Pada hari ke-15 setelah tahun tahun baru Imlek, perayaan tahun baru diakhiri dengan sebuah perayaan besar. Festival Cap Go Meh namanya. Atau sering juga disebut Festival Lampion. Sebuah even wisata budaya yang sangat ditunggu di Kota Singkawang. Ada banyak Tabu-Tabu Dalam Festival Cap Go Meh Singkawang ini.
Festival Lampion diadakan sehari sebelum Festival Cap Go Meh. Di berbagai klenteng dilangsungkan atraksi tarian Naga dan Barongsai. Lalu beramai-ramai mengarak lampion yang menyerupai naga itu ke jalan raya. Ritual ini disebut “buka mata naga”.
Ritual Buka Mata Naga Dalam Festival Cap Go Meh
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, Buka Mata Naga berawal dari cerita legenda. Konon suatu ketika akibat berkelahi dengan manusia seekor naga terkena panah tepat di matanya.
Untung lah naga tersebut tak sampai buta. Ia disembuhkan oleh seorang biksu yang baik hati dengan membaca berbagai mantra. Untuk memperingati, setiap tahun menjelang Cap Go Meh, ritual naga buka mata ini pasti akan selalu dilakukan. Tepatnya sebelum pawai naga berlangsung.
Masyarakat etnis Tionghoa di Singkawang percaya bahwa replika dari naga yang diarak tersebut dapat memberikan berkah dan menghindari malapetaka.
Ritual buka mata juga dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat. Agar acara perayaan cap go meh berlangsung aman. Begitu pun agar dilimpahkan rahmat berupa kesehatan dan keamanan bagi masyarakat.
Tarian Barongsai Berangkat Dari Legenda Rakyat
Begitu pun dengan barongsai tarian barongsai juga berasal dari legenda.
Menurut kepercayaan leluhur (China), setiap awal tahun baru (Imlek) para dewa dewi kembali ke kahyangan untuk melapor semua peristiwa bumi ke Kaisar Langit. Ketidak hadiran dewa dewi membuat roh-roh jahat merasa bisa berbuat semena-mena. Maklum karena tak ada yang mengawasi mereka semakin ganas. Untuk mengusir mereka orang China kuno membuat tarian barongsai, agar mengusir setan-setan jahat tersebut menyingkir ke tempat jauh. Tidak boleh menggangu manusia. Sebelumnya barongsai harus diberkati di klenteng.
Baca juga Legenda Ikan Sakti Sungai Janiah
Festival Cap Go Meh Singkawang
Festival Cap Go Meh sudah jadi agenda wisata Pemda Kalimantan Barat dan berhasil menyedot ribuan turis tiap tahunnya.
Saya pernah menyaksikan festival lentera ( Yuan Xiao Jie ) ini di Singkawang. Malam sebelum Cap Go Meh, bulan terlihat purnama sempurna di langit. Bergaya anak muda, bersama ratusan orang ikut berdesakan menunggu pawai di tepi jalan. Tak nyaman sebetulnya. Untung tak lama kemudian parade kendaraan hias dengan gantungan lampion kertas aneka rupa pun lewat. Melihat mereka satu persatu melintas rasa tak enak berganti dengan kegembiraan. Ada juga lampion yang menyerupai ikan, burung dan tentu saja Liong (naga) raksasa yang digotong beramai-ramai. Pendar cahahaya kuning – merah, bunyian yang di tabuh, serta musik tak hanya membangkit suka cita saya tapi juga penonton yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Di tempat asalnya Tiongkok, pesta lampion seperti ini merupakan simbolik dari berakhirnya musim dingin dan datangnya kehangatan matahari musim semi. Festival yang sudah dirayakan sejak Dynasti Han (206 SM) ini dulu juga digunakan sebagai pelengkap sembahyang untuk meminta hujan dalam memulai musim tanam.
Makanan Tahun Baru Imlek
Dalam perayaan tahun baru Imlek, orang Tionghoa, seperti hari raya dimana pun di dunia, menyuguhkan berbagai makanan enak. Baik di klenteng atau di rumah. Sajiannya berupa buah seperti jeruk mandarin, apel, dan anggur. Kue-kue manis, manisan, serta kembang gula juga tertata rapi di meja. Selain untuk dimakan agar supaya kekayaan dan berkah berlangsung sepanjang tahu, makanan terutama buah, digunakan sebagian persembahan roh nenek moyang. Sementara kue yang berbentuk kura-kura dimakan sebagai simbolisasi panjang umur.
Baca juga Malin Kundang Besorban Putih
Sementara pada hari Cap Go Meh mereka menghidangkan nasi ketan berbentuk bola. Dan tentu saja tak ketinggalan Lontong Cap Go Meh yang terkenal itu.
Tabu-Tabu Dalam Festival Cap Go Meh
Selama perayaan Imlek, sebelum tiba Cap Go Meh ada beberapa tabu atau pantang yang dijalankan masyarakat :
- Selama tanggal 1 -15 orang menghindari mengeluarkan kata-kata buruk atau menceritakan perkara jelek dan membuat sedih. Mereka percaya bahwa kalau dilakukan kata-kata buruk, kejadian jelek yang membuat sedih itu akan terulang secara terus menerus sepanjang tahun.
- Masih berkaitan dengan menghindari peristiwa sedih, jadi tabu sekali melayat orang sakit. Kalau dilanggar akan membawa sial sepanjang tahun.
- Tidak boleh makan bubur sebab makanan ini mengandung banyak air. Bila dilanggar hujan akan datang sepanjang tahun.
- Guna menghindari tangan tertusuk jarum, anggota keluarga dilarang menjahit. Tangan yang terluka karena tertusuk jarum dianggap sebagai penanda buruk bagi kehidupan sepanjang tahun.
- Jika tak mau anak-anak nakal sepanjang tahun, orang tua dilarang memukul mereka.
- Begitupun lantai rumah tak boleh di bersihkan, sampah di halaman tak boleh disapu dan pakaian kotor disimpan sampai Cap Go Meh usai. Kalau dilanggar orang percaya bahwa harta atau kekayaan seseorang akan tersapu atau tercuci bersama kotoran. Makanya sapu-sapu disembunyikan agar dewa kekayaan tak tersinggung melihatnya.
- Dalam kanji Cina, tulisan Burung Magpie terbaca “Hantu”. Jadi selama 15 hari tahun baru Imlek orang akan menghindari mendengar suara Burung Magpie yang cerdas ini karena kalau sampai terdengar akan membawa sial.
- Kunjungan antar tetangga juga dikurangi. Mungkin maksudnya untuk mencegah gossip (mengeluarkan kata-kata jelek). Dan makananpun tidak nasi tapi Sui Kiau (suikiaw), mirip pangsit tapi isi lebih besar. Sebab nasi dalam kanji Cina nadanya menyerupai kata “berontak” dan “kejahatan”.
- Tidak boleh ada barang yang pecah selama 15 hari tahun baru Imlek, untuk menghindari perceraian atau pecahnya hubungan keluarga.
Keramaian menonton Tatung setelah malam Lampion
Selain pesta lampion, festival cap go meh juga memperagakan kembang api dan mercon. Sebelum berakhir sekali lagi diperagakan tarian Singa dan Barongsai yang kemudian di bakar semua sampai habis.
Selamat Cap Go Meh bagi yang merayakan 🙂
53 comments
wah saya langsung menerawang kota singkawang yang pernah beberapa kali saya singgahi diakhir tahun 90 an. Kota kecil yang pernuh dengan warna dan keunikan. Awalnya ketika berada di jantung kota, saya merasa asing, karena kota ini memiliki tata kota yang mirip sekali dengan di daratan Cina.
Sejak Gus Dur membuka pintu untuk budaya warga keturunan budaya cap go meh semakin meriah dan saya sendiri merasa miris dengan atraksi para tatung.
Wah jadi kangen pingin jalan-jalan keliling kalbar dengan naik motor sampai ujung sambas
Kalimantan itu ternyata luas sekali Pakies. di kalbar saja banyak tempat berkesan yg bisa dikunjungi. Jadi saya memaklumi kerinduan Pakies bermotor kembali disana.
IYa atraksi tatung ( ta sing) merupakan puncak acara dalam pesta tahun baru imlekdi singkawang. Pertunjukan mereka emang butuh keberanian 🙂
Mmmmm terima kasih banyak mbak..saya langsung kopas pantangan2 itu
Terima kasih kembali Bli Budi. MAyan ya buat nambah2 pengetuan sosial kita 🙂
ramai sekali ya..
belum pernah kesana jadi baru bisa bayangin dari blog ini.. hehe
semoga suatu saat bisa mendatangi keramaian acara cap go meh di singkawang 😀
Memang ramai sekali Anno. KAyaknya tiap tahun tambah ramai saja. SMoga Anno nanti juga berkesempatan melihat parade cap go meh di singkawang nanti 🙂
Seru bener yaa kalo di singkawang …. jadi penasaran mau liat langsung tp tiket ngak ada yg promo kalo pas cap go meh 🙂
Habis selama Imlek dan cap go meh penerbangan kesana selalu full book sih Mas. Maklum selain orang pulang kampung bahwa Singkawang sudah ngebranding sbg penyelengara para tatung yg super ajaib 🙂
klo dari tanggal 1-15 sudah terbiasa tidak berkata-kata buruk.. Insya Allah untuk tanggal 16-30 jadi kebiasaan ya Uni.. 🙂
paling suka dengan larangan piring pecah itu.. xixi.
Mestinya begitu sih May…cuma kesempatan berkata buruk dan bersedihnya lebih besar yakni sepanjang tahun usai cap go meh hehehe…
waah.. merah meriah ya mbak… oya lontong cap go meh nya gak ada mbak? *selalumakananygdipikir..hehe*
Ada sih Mbak Mechta cuman lupa naruh fotonya dimana, jadi deh tampil tanpa lontong cap go meh hehehe…
Kebetulan di Semarang tradisi itu masih ada dan diselenggarakan cukup semarak. Pusatnya di Gang Lombok tengah kota Semarang.
Meriahnya luar biasa dan diliput beberapa TV nasional
Gang lombok kan pecinannya Semarang yah Pak Mars…Nah pasti meriah itu 🙂
Wah baru tahu loh ternyata banyak sekali tabu-tabunya. Nice info Mbak. Thanks ya.
Foto kemeriahan Singkawang jadi bikin pengen jalan kesana lagi 🙂
Tapi kayaknya tabu2 seperti ini sdh gak begitu dipakai dalam kalangan masyarakat Tionghoa sendiri Mas Krish, terutama generasi mudanya 🙂
hal begini, kaya’a juga di adakan di klenteng tua jakarta yaitu petak sembilan, semarak cap go meh, yg paling aku suka, soalnya bener-bener kelihatan Bhinneka Tunggal Ika’a
Betul Mas Andy, utk sekarang sdh kelihatan bhineka tunggal ikanya. Karena yg dipromosikan kepada khalayak adalah sisi budayanya bukan sisi kepercayaannya. Jadi deh cap go meh dikemas untuk pariwisata 🙂
Meski saya melihat ada beberapa hal yang tak masuk akal dari beberapa pantangan di atas, tapi ada pula beberapa diantaranya yang mengajarkan budi pekerti. macam tidak boleh berkata buruk
Makasih mbak untuk pengetahuan seputar Cap Go Meh.. oh ya burung Magpie kayak apa sih
Nilai2 budaya kan selalu bersifat relatif Mas Ladangduters..Dulu mungkin diterima sbg kenaran dan sekarang tampak tak masuk akal. Yang beginian akan berlangsung sepanjang masa.
Kalau melihat dari google magpie itu mirip burung pipit, bersuara merdu 🙂
banyak juga tabu-tabunya,
tahun ini perayaan cap go meh di Makassar agak sepi, konon kabarnya atas intruksi sang dewa..maka arak-arakan seperti tahun lalu dan dua tahun sebelumnya tidak boleh dilaksanakan, makanya perayaan cap go meh di adakan dalam ruang tertutup saja…,
salam hangat selalu Makassar 😉
Wah dewanya malu kalau ada arak2an ya Pak. Tapi kalau perayaan tertutup dianggap lebih baik tentu saja tak mengapa ya. Salam hangat juga dari Tangerang Pak Hari 🙂
ga nyampe sini barongsainya
yang kerasa dari tradisi itu cuma kue keranjang doang…
Di hutan juga gak ada yg bakal nonton barongsai sih Mas Rawins hehehe…
Thanks dah berbagi cerita, ikut merayakannya juga ya?
Ikut merayakan Bang Acis, tidak secara khusus tapi sebagai pengembira saja 🙂
bar tau ada pantangan2nya ya bun. kalau memukul anak sih harusnya tiap saat tidak dilakukan ya tidka hanya saat hari tabu itu
Jaman dulu memukul anak kan bagian dari pendidikan Mbak Lid. Jaman sekarang alhamdulillah sdh beda 🙂
waaaa banyak lampion yaa 😀
Iya Dea, namanya kan festival lampion 🙂
Singkawang? Membaca artikel di atas hanya bisa membayangkannya saja 🙂
Singkawang yg sering juga disebut kota Amoy, emang unik bede 🙂
waah kayaknya seru tuh, saya belum pernah liat secara langsung 🙁
jadipengen liat deh hehehhe
Tahun depan masih ada kok Kucing, siap2 ya datang kesana 😉
Suka sekali Uni, jadi ingat postingan tatung dari Uni sebelumnya (ngeri bener), sajian gambar meriah merah. Singkawang saat Cap Go Meh harga melambung tak terkira ya Uni. salam
Iya Mbak Prih, kan selain warga Singkawang yg pulang kampung ditambah wisatawan yg hendak melihat cap go meh 🙂
mbak evi wow mweriah sekali perayaannya tetapi kali ini ngambil gambarnya gak kepenyet si merah seperti tahun lalu kan?
Ini masih gambar tahun lalu Mbak Min. Jadi masih kepencet hehehe..
Hari kemerdekaan buat anak2 nih. Orangtua dilarang memarahi mereka 😀
Saya belum pernah liat pesta lampion. Tahun lalu komunitas blogger di Makassar diundang ikut pesta lampion, saya gak bisa ikutan …
Iya masa tahun baru anak-anak mesti dipukul juga, mestinya mereka dibiarkan bergembira saja Niar
Menarik sekali mbak artikelnya… 🙂 Begitu beragamnya budaya dalam negeri kita ini… Tiap budaya memiliki ciri khas tersendiri. Semuanya harus dijaga agar tetap utuh negeri ini… 🙂
Nice post!
Orang kuno saja sdh bisa melihat bahwa tanah nusantara punya berbagai macam budaya ya Mas. Makanya mereka merumuskan bhineka tunggal ika, menjamin keberagaman hidup rukun berdampingan 🙂
Mbak Evi, saya termasuk penyuka makanan khas ini…lontong cap go meh, apalagi kalo dimakannya panas-panas…wuih, nikmat banget pastinya!
😀
Gurih dan bikin pengen nambah kalau makannya kurang ya Mbak Irma hahaha..
tabu tabunya banyak banget ya… tapi kalau dijalani terus jadinya juga baik ya… coba deh tidak boleh memecahkan perobot.. terus mukul anak… bagus bagus khan ya…
Singkawang memang kota pencinan yang paling meriah untuk merayakan hari ini….
Itu bagian kearifan dari sebuah budaya ya Bro Rom..Mengikuti logikan jaman, yang bagus dipertahankan yang gak sesuati lagi akan ditinggalkan dengan sendirinya 🙂
tabu2nya ada bbrp yg sy setuju, spt tdk memukul anak atau mengucapkan kalimat jelek.. Tp kl gak nyapu dan nyuci baju selama 15 hari.. Kayaknya bs habis stok baju sy.. 😀
Hahaha..gak nyuci baju 15 hari, begitu nyuci bengek kita ya Mbak Myr..:)
byk sekali pantangannya ya? anak2 muda skrg masih mengikuti tradisi yg tabu2 ini kah?
Kayaknya kalau anak muda, tahu tabu juga enggak deh Mbak Deva hehehe..
foto2nya meriah dengan warna merah ya Mbak …
Kalau yang sakit harus makan yg lembek2, gimana ya .. kan gak boleh makan bubur.-
Mereka kan punya nasi Tim, Mbak Dey..Jadi pas sakit menjelang cap go meh ya nasi tim lah makanan lembutnya..:)
waw keren artikelnya
saya bisa belajar suatu kebudayaan dari blog ini
terima kasih 🙂