dirinya. Kosmopolitan yang tak meninggalkan tradisi. Di seberang berdiri dengan pesona tuanya Astana, Fort Margherita, dan Gedung Legislatif (DUN). Mereka terlihat ramah.
Baca Juga:
- Wisata Kuching Sarawak di Akhir September
- Dua Jembatan Bersejarah di Isfahan dan Keramahan Paripurna Orang Iran
Nuansa Sejarah
Memang foto jembatan Darul Hana akan terasa penuh nuansa sejarahnya terutama bila teman-teman sudah membaca tentang masa lalu Sarawak terlebih dahulu. Keterhubungan antrara Astana, gedung majelis legislatif Sarawak di satu sisi dengan Jalan P Ramlee di Kuching Waterfront, dan bazar kuno yang terkenal di sisi lainnya, seperti buku yang terbuka.
Oh ya jembatan ini khusus pejalan kaki dan dibuka tanggal 11 November 2017. Sekalipun fungsinya adalah penyeberangan, sepertinya juga dikembangkan sebagai destinasi wisata. Sebagai daya tarik baru bagi traveler milenial yang ingin jalan-jalan di sekitar Kuching Sarawak. Harus diakui narsis dengan foto Jembatan Darul Hana dan sungai Sarawak memang terlihat bagus. Desain indah, Sungai Sarawak pun bersih dan terawat. Klop!
Sebelum hadirnya jembatan, penduduk yang akan menyeberang dari utara ke selatan atau ke desa desa tradisional Melayu di seberang waterfront, menggunakan perahu tambang. Menurut yang saya baca, pada awal pembangunan jembatan timbul ketegangan dengan para pengemudi perahu tambang. Seiring waktu dan pengertian yang diberikan pemerintah, pembangunan diterima. Sapai saat ini pun tambang tetap beroperasi. Mungkin jembatan ini memang tepat juga bertujuan ganda: Penyeberangan dan tujuan wisata dengan Sungai Sarawak daya tarik utamanya.
Baca Juga di sini:
- Sore Romantis di Warung Modjok
- Green Mining Sebuah Tantangan
- Masjid Raya Sumatera Barat dan Traveler Pemula
Jembatan Darul Hana Gratis
Sekalipun tempat ini dijadikan destinasi wisata, jangan khawatir mengambil foto jembatan Darul Hana. Masuk ke sini tidak bayar alias gratis. Dibuka sejak pukul 07.00 pagi sampai 12.00 malam.
Waktu terbaik mengunjungi jembatan Darul Hana
Waktu terbaik membuat foto jembatan Darul Hana Kuching adalah malam hari. Karena usai diresmikan Pemerintah Kuching juga menyiapkan Darul Hana Bridge Musical Fountain. Pertunjukannya tentu meriah. Menggabungkan unsur musik , pancuran air dan lampu warna-warni untuk suguhan malam di Kuching yang spektakuler.
Air mancur ini memiliki ratusan nose yang menembakkan air sampai 25 meter ke atas. Darul Hana Musical Fountain beroperasi setiap hari mulai pukul setengah 8.30Â malam sampai pukul 22.00 malam. Tiap durasi berlangsung 15 menit.
Cara Menuju ke Jembatan Darul Hana
Bagi yang juga pengen membuat Foto Jembatan Darul Hana Kuching, dari manapun datangnya, arahkan tujuan ke Kuchig Waterfront. Dari Airport saya naik Grab ke sini. Lebih mudah kalau memilih hotel atau penginapan dekat waterfront. Karena setiap saat bisa ngedem di tepi sungai. Tempat yang sangat hidup pagi-siang dan malam. Banyak hotel, penginapan, resto dan dan Cafe di sini.
Gimana? Keren kan destinasi wisata Sarawak ini? Ada yang pengen membuat Foto Jembatan Darul Hana Kuching juga?