Masjid Agung Kasepuhan Cirebon atau Masjid Agung Sang Cipta Rasa sudah lama saya kenal lewat bacaan. Terletak dalam kompleks Keraton Kasepuhan – Jawa Barat. sejarah Masjid Kasepuhan Cirebon ini menarik. Didirikan tahun 1480 Masehi dan dianggap sebagai masjid tertua di Cirebon. Saya sering membayangkan bahwa suatu hari akan sampai di oase ini. Alhamdulillah dikabulkan. Suatu siang Allah SWT mengijinkan saya shalat lohor di sana.
Siang itu udara Kota Udang memperlihatkan kesejatiannya. Panas. Setelah menjelajah Keraton saya memintas jalan yang menghubungkan Keraton dengan Masjid sambil sesekali berteduh di bawah beringin tua. Akar pohon yang menjuntai di sebelah kanan membuat bayang-bayang panjang di atas tanah.
Pengalaman di Masjid Kasepuhan Cirebon
Mendekati gerbang masjid terlihat penjual sovenir dan foto langsung jadi menggelar lapak beralas terpal oranye. Walau saya sudah menyandang camera dan memperlihatkan, tukang foto itu tetap memotret, tepat di muka saya. Nanti foto itu dicetak lalu ditawarkan seharga 10.000 -15.000. Sebetulnya saya tidak membutuhkan gambar dari mereka. Selain bisa membuat sendiri foto-foto cetak hanya akan jadi sampah di rumah. Tapi karena sudah dibuat, ya ditebus juga, kasihan mereka sudah menghabiskan tinta cetak.
Baca juga  Reruntuhan Keraton Pakungwati Kasepuhan Cirebon
Udara di luar memang garang. Namun di dalam sebaliknya. Saya berdiri di depan beranda yang terbuka lebar. Bayang-bayang pohon yang dilarikan cahaya menari di lantai teraso merah. Aroma masa lalu yang kental membuat suasana bertambah teduh. Saya beringsut masuk lebih ke dalam. Di tempat agak sepi langsung membaringkan diri, meluruskan punggung, memandang langit-langit bersusun kayu jati sambil menerima kesejukan ubin terakota.
Dalam Masjid Paling Tua di Cirebon
Memang lenggahan pendopo Masjid ini membuat udara Cirebon tak terasa. Untuk mengusir kantuk yang begitu cepat datang saya mencoba mengumpulkan energi pikiran dengan membayangkan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di sini. Namun siapa lah saya ini. Emak-emak yang masih suka menghanyutkan diri di gelombang emosi.
Baca juga  Masjid Merah Panjunan Cirebon
Namun sekalipun gagal bervibrasi dengan kesalehan di level lebih tinggi dari masa lalu menikmati sepenuh hati rangkulan lembut dari lambaian sepoi angin. Adem tentram yang membuat saya ingin menangis. Akibatnya saya lupa angkat camera. Saat menulis ini baru sadar bahwa saya kurang mengeksplorasi Masjid Agung Keraton Kasepuhan Cirebon.
Baca juga  Dua Spot Hunting Foto Eksotis di Cirebon
Ah padahal itu kunjungan pertama. Entah bisa atau tidak balik lagi kesana. Tapi akhirnya sesuatu di dalam diri saya berkata agar tak usah disesali. Mungkin Allah hari itu menginginkan saya hanya fokus pada-Nya, pada kelimpahan yang telah Dia berikan begitu banyak pada hidup saya. Kok malah nyinyir pada keinginan membuat foto arsitektur cantik Masjid Agung Keraton Kasepuhan Cirebon segala?
Sejarah Masjid Agung Keraton Kasepuhan Cirebon dan Tradisi Azan Pitu
Masjid Agung Cipta Rasa terletak dalam kompleks Istana Kesepuhan Cirebon. Sejarah Masjid Agung Kasepuhan Cirebon berkait erat dengan Sunan Gunung Jati.
Dibangun pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati. Arsitekturnya Sunan Kali Jaga yang dibantu Raden Sepat seorang tahanan dari Majapahit.
Baca juga  Keindahan Masjid Agung Jawa Tengah
Yang unik Masjid Cipta Rasa tidak punya menara tempat adzan sebagaimana layaknya Masjid-Masjid di Nusantara. Alasannya karena struktur masyarakat saat itu bertingkat (berkasta). Maka tidak diperkenankan seorangpun berdiri lebih tinggi dari raja. Karena tiada menara dan agar panggilan salat (azan) terdengar masyarakat maka dibuat lah tradisi azan pitu (tujuh). Azan yang dilaksanakan serentak oleh tujuah orang muadzin di tujuh sudut Masjid Agung Cipta Rasa.
Cerita Mitos Seputar Masjid Agung Kasepuhan Cirebon
Untuk menutup kekurangan bukti tulis dan fakta sejarah, biasanya orang mengisinya dengan cerita misteri dan mitos. Tak terkecuali dengan kehidupan wali sanga dan Masjid yang dibangun 1480 M ini. Masjid Agung Keraton Kasepuhan Cirebon tidak punya kubah. Atapnya bertingkat atau berundak. Dulunya konon punya.
Namun ketika dilangsungkan azan pitu salat subuh untuk mengusir Aji Menjangan Wulung (kekuatan gaib yang bersembunyi dalam kubah), atap kubah tersebut pindah ke atas Masjid Agung Banten. Masjid Banten memang punya dua kubah. Sementara tradisi azan pitu hingga saat ini tetap di pakai pada shalat jumat.
Baca juga:
Sebetulnya ingin masuk ke bangunan utama Masjid Agung Kasepuhan Cirebon. Dimana terdapat mihrab berukir bunga teratai karya Sunan Kali Jaga. Namun sayang, bangunan utama Masjid yang banyak berisi seni ukir dan karya seni lain peninggalan Sunan Gunung Jati, siang itu ditutup. Mungkin kalau kesana tanggal 10 suro lebih banyak yang bisa dilihat.
@eviindrawanto