Devi’s Fall Pokhara – Sehari sesudah ikut paragliding, terbang di atas Danau Phewa , tiba waktunya melihat air terjun terkenal dari kota ini. Terkenal bukan karena air terjunnya besar, megah, atau berukuran raksasa. Enggak kok air terjun nya biasa saja. Kalau untuk foto-foto lebih keren Air Terjun Cimarinjung di Ciletuh. Tempat ini terkenal karena namanya mengandung tragedi. Bermula tanggal 13 Juli 1961, sepasang turis dari Swiss bernama Davis, suatu sore mandi-mandi di danau Phewa. Tiba-tiba pintu air dibuka oleh petugas yang kurang berhati-hati. Tentu saja derasnya air yang keluar dari danau tiba-tiba menyapu habis kedua wisatawan tersebut. Istri Davis tersedot dan dihanyutkan ke sungai Pardi Khola. Ia terseret dan menghilang selamanya di air terjun yang oleh penduduk lokal di namai Patale Chhango ( Hell’sFall). Untuk memperingati tragedi tersebut air terjun ini sekarang disebut Devi’s Fall yang merupakan typo lidah lokal dari Davis. Dekat sini juga terdapat Gua Gupteshwor Mahadev.
Devi’s Fall Phokara ini merupakan fenomena geologis. Patahan di sungai Pardi Khola yang airnya langsung menghujam ke dalam perut bumi. Berjarak sekitar 2 kilometer dari Danau Phewa yang jadi sumber airnya. Kurang lebih 500 meter dari aliran bawah tanah ia akan muncul kembali bergabung dengan sungai Pusre Khola dan kembali membuat air terjun di Gua Guptheshwor Mahadev. Memang bergidik membayangkan tercebur ke dalam ar terjun bawah tanah ini. Sampai sekarang mayat Davis tidak pernah ditemukan.
Devi’s Fall Phokara Diberi Pengaman Ketat
Menurut saya Devi’s Fall Phokara biasa saja. Air terjunnya biasa aja. Walau ini salah satu destinasi wisata populer bagi turis dan penduduk lokal. Mengalami puncak kunjungan pada hari Sabtu karena hari libur lokal. Dari pintu masuk, setelah membeli tiket, jalannya tidak begitu jauh. Di sekitarnya di bangun taman yang ditanami banyak bunga. Menuruni beberapa buah tangga untuk mencapai pelataran di bibir jurang tempat air terjung menghilang ke dalam ronga batu dan masuk perut bumi. Di sepanjang sungai dan air terjun diberi pagar besi rapat dan cukup tinggi. Jadi saya sedikit kesulitan untuk memotret. Pagar ini dibangun pemerintah Nepal sebagai pengaman karena dulunya banyak digunakan sebagai tempat bunuh diri.
Dekat pintu masuk juga ada sumur. Di mana warga Nepal melemparkan koin ke dalamnya untuk mendapat berkat.
Baca juga
Petunjuk Menuju Devi’s Fall Pokhara dan Harga Tiket Masuk
Air terjun ini terletak di sepanjang jalan raya Sidharta. Dapat dijangkau dari Phewa Lake dengan kendaraan umum maupun taksi . Biaya masuk 30 rupee untuk pengunjung non-Nepal.
Gua Gupteshwor Mahadev yang Dekat Devi’s Fall Pokhara
Gua ini satu paket dengan Devi’s Fall untuk wisata Pohkara. Jarak keduanya tak berjauhan. Menurut saya ini lebih menarik ketimbang Devi’s Fall Pokhara. Konon Gua Mahendra ini adalah gua terpanjang di Nepal, mencapai 2. 950 meter. Sudah ditemukan sejak abad ke-16 tapi pintu masuknya sekarang baru dibangun pada tahun 1991.
Dari air terjun Davis kita perlu menyebrangi jalan, melewati pertokoan untuk sampai di pintu gerbangnya. Melewati gerbang jalan menuju Gua Gupteshwor Mahadev dipenuhi kios souvenir. Terlihat juga para perempuan pengasong makanan menawarkan dagangan. Di ujung gang baru bersua loket tiket. Di sini kita akan bertemu tangga spiral yang cantik. Dari atas mirip rumah keong. Ujung terbawahnya seperti men
ghujam ke perut bumi berupa lubang kecil berwarna gelap. Itu lah mulut Gua Mahendra.
Ada keasikan sendiri menuruni tangga spiral ini. Salah satu tempat para seniman patung Nepal mengekspresikan diri. Dengan patung-patung plester, mereka menggambarkan wanita setengah telanjang, pria berjanggut sampai dewa-dewa Nepal.
Kuil dan Air Terjun Dalam Gua Gupteshwor Mahadev
Mengapa gua Mahendra ini istimewa? Di dalamnya ada kuil yang didedikasikan bagi Dewa Siwa. Ada pula air terjun yang merupakan terusan dari Devi’s Fall. Saat saya datang ada rombongan perempuan lokal yang mau beribadah ke dalam. Menarik mengamati pakaian mereka yang warna-warni.
Memasuki gua yang ber penerangan suram, dinding-dindingnya mengeluarkan air, dan agak licin, saya jadi berpikir tentang dedikasi umat Hindu Nepal kepada para dewa mereka. Iya tempat suci menyembah Sang Maha memang di mana saja. Di tempat sulit sebagai simbol lebih dekat kepada Yang Suci. Salah satunya pernah juga saya lihat kuil dalam gua di Perak Tong Cave Temple Uji Stamina Malaysia.
Kita perlu menuruni beberapa puluh tangga sebelum berhenti di teras kuil kecil dengan patung sapi suci. Tidak seperti di Perak Tong Cave yang megah, disini kuilnya sederhana. Bangunan bentuk lingkaran, menyerupai gudang ketimbang tempat ibadah. Di dalamnya terdapat stalakmit besar yang disembah umat Hindu Nepal sebagai Siwa Linggam.
Dari sini perjalanan turun diteruskan untuk mencapai air terjun yang bunyinya sudah terdengar bergema. Lorongnya lebih kecil, masih licin, menuruni 50 anak tangga lebih, berjarak 140 meter. Selisih jalan dengan pengunjung lain harus hati-hati agar tak tersenggol dan tergelincir. Selama perjalanan kita ditemani patung-patung kecil di kiri dan kanan. Mungkin karena dinding gua berpori yang mengeluarkan air, suasana gua tidak begitu panas.
Baca juga tentang: Wisata Religi di sini
Gamang Dalam Keremangan Bok!
Walau sudah beberapa kali memasuki gua bernuansa relijius seperti Goa Safarwadi – Pamijahan tetap saja sedikit fobia terhadap ruangan sempit dan gelap seperti ini. Bertambah gentar saat mendekati air terjun melihat dinding langit-langit gua ditopang beberapa besi penyangga. Gimana kalau tiba-tiba gempa? Pikiran buruk itu kreatif banget mempermainkan perasaan saya. Apa lagi ditambah gemericik air seperti gerimis turun satu persatu. Sepertinya kita sedang berada di bawah sungai, pikir saya.
Saya menengok ke belakang. Memperhatikan nasib Pak Suami. Tak bicara pun saya tahu ia juga merasakan hal yang sama. Untungnya ia selalu tahu kebutuhan saya terhadap sosial media. Sesekali menyuruh berhenti untuk difoto dengan tergesa-gesa. Dan memang hampir tidak mungkin mengambil foto yang baik di dalam gua tersebut. Tetap memotret minimal untuk dokumentasi perjalanan.
Akhirnya sampai juga di ujung, di air terjun yang sejak dari atas sudah memekakkan telinga. Terdapat tangga untuk turun ke titik di mana kita dapat melihat celah di tengah dinding gua. Dari tempat datangnya cahaya juga adalah tempat turunnya air dari Pardi Khola. Kalau ditarik garis liris, jaraknya 500 meter dari Devi’s menggelontor dari sungai di atas. Bunyinya menggelegar. Kalau saja danau di sekitar air terjun ini ber penerangan lebih baik panoramanya saya yakin pasti sangat indah.
Sejarah Gua Gupteshwor Mahadev
Karena tidak bisa memotret, saya hanya termangu di tepi danaunya. Air terjun yang air berasal dari sungai yang sama dengan Devi’s Fall, Pusre Khola, menggelegar tak henti. Imajinasi saya kembali bermain yang tidak-tidak. Ini menambah rasa dingin di tengkuk.
Menurut dugaan gua ini ditemukan pada abad ke-16 oleh beberapa pria lokal. Mereka tersandung pada lubang kala membersihkan rumput. Mengikuti rasa ingin tahu mereka turun ke bawah dan menemukan gua yang gelap gulita. Anehnya di sana dengan takjub mereka menemukan kuil. Ada patung-patung agama Hindu yang didedikasikan untuk Dewa Siwa. Diantaranya adalah Mahadev dan Parwati, Nagaswara dan Saraswati. Saat berjalan lebih jauh dan turun lebih turun mereka menemukan air terjun yang ternyata berasal dari Patale Chhango.
Entah benar atau tidak cerita ini, tapi demikian lah yang tertulis dalam brosur. Harga tiket masuk 100 rupee.
42 comments
Walah, itu tangganya kok banyak bener? Mana gelap, lagi. Serasa caving, ya?
Benar banget serasa, Mbak Ratna. Saat masuk perut gua itu deg-degan Tapi kalau tidak dicoba kapan punya pengalamannya. Alhamdulillah saya berani dan keluar dengan selamat
Membaca cerita di blog ini membuat saya serasa ikut berlibur disana ^_^
Gambaran gua nya juga bikin bulu kuduk saya bergidik hehehe
Alhamdulillah kalau cerita di blog ini bisa membuat Arha serasa ikut jalan-jalan. Terima kasih ya atas apresiasinya
waduh klo masuk ke gua-gua gini inget berita yang di Thailand terjebak di dalam gua sampai jadi berita dunia.
Untungnya waktu masuk ke gua ini belum ada berita tersebut Mas Dzul 🙂
serem2 gimana gitu ya kak.. heheh.. Kalo wisata ke gua.. aku pun agak parno.. hahha. gelap, pengap, sempit.. klo ada apa2gemana. hehe Meskipun ada keindahan yang menakjubkan di dalam gua.
Kalau tak nyaman dengan ruang sempit dan kegelapan, masuk ke dalam gua seperti ini memang bisa jadi satu siksaan ya mbak Dian. Namun sepanjang guanya aman menurut saya nggak apa kok dicoba.
Kuil dan air terjun dalam Gua yang menarik. Kenapa dulunya sampai disembunyikan ? Kalau ga karena keisengan para pemuda mungkin masih hilang dari peradaban
Pertanyaan yang menarik, Mengapa gua ini tersembunyi sekian lama. Atau Mengapa tiba-tiba tempat ibadah ditinggalkan begitu saja sampai akhirnya terkubur oleh zaman. Pasti banyak cerita menarik kalau digali ya Kang
Ada rasa ngeri tapi penasaran dengan destinasi ini. Cerita tragedi dari pasangan Davis plus gua yang suasananya remang2…sama spt perasaan saya ketika mengunjungi cu chi tunnels, penasaran dan ngeri jadi satu.. Hihi…tfs mb…
Menurut saya sebenarnya yang bikin kita excited banget dengan travelling itu ya mbak, keluar dari rutinitas yang biasa kita jalani .Salah satunya datang ke tempat yang tak biasa seperti masuk kedalam gua yang banyak ceritanya 🙂
Asik banget pengalamannya, menjelajahi gua.
Terima kasih Mas Adi 🙂
Kalau cerita awal ditemukannya gua ini benar, lalu siapa yang membangun kuilnya sebelum abad 16 ya?
Aku pikir pasti kelompok masyarakat yang masih hidup dalam gua-gua. Atau beberapa orang yang menemukan tempat terpencil untuk menyembah dewa mereka. Pasti banyak ceritanya, Dar
Tragis banget sejarah waterfallnya :”
Iya mbak. Aku membaca di internet ikut merinding
Duh deg-degan bacanya, masuk gua yang remang-remang gitu jadi sesak napas hehe, apalagi abis baca Devi’s Fall yang tragis pisan..
Perjalanan lebih mendebarkan Mbak Dew. Namun Perjalanan seperti ini yang selalu membuat kita kecanduan akan tempat-tempat baru 🙂
Mntap… Foto2nya hdup gtu. Jd pen ksana. Tp jsuh
Terima kasih Mbak Annafi. Memang tempat ini agak jauh juga dari Indonesia 🙂
Paragraf awalnya udah bikin seram. Tapi justru bikin penasaran pingin lihat sendiri temaptnya.
Nggak lama lagi insya Allah Inda pasti sampai disini. Amin
ngeri ya…
kayaknya saya nggak sanggup kesana karena semacam ada klaustrofobia 🙁
Iya Mbak Dita, ngeri-ngeri tapi sedap gitulah…:-)
Melihat besi-besi penyangga seperti itu emang bikin parno.. sayang banget disekeliling air terjun sudah berpagar rapat seperti itu jadi agak mengganggu untuk dinikmati
Iya Mas pagar pengamannya tinggi sekali .Mereka tidak mau ambil risiko kali ya dimanfaatkan orang untuk bunuh diri lagi. Kalau aku pengelolanya tak sediakan Spot untuk ngambil foto deh 🙂
Sama uni, daku juga kadang gitu kalau udah lihat danau atau air terjun, imajinasi melanglang buana, bahkan sangking masih ingatnya langsung dituliskan aja, entah bakal jadi cerpen atau update status, hihi
Iya mbak Feni. Kalau ada yang menarik dan berkesan di hati kita sebaiknya memang langsung dicatat atau jadi status di sosmed juga boleh. Untuk mengingatkan nanti kalau mau ditulis 🙂
Wadduhhhh, kalau saya gak berani deh mba 🙁
Iya mbak. Masih banyak kok destinasi wisata indah tapi tidak bikin kita deg-degan
Mbaaak…mainnya jauh banget. Seneng deeh. Serasa ikutan ke sana.
Seru pengalamannya…
Terima kasih Mbak Hani. Ayo kita jalan-jalan lagi 🙂
Air terjunnya bagus mbaakk. Apakah aslinya gak sekerrn ituh?
Tapi aku lebih tertarik sama kuil dan guanya sih, semacam ada medan magnet yg bikin pengen berkunjung ke sana
Air terjunnya memang sedikit unik Mbak aku pun setuju bahwa lebih menarik guanya
Hi uni..
Seru banget baca perjalanannya mengunjungi air terjun dan gua di Nepal ini. Serasa ikut jalan-jalan di sana.
Devi’s fall, namanya untuk menghargai pasangan yang meninggal itu ya? Oh ya, pas liat gua itu, dan baca uni gamang saat memasukinya dan ruangan yang lembab, i feel you uni. Di hutan Wat Tham Suwanakuka di Krabi juga, Chaya trekking dan masuk ke guanya, perasaan gamang. Mungkin karena gua nya gelap, cahaya minus, lembab juga.
Iya Chaycya, piknik ke dalam gua bagaimanapun membutuhkan sedikit keberanian. Nah aku belum pernah tuh coba yang di Thailand. Mudah-mudahan suatu saat ber kesempatan pula memasuki gua di sana
Kalo menurut mbak Evi biasa aja, kok fotonya bagus sih?
Aku berasa ikutan masuk ke dalam gua dan berasa denger suara sungai di atas kepala lho baca tulisan ini. Ikutan merinding juga.
Mungkin karena aku sudah lihat air terjun di Ciletuh, Mbak. Apalagi kalau habis hujan, air terjun di sana kan gahar banget
Mupeng ke Nepal dan Annapurna. Naik paralayang juga Mbak di saan?
Gak begitu kelihatan air terjunnya di Devi’s Fall Pkhara. Malah saya kirain itu hanya aliran sungai, Mbak. Mungkin karena kesulitan memotretnya gitu, ya?