Dua mercusuar ini saya temukan mengisi kekosongan di Selat Sunda. Pada suatu pagi yang baru saja lahir. Saat itu awan kelabu menggantung di langit seolah berat berpisah dengan Desember yang sebentar lagi berakhir. Suasana itu berpengaruh terhadap mood saya. Ditambah lagi kabut tipis yang membuat gambar tidak jelas ini memunculkan ide kesepian dalam benak saya. Bayangkan cuma berdua mengisi laut yang begitu lebar, apa yang bisa dikatakan kecuali terisolasi?
Ketika cakrawala hanya garis imajinasi yang lahir dari keterbatasan jarak pandang kita, mercusuar mengambil peran sebagai alat penyelamat. Penanda lokasi dan kedalaman air bagi kapal yang lewat dan nelayan yang sedang melaut. Dengan kata lain Mercusuar menghindarkan para pelintas laut agar tidak menabrak karang atau tersesat menuju tempat tujuan.
Dalam hidupmu apa yang engkau jadikan sebagai mercusuar teman?
Salam,
Diikutkan pada Turnamen foto perjalanan ke-15
71 comments
Hebat kreasi orang jaman dulu
Tiap jaman ada orang yan g kreatif ya jeng
Jika keadaan gelap pastilah Ql-Qur’an dan As Sunnah pedomanku
Salam hangat dari Surabaya
Iya Pakde, idenya cuma sederhana, memberi suluh di kegelapan..tapi rupanya telak kita butuhkan, akhirnya terpakai sampai sekarang..
rasanya kesepian ga ya mercusuarnya? tapi tentu saja berguna bukan
Kayaknya perlu bertanya kepada mereka Mbak Lid hahaha..
Sepakat sama Pak Dhe Bunda, Al- Qur’an dan Sunnah adlah pedoman dan lentera ketika terang maupun gelap, ketika bersama ataupun sendirian 🙂
Mercuar mutlak dan tak tergantikan itu ya Kang sofyan…
dalam bayangan saya, yg namanya mercusuar selalu kokoh
ternyata nggak juga ya, mba..
Iya yg ini kelihatan rapuh ya Mbak Hil. Mungkin karena ini bukan mercusuar yg berpenghuni dan tempat berdirinya juga di teluk sehingga ombak tak begitu besar. Tapi ini sih analisa ngasal saya saja 🙂
jadi mengingat2, kapan ya aku melihat mercusuar *berpikir*
Ingat2 kapan terakhir ke tepi laut Teh Orin 🙂
selalu mengambil makna dari ayat-ayat yang ada disekitar kita, itulah kekhasan Bunda Evi.
Sebagai nahkoda untuk perahu diri, kitapun wajib memiliki mercusuar dalam menjalankan setiap tugas dan kewajiban yang kita emban karena ia akan memberikan tuntunan dan rambu yang tepat untuk kelancara perjalanan hidup sekalipun berada di tempat yang gelap. Dan sebagai seorang muslim, kita tahu apa pegangan hidup kita agar langkah kita tertuntun pada jalan kebenaran sekalipun sulit untuk dilewati
Mercusuar yg ini pendekatannya personal banget ya Pakies, maha dekat sekaligus maha jauh. Kita boleh menjauh darinya, perasaan kita ikut menjauh, tapi Dia tidak kemana2 tetap didekat kita. Kita boleh melanggar larangan, Dia tidak akan marah2 turun ke bumi lalu menghukum kita. Hanya Dia memberi pengetahuan bahwa semua ada bayarannya. Mengabaikan mercusuar atau memperhatikan kerlip cahayanya untuk menuntun, semua terserah kepada kita. Yg jelas diujung cerita ada konsekwensi dari semua pilihan kita
mercusuar-ku telah disediakan untuk dipedomani,
tapi aku sering mengabaikan.
makasi sudah mengingatkan kembali, uni.
Keabaian pada yg benar bagian dari kemanusiaankita May..untungnya kita dibekali pikiran dan hati nurani untuk kembali ke jalan yg benar hehehe..ah aku juga begitu, sering melupakan-Nya seolah Dia tak mengetahui perbuatanku…
bsa di bygkn klo jd mercusuar. sendiri sepi dan badai hantam menghntam diri tak ada yg peduli….cuma kekuatan Illahi yg jd pedoman utk selalu menerima kekuatan diri sendiri…
Mbak Mimi ingat tidak kata2 mutiara ‘aku rela hancur untuk menerangi sekitar’. Nah mercusuar beda banget dengan lilin yg begitu hancur tak bisa memberi penerangan lagi. Mercusuar sepanjang menaranya tak tergerus air laut akan tetap disana untuk menuntun para pelintas laut 🙂
sukses ngontesnya mba, fotonya bagussss…
Makasih Mbak Yeye 🙂
walah ada ditengah laut seperti itu , takut ya
Kayaknya gak dihuni, jadi gak perlu takut 🙂
Kenapa dua ya mbak? apakah karena (relatif) kecil sehingga harus dua? *penasaran*
Mercusuarku? DIA, lewat firman-firmanNYA…. 🙂
Nah gak tahu nih mbak mechta, kenapa mercusuarnya dua. Mungkin untuk tanda yg berbda kali ya? Loh kok nanya lagi …:)
Uni Evi, terimakasih ya diingatkan tuk berpedoman pada mercusuar yang telah disediakanNya.
Sama2 Mbak Prih, terima kasih juga 🙂
Boleh tidak ya mbak kalau saya menjadikan semua perintah dan larangan Tuhan sebagai mercusuar dalam kehidupan saya?
Ngomong-ngomong, foto diatas itu daya magisnya kuat banget, saya sampe merinding lihatnya, mbak Evi…
Dan tentu saja boleh Mbak Irma. Kayaknya gak ada tempat maha lain selain Dia yg bisa dijadikan mercusuar.
Makasih Mbak Irma 🙂
Mbaaaak, trima kasih dukungan dan doanya buat posting saya tentang Cibenda itu yaaa…terharuuu banget bacanya…
Ah Mbak Irma pantas di doakan..Orang seperti dirimu gak sia-sialah kalau di doakan maju, Insya Allah bawa perubahan soalnya..:)
yang menjadi mercusuar agama
Amin. Siiiip Ori 🙂
agama bu Ev.
photonya keren, sepakat bu photo di atas sangat menggambarkan suasana kesepian..
sukses buat kontesnya..
Terima kasih Kang Yayan..Kayaknya suasana seperti itu emang bikin hati gimana gitu hehehe..
Hmmmm apa ya? Agama mungkin iya?
Umumnya itu lah yg akan dijawab semua orang Bang Ancis 🙂
Mercusuarnya beda ya mbak bentuknya beda ya mbak sama di sini 🙂
fotonya keren 😛
Mercusuar yg dibangun jaman Belanda dan berdiri di tepi pantai seperti di Anyer emang besar dan kokoh Mbak El..Dan aku gak tahu apakah semua model mercusuar moderen Indonesia bentuknya kecil2 begini..:)
cuman 2 doank yak??
aq belum pernah ke selat sunda jwe.
Dalam foto ini sih cuman dua doang Mas..Tapi beringsut lagi mendekati Bakauheni ketemu lagi beberapa buah hehehe..
Yang Maha Esa, jadi mercusuar hidup 🙂
Suka dengan foto-foto mbak Evi, bagus-bagus dan bercerita.
Aiiihhh..Terima kasih Mbak Indah 🙂
sendiri & kesepian, tapi berguna buat orang lain.
Iya begitu lah Mbak Dey…:)
beloon pernah lihat mercusuar Mbaa.
sukses ya ngontesnya
Aiiihhh..Mari kita ramai-ramai nonton mercusuar hahaha…
woow indahnya poto mercusuar dengan suasana yang senduu..
aku belom pernah liat mercusuar dari deket Mba Evii
ayoo ajakin aku !
Hahahah jangan mau mbak…ini sukanya diajak terus ngak pernah mau ngajak heeee
BLi Budi, kita minta diajak dulu baru ngajak ya…
Ayo kita jalan-jalan mencari mercusuar Cik…
waaaaddduuuuhh kemaren saya hampir jadi pertamax lho tapi keburu mati lampu,
pas di buka lagi udah banyak banget hahahaha 😀
Ooo..Lampu kemarin gak bersahabat ya Dea, pakai acara mati ..:)
Bener mbak, ngeliat foto itu bikin kesan sepi yah…
Mercusuarku adalah Juruselamatku dan Firman-Nya, mbak 🙂
Habis laut yang terbuka itu serasa menenggelamkan kita dalam perasaan Jeng hehehe..Yah Dia dan Firman-Nya, satu2nya acuan bagi orang beriman 🙂
mercusuar dlm hidup saya? Kitab suci pastinya… ^_^
Dan yaa, laut dan segala hal yg ada di permukaannya jg menimbulkan kesan “terisolasi” bagi saya.. 😀
Sendiri.. Namun menenangkan jiwa… 🙂
Sukses ya mbak dgn kontesnya 🙂
Banget Mbak Thia..Sepanjang gak ada ombak dan tsunami, laut itu sangat menenangkan 🙂
aiiih knapa smua panggil “Bunda” ya..? Salah nih aku…
Ralat deh… Bunda Evi… Hihihi…
Kayaknya dulu aku pernah jurnal transformasi ya.. Smpe lupaaa… Ini akibat kelamaan ngilang dr peredaran… Maaf yah Bun.. Hehehe
hahaha..gak semua teman-teman disini manggil aku Bunda kok Mbak Thia. Tapi sebetulnya aku lebih suka dipanggil Uni atau Mbak saja, kalau bunda kesannya tuh wibawa banget ..padahal aku gak berwibawa lho ya, yg berwibawa itu Una…
Una? Berwibawa?
ooooh iya ya … bapaknya tuh yang berwibawa, Una mah … kriwil hihihi
Puitis juga kata2nya kak Evi. Postingan2 kak Evi, koq gak dimasukin di Viva? Lumayan buat menaikkan trafik. Cocok, judul2 dan tema2nya. Menurut penerawangan saya, akan disuka orang 🙂
Moga menang ya 🙂
Terima kasih sudah mengingatkan Niar..Nanti aku submit lagi 🙂
Tiada yang aneh dari mercusuar itu mbak.. yang aneh kok tampilan blog ini kayaknya. kenapa ya?
Tuh kan aneh.. Tadi saya lihat gak ada satu komen pun disini, eh ternyata banyak yang nongkrong disini.. Hiiii apa karena saya dolan pas malam jumat ya hahaha
Ah itu pasti efek malam jumat, Uncle..:)
Nah itu yg bikin aku bingung Uncle..Kenapa blogku jadi aneh, padahal orangnya sdh aneh, tanpa blog harus ikutan pula hahaha..
mercusuar ini tampak mistis …
Padahal saya ngambilnya dalam perasaan sepi hehehe….
Mercusuar memang penting bagi para pelintas laut ya, MBak. Sedangkan dalam hidupku, saat ini mercusuarku adalah ibuku.
Dan ibu sedapat yg dia mampu tidak akan pernah menyesatkan anak2nya. Great mercusuar Pak Azzet 🙂
owalah bisa jadi untuk rambu agar menghindari karang ya ^^
Emang maksudnya Rambu Mas, rambu lalu lintas laut 🙂
[…] menyala perlahan.Muncratan cahaya jingga yang menerangi alam sekitar membuat siapapun yang pegang camera ingin memotret. Bahkan tak sedikit yang ingin jadi pujangga.Saya pun ingin berpuisi saat itu, tapi tak kunjung […]
sepi kami di luasnya samudera
menjadi pemandu
menentukan arahmu
menyelamatkan hidupmu
adakah yang peduli kami?