Wisata Yangon Myanmar Aku Terpana – Sekalipun masih di kawasan ASEAN dan sering membaca tentang Aung San Suu Kyi, Junta Militer, sesungguhnya Myanmar itu gelap gulita bagi saya. Huru-hara setelah militer membatalkan kemenangan Suu Kyi dalam pemilu, diikuti ia jadi tawanan rumah, dan demonstrasi menuntut pembebasan dirinya, membuat saya berpikir bahwa Myanmar bukan lah negara aman untuk kunjungan wisata. Belakangan, gencarnya berita masalah tekanan terhadap Etnis Rohingya menambah porsi ragu tersebut.
Tapi, ini tentang Myanmar! Saya bolak-balik browsing tentang sebuah negara dengan luas 676.578 kilometer persegi (seukuran Perancis) dan berpenduduk 52 juta jiwa ini. Myanmar memiliki komposisi penduduk mirip Indonesia yang terdiri dari banyak kelompok etnis. Ada Bamar, Shan, Karen, Kachin, Chin, Mon, Han China, dan India.
Tentang suku Shan sendiri, saya telah bersentuhan dengan mereka jauh sebelum menginjakkan kaki di sana. Suatu kelompok etnis dari Burma Timur yang diceritakan Stephen Becker dalam novel Blue Eyed Shan lah pangkalnya. Tentang seorang antropolog muda Amerika bernama Greenwood, saat Perang Dunia II terdampar di desa Shan Pawlu. Ia mengawini penduduk asli Shan, Loi-mae, menjadi ayah dari anak perempuan cantik bernama Lola, dan berteman dengan perwira China bernama Yang. Etnografi yang dibuat Shan Bermata Biru ini meninggalkan kesan mendalam di hati saya.
Nah, bagaimana menolak tawaran perjalanan ke Yangon Myanmar, Negeri Semenarik itu?
Tentang Yangon Myanmar
Ternyata, saya memang banyak ketinggalan informasi soal Myanmar. Tak heran, sesampai di Yangon International Airport dibuat tercengang. Terminal kedatangan internasional di Myanmar, menurut saya jauh lebih indah dibanding terminal 1 atau 2 Soekarno-Hatta. Tak terlihat tentara berseragam mondar-mandir dengan senjata sebagaimana harusnya negara dilanda konflik. Apalagi tembak-tembakan.
Benar kata Nenek, “Jika kau percaya semua pada apa yang kau baca sebaiknya tidak membaca sama sekali.” Hal itu sangat berbahaya. Fakta ini mengajarkan bahwa sebelum berasumsi, sebaiknya mencari fakta terlebih dahulu.
Oh ya! Sejak tahun 2005, ibu kota Myanmar telah pindah ke Nay Pyi Taw, sementara Yangon (Rangoon) sendiri tetap menjadi pusat komersial, dan pintu masuk utama bagi para turis.
Mengandalkan perjalanan dengan OTA
Perjalanan ke Myanmar ini dilakukan semacam open trip yang semuanya dilakukan mandiri. Perkembangan teknologi informasi membuat para pejalan bisa merencanakan apa pun sendiri. Untuk saya, Online Travel Agent (OTA) adalah satu-satunya penolong. Ada banyak OTA yang sudah menjadi “penolong” saya soal urusan perjalanan terutama tiket pesawat, namun Traveloka tetap menjadi pilihan pertama saya.
Alasannya, Traveloka punya fitur bernama Price Alerts. Fitur berupa notifikasi harga ini berguna bagi travel blogger seperti saya yang “ketat budget”, karena saya ingin tiap destinasi unik itu bisa dijangkau dengan harga tidak terlalu mahal. Saya bisa mengatur budget untuk tiket perjalanan ke destinasi yang saya inginkan melalui Price Alerts. Klik foto di bawah untuk gambaran lebih jelas:
Bagi teman-teman yang belum pernah coba fitur Price Alerts, saya jelaskan ringkas step by step-nya di bawah ini:
- Login di aplikasi Traveloka dengan email yang sudah terdaftar atau buat akun baru jika belum mendaftar
- Masuk ke menu “My Account” dan pilih “Price Alerts”
- Klik tanda “+” untuk menambahkan notifikasi harga tiket pesawat baru
- Isi formulir penerbangan mulai dari bandara asal dan tujuan, tanggal keberangkatan, dan mata uang yang diinginkan
- Pilih tipe pemberitahuan, seperti email, push notification, atau keduanya.
Selesai deh! Tunggu saja anteng, sewaktu-waktu Traveloka akan memberi tahu teman-teman mengenai harga termurah untuk tiket menuju destinasi impian melalui layar ponsel dan email. Sudah dapat yang termurah? Langsung booking deh! Serasa punya asisten pribadi yang pantau harga tiket pokoknya.
Tiba di Yangon
Pesawat Air Asia yang saya booking di Traveloka berangkat dari Soekarno-Hatta sekitar pukul delapan pagi kurang. Transit sekitar 5 jam di Bangkok baru diteruskan ke Yangon. Berhubung sampai di Yangon sudah sore, setelah check in hotel yang terletak di sekitar Yangon City Hall, sore kami habiskan di Bogyoke Aung San Market. Pasar ini menjual aneka suvenir mulai dari tekstil, perhiasan, sampai lukisan.
Sedikit Tentang Pariwisata Myanmar
Republik Persatuan Myanmar dianggap sebagai negara terbesar di daratan Asia Tenggara. Terletak di ujung timur laut Asia Tenggara dan berbatasan dengan Thailand, Laos, China, Tibet, India, dan Bangladesh. Lokasinya 1.200 mil dari garis pantai di sepanjang Laut Andaman dan Teluk Benggala menawarkan pemandangan alam yang indah. Penduduknya memiliki ponsel namun masih setia berbusana tradisional Longyi sehari-hari, lelaki dan perempuan. Mereka berasal tak kurang dari 135 suku etnis, hidup berdampingan dengan damai.
Dengan segala keunikan itu, sayangnya, dibanding dengan Thailand tetangganya, pariwisata Myanmar dianggap masih tertinggal. Setidaknya, begitu lah yang saya baca dari koran selama tinggal di sana. Mungkin ada masalah dari sisi politik atau pemerintahan. Meski begitu, di Myanmar turis tidak akan kehabisan atraksi. Selain alam, budaya Myanmar yang tercakup dalam berbagai bidang, mulai dari festival, agama, makanan, pakaian, musik, tarian, tradisi, adat istiadat, bahkan konon katanya adalah museum hidup bagi wisatawan. Percaya deh, negeri Burma akan banyak memberi pelajaran berharga!
Danau Kandawgyi Yangon Myanmar
Wisata alam di Yangon Myanmar? Tentu saja bisa. Pergi saja ke Danau Kandawgyi yang lokasinya tak terlalu jauh dari Pagoda Emas Shwedagon.
Kandawgyi Lake dikenal pula sebagai Royal Lake. Namun sesungguhnya hanya danau buatan yang dibangun Inggris sebagai waduk. Pemerintah Burma memanfaatkan danau ini untuk memperindah kota. Menambah destinasi wisata Myanmar. Di samping panorama yang cukup memikat, di tepinya juga terdapat taman cantik. Jalan setapak berlantai kayu, membentang terutama di sepanjang sisi selatan dan barat danau. Ini jadi tempat ideal untuk berjalan-jalan pagi atau sore.
Kami tiba di tempat wisata Myanmar ini menjelang sore. Kunjungan yang tepat sebab view paling menarik di tempat ini memang saat menjelang matahari terbenam. Saat Shwedagon Paya berkilau oleh cahaya sore, dipantulkan perairan danau yang tenang.
Ditambah, ada dua buah air mancur di tengah sebagai pemanis. Berjalan sedikit, tepat di sebelah timur Kandawgyi Palace Hotel. Di sisi selatan danau, saya melihat tempat suci Shin Upagot seperti mengapung.
Upagot adalah Bodhisattva (Santo suci) yang dipercayai melindungi manusia dari marabahaya.
Kalau ingin yang lebih asyik, masuk lah dari sisi timur danau dengan membayar tiket. Terutama yang membawa anak-anak, di sini ada teman bermain untuk mereka menghabiskan waktu. Pasangan yang ingin beromantis ria bisa datang ke Istana Karaweik, resto terapung yang sangat mewah. Tapi kalau tak ingin membayar terlalu mahal, masih dapat suasana romantis,di banyak kafe tepi danau kok.
Pagoda Shwedagon Wisata Yangon Myanmar
Konon, dibilang belum wisata ke Yangon Myanmar tanpa berkunjung ke Pagoda Shwedagon yang telah berumur 2.500 tahun. Tempat ibadah ini dipercaya sebagai yang paling suci oleh umat Buddha Myanmar. Di sini, tersimpan helai rambut Siddhartha Gautama berikut beberapa relik suci peninggalannya. Bisa ditempuh bersamaan kunjungan ke Danau Kandawgyi karena lokasinya berdekatan.
Kalau lah ada tempat ibadah yang menimbulkan kesan mendalam di benak, salah satunya adalah Shwedagon Pagoda. Memasuki area kompleks, mata akan dimanjakan arsitek agung umat manusia dengan bau dupa dan bunga menari-nari di udara. Sementara kilau keemasan dari pagoda yang dikelilingi stupa-stupa anggun nan tinggi, begitu percaya diri menembus langit. Saya sudah menggunakan lensa wide dan memotret sambil tiduran tapi tak jua mampu merekam mereka dalam satu frame.
Takjub tidak lah cukup untuk menggambarkan rasa saat memandangi pucuk-pucuk stupa yang ditutupi ratusan lemping emas. Mata mencari-cari bagian atas stupa yang bertahtakan berlian. Konon tak kurang dari 4.531 berlian tertanam di sana. Satu yang terbesar adalah berlian 72 karat. Glek!
Saya sangat setuju ketika Shwedagon Pagoda di Yangon Myanmar ini dijuluki sebagai salah satu tempat wisata Myanmar paling keren. Monumen dunia yang lahir dari keajaiban religius.
Begitu pun kalau dikatakan ini lah gudang warisan terbaik di Myanmar dari sisi arsitektur, patung, dan seni. Tak terbayang sejarah yang telah dilalui oleh ratusan kuil berwarna-warni, stupa, dan patung-patung yang telah terbentang hampir 2.500 tahun ini.
Wisata Yangon Myanmar ini beneran membuat aku terpana. Bersama ratusan turis dan penganut Buddha, saya menyisir keliling Shwedagon. Sambil membayangkan para peziarah yang telah menjejakkan kaki di sini sejak berabad lalu. Memandang lekat mereka yang berdoa, membunyikan lonceng, melakukan upacara agama, menjual bunga, bermeditasi, dan menyalakan lilin.
Saya bergumam dalam hati “Terima kasih Allah, Sang Maha Baik yang telah membawaku ke sini, ke Myanmar.”
Baca cerita laiinya di Myanmar:
73 comments
Loh aku kira ibukotanya Myanmar masih di Yangon.. Ternyata memang Myanmar yang misterius ini malah menarik banget ya buat dikunjungi langsung..
Btw, asyik bgt skrg Traveloka ada Price Alert, jadi gak usah mantengin website OTA/maskapai lagi deh buat cari tiket yang hemat 🙂
Nah ini keistimewaan price alert, Dee, kita nggak usah mantengin semua OTA. Karena ada yang bekerja otomatis untuk memberitahu kita harga tiket terendah. Hidup di zaman Teknologi memang asik banget ya 🙂
Wuaaa, keren banget ya, bangunannya unik-unik gitu. Pengen banget kesana nanti. Masuk list deh ini.
Insya Allah tahun depan kesampaian ke Myanmar ya Mas Fajar. Amin
Ada temanku yang bersumpah-sumpah gak mau ke Myanmar karena benci atas kejadian Rohingya. Dalam hati, “yaelaaah.” Jalan ya jalan aja mestinya. Malah lebih bagus, bisa lihat langsung gimana kehidupan antar umar beragama harmonis di sana.
Kata-kata neneknya paten kali mbak. Kapan-kapan aku share boleh ya. 🙂
Memang sebelum kita melihat fakta, kita berpendapat asumsi kita selalu benar. Biasanya kalau asumsi berbeda dengan fakta, fakta yang akan menang.
Silakan dikutip seluas-luasnya, Yan 🙂
Aku ketinggalan jauh banget update. Tahunya ibukotanya masih di Yangon. Sedang masukin negara ini ke daftar tujuan gara-gara lihat video follow me to. Pagodanya bikin mupeng pengen nyuplik emasnya 😀 Salam kenal mbak
Salam kenal Mbak Lutfi. Terima kasih ya sudah mampir. Iya Myanmar wajib dimasukkan dalam list negara-negara ASEAN yang eksotis… Happy travelling Mbak 🙂
Suka Tan Ev ceritanya, Myanmar kepingin banget aku datengin tapi belum prioritas
Terima kasih Mbak Dyah Pamela. Iya harus datang ke Myanmar untuk melihat berbagai keunikan yang ada di sana 🙂
salah satu bucket list saya untuk menamatkan Asean nih. mudah2an ada kesempatan kesana
Amin semoga segera tamat Kasihannya Mad Wian. Aku masih dua lagi nih yang belum, Filipina dan Laos. Mudah-mudahan ada rezeki untuk juga menamatkan ASEAN. Amin
ngiler, emas dan berlianya bisa buat beli pualau kali ya…hehehe jadi pengen kesana
Hahaha betul, emas dan berliannya bisa untuk jalan-jalan keliling dunia seumur hidup . Kita kok mikirnya receh banget ya, Mas Andri 🙂
done followed mba keceh jgn lupa folbek hihihi, salam kenal
Terima kasih. Siap nanti aku follow back yah 🙂
terimakasih mba 😀
waw..ak juga terpana.. btw itu makanannya beneran mirip jajanan masa kecil di sekolah 😀
mungkin klo dibuat menarik kayak gitu bisa makin ramai
Rasanya agak asin gitu ya, Mas Alan 🙂
Lihat spot fotonya bikin ngiler. BTW aku keknya kudu belajar pose foto dari mba Jolie foto bwhihihi
Hahaha yuk kapan-kapan kita hunting foto bareng, Mbak Ratna
Dan aku pun terpana melihat foto2 mba Evi yang aduhai itu semua. Keren hihhh
Aish…Makasih Kak Rico. Kapan pulang? Hehehe
tempat yang indah… enggak nolak deh kalau diajak kesana…
Iya aku juga kalau ada yang mau ajak lagi, bersedia banget Mbak Retno
Aku baru nyampe ke replikanya swedagin yg ada si Brastagi uni hahahha…ga level banget ya. Tapi ssemoga aja kelak bisa ke Myanmar beneran apalagi ada fitur baru dr traveloka jadi makin rajin mantengin info tiket
Hahaha siapa bilang yang gak level, aku belum pernah lihat yang di Berastagi. Memang kemajuan teknologi dengan ditemukannya fitur price alert, lebih mudah mantengin harga tiket, Mbak
Waa cantik2 pagodanya… Saya br tau nih tentang fitur price alert di traveloka
Mari dilihat-lihat fitir yang baru Mbak Nathalie :-):-)
Waktu saya pertama kali ke Myanmar masih pakai visa, sekarang udah gratis huvt. Waktu awal-awal minim informasi tentang Myanmar, jadi saya kesulitan riset tentang transportasi dan tempat wisata. Klo sekarang tulisan tentang Myanmar bejibun. Aduh aku jadi kangen Myanmar huhu.
Myanmar ini memang bikin kangen. Entah apanya. Mungkin atmosfirnya yang hangat atau peningalan-peninggalan masa lalunya. Ia berdenyut manis di setiap helai kenangan #cieeee
ahhh, Myanmar ternyata keren ya mbak. Bener banget, kemakan berita2 jadi citranya kayak ga ramah wisata gitu. Asik nih buat masukin list :*
Di sekitar Yangon dan Bagan yang saya telusuri tak terlihat tanda-tanda resah layaknya negeri dilanda konflik Mbak Prita. Betul memang berita kadang-kadang dibesar-besarkan sehingga membuat yang hendak berkunjung ke sana jadi terlalu banyak mikir 🙂
Itu arsitek bandaranya orang Indonesia mbak, orang Bandung. Saya nggak sengaja ngobrol dengan beliau di bandara.
Ya ampuuun ternyata arsiteknya orang Indonesia. Ikut bangga lah kalau begitu karya anak bangsa terpakai di luar dan hasilnya memang indah. Thanks infonya, Mas Danan
Pancake telornya bikin saya laper hehhe
Bangunan peninggalan sejarah di Myanmar banyak banget, memikat wisatawan untuk berkunjung. Sepertinya kalau ke sini untuk wisata heritage dan budaya jauh lebih bagus dan kental dibanding wisata alam.
Kalau wisata heritage, paling seru, bergeser sedikit keluar dari Yangon, ke Bagan. Nah di sepanjang lembah itu pagoda-pagoda dan gedung-gedung bersejarah mulu isinya, Mas 🙂
Awal Desember ini harusnya saya berangkat ke Yangon. Tapi karena satu dan lain hal, akhirnya ditunda. Membaca ini jadi makin pengen ke sana saja. Nunggu angkasa agak ‘jinak’ dulu biar gak dag dig dug pas terbang.
February mudah-mudahan cuaca sudah gak bikin dag dig dug ya Mas Adie. Selamat hunting ticket. Kalau butuh price alert ada tuh linknya hahahaha
ya ampuuun, cakep-cakep fotonya. Pas kami kesana ada hari raya waisak yang bikin kuil jadi rame serame-ramenya. Mana bisa dapat foto secakep itu. Tapi karena rame kami jadi nggak bayar. Kami nggak tau kalo bayar, pas exit lihat bule lg bayar di loket baru mikir, lha bayar toh? sambil melipir lanjut jalan wkwkwk. Sungguh nggak tau ada berlian gitu 🙁
Wah kalau gitu aku dan teman-teman beruntungnya saat itu karena pagoda tidak terlalu ramai. Hanya ramai oleh penduduk lokal yang melaksanakan ibadah sehari-hari. Iya seingatku masuk pagoda ini berbayar yang tiketnya ditempel di baju . Mungkin karena rame ya jadi mereka tidak bisa lagi membedakan penduduk lokal dan wisatawan. Hanya bule yang bisa dikenali kalau orang Indonesia kesamaan dengan orang Myanmar hehehe…
Dari dulu ada temen nawarin main ke rumahnya di Burma, tapi saya masih agak ragu karena kayknya ngak ada spot wisata menarik di sana. Ehhhh..ternyata banyak juga ya, makasih loh tulisannya membuka wawasan mbak angelina jolie hahahaah
Wah di Burma banyak banget spot wisata yang menarik, Mbak Mut. Bosan di Yangon berangkatlah ke bagan, kunjungi pula Inle Lake, 10 hari mungkin juga tidak cukup untuk eksplorasi destinasi destinasi utamanya…
Dengan tidak memandang urusan politik, tapi kayaknya alasan pariwisata Myanmar tertinggal dibanding Thailand juga karena pemerintahnya yang dikuasai militer ya?
Tapi justru menarik, ketika sangat sedikit informasi tempat wisata, biasanya orang malah penasarn. Wkwk
Tempat-tempat yang tidak banyak dikunjungi wisatawan umum biasanya memang menarik untuk ditelisik. Karena kita berfikir ala blogger Gallant
semua pagoda di sana berkilau2 begitu ya ni?
jadi pengen tau riwayat pembangunannya.., tentu tak sedikit biaya yang dikeluarkan padahal negara ini belum termasuk makmur2 amat ya
si uni posenya udah seperti model ajah, keren
Tidak semua pagoda berkilau. Kalau ke bagan pagoda nya malah banyak terbuat dari batu bata merah… Iya untuk sebuah kepercayaan manusia kan rela mengeluarkan biaya karena itu tidak dihitung secara ekonomi melainkan secara religius, MM…
Terima kasih atas pujian posenya. Sekarang aku juga mikir, kok waktu itu kepikiran posisi seperti itu ya? Hahaha
memang si uni aslinya model beneran kak.. model van Magek.. 😀
Model dari Nagari Magek hahaha…
Wisata di Myanmar ternyata kaya juga ya mba dan variatif banget. Aku pingin bangeeett bisa ngeliat pagoda langsung di sana.. 🙂
Memang banyak kok Mbak Dita. Dari alam sampai wisata budaya. Nah pagoda di Bagan yang lebih istimewa 🙂
Myanmar ini salah satu negara yg paling pengen aku datenginn. Apalagi ada alertnya, siapa tau ada tiket murah, langsung cus! Hehe
Iyes. Pasang alert nya Akang Irham, mari kita terbang je Myanmar 🙂
Suka sama kalimat dari nenek. Saya pun sekarang jadi lebih selektif terhadap berita.
Duh, kapan ya bisa ke myanmar?
Memang benar di era banjir informasi, Kita harus pandai menyaring… Ayo direncanakan ke Myanmar, Dar…:-)
foto goreng telor di postingan mbak bikin aku nostalgia, karena dulu pas ke yangon sempet jajan itu juga di pinggir jalan sama gorengan jeroan gitu.. jadi pengen kesana lagi. 😀
Aku salah satu yang kangen juga pengen balik ke Myanmar. Waktu itu cuma 7 hari jadi terlalu sedikit untuk mengeksplorasi 🙂
Aku lebih horor lagi, mbak. Seminggu sebelum berangkat, dapet kabar Myanmar lagi kena wabah H1n1 alias flu babi. Piye jal? Akhirnya aku optimis, membekali diri dengan vaksin, vitamin, dan masker. Lhah sampai di sana, warga pada biasa aja, gak pada pake masker kayak di media, hahaha.
Konon arsitek Yangon Airport itu orang Indonesia, mbak.
Ah, aku cuma ke Shwedagon saat terang, karena habis dari Kandawgyi Park, rekanku merajuk ke Bogyoke Market. Jadi nggak liat suasana Shwedagon yang berkilau cahaya saat malam.
Aku udah bertekad mau ke sana lagi karena banyak yang terlewat 🙂
Memang terkadang berita yang kita baca jauh lebih heboh ketimbang realita yang berlaku di suatu tempat. Tak terhindarkan agar menarik dibaca terkadang berita harus didramatisir. Namun ada bagusnya juga agar kita berhati-hati kan?
Hebat ya arsitek Indonesia bisa membuat Airport sekeren itu Mas Nugie
Betul, mbak. Media massa memang suka membesar-besarkan.
wahhh jadi niat pengen ke Myanmar segera mungkin.
Rekomendasinya keren2 nih buat di contek.
Terima kasih sudah mampir Mbak Endah 🙂
instagenic sekali ya yang kamu foto di belakang kayak pintu batu itu mbak evi.
instagenic ya foto yang tembok batu itu mbak evi.
Yang motret ahlinya, Ko. Matanya sudah terlatih melihat tempat-tempat kece 🙂
Myanmar misteri bagi yang belum berkunjung kesana, seperti saya ini. Gencarnya berita tentang kekerasan yang terbayang bagi saya adalah negeri yang bergejolak. Ternyata uni Evi membuktikan negeri ini layak dan pantas jadi tujuan wisata.
Lamo indak ka siko, eh, alah tibo se uni di Myanmar. Mantap. Sukses taruih ni.
Sebenarnya Ini perjalanan setahun yang lalu Pak Alris. Tapi baru sekarang update di blog, kemarin itu seperti kehabisan energi untuk menulis
Tinggal 1 negara ini yg blm aku dtgin utk kawasan asia tenggara :). Semoga bisa thn depan. Tp tujuan utamaku ke myanmar itu pgn ke bagan mba, naik balon udaranya 🙂 .. Kemarin di Vang vieng laos udh naik. Dan aku ketagihan :D. Pgn coba di negara lainnya
Amin. Insya Allah tahun 2018 adalah tahun Fanny mendatangi Myanmar 🙂
Pengin ke sini Mba, saya suka banget mempelajari budaya2 unik seperti ini apalagi sosialisasi sama lokal 🙂
Sosialisasi dengan orang lokal memberi kita banyak input yang dapat kita gunakan untuk hidup sendiri ya Teh Ani? Semoga Teh Ani juga datang ke tempat ini tak lama lagi. Amin
Halo Bu Evi, tulisanmu yang ini udah berhasil bikin saya bener-bener mau ke Myanmar hihi
Walau udah diwacanain dari tahun kemarin buat pergi ke sini cuma apa daya, saya belum kesampean ke sana. Dan makasih banget infonya soal price alerts-nya Traveloka jadi aku bisa tau dan siap-siap dapetin tiket murah >.<
Keep sharing ya Bu 🙂