Rumah untuk Membangun Keluarga – Bagi saya kata “rumah” selalu berarti pulang. Sebuah titik di permukaan bumi yang lengket di kepala yang berakar dari rasa rindu. Walau hidup di dalamnya tidak selalu mulus, ada saja up and down-nya, satu yang tak bisa diingkari bahwa anggota di dalamnya memberi rasa aman, dapat diandalkan sebagai tempat bersandar, berbagi senang dan susah, menciptakan perasaan berakar.
Sudah barang tentu ruang berbatas empat dinding dan beratap itu fungsi utama berlindung dari panas dan hujan. Tapi fungsi rumah adalah tentang kebersamaan. Awal kita mengenal cinta, pendidikan sosial, sosialisasi memberi dan menerima, menerima kenyataan bertemu dan berpisah bagian dari hidup, mengenal prinsip-prinsip penting tentang bagaimana seharusnya menjadi anggota masyarakat, jadi warga negara yang bertanggung jawab, dan bagian dari penduduk dunia yang memberi sumbang sih pada kehidupan. Hanya di dalam “rumah” kita bisa berharap bagaimana relasi diperkuat, anak-anak dididik, dan sukacita dirasakan. Ini lah alasan Rumah untuk Membangun Keluarga yang saya maksud dalam posting ini.
Hanya di “rumah” kita bisa berharap relasi diperkuat, anak-anak dididik, dan sukacita dirasakan.
Syarat Rumah untuk Membangun Keluarga
Seorang anak perempuan yang suka menyendiri kepalanya senantiasa dipenuhi impian, syarat rumah untuk membangun keluarga cukup sederhana. Buku-buku Laura Inggals yang dibaca memercikan angan-angan, bila kelak menikah, ia ingin hidup di padang rumput. Jadi istri seorang petani, membesarkan anak-anak di dalam pondok terbuat dali balok kayu, jendela terbuka ke langit, memasak sambil ditemani aroma bunga padang rumput, itik dan bebek yang berkokok dari kandang. Kemudian realita ibu kota membenturkan kenyataan bahwa tempat tinggal terbaiknya adalah sebuah rumah batu dalam kompleks, berukuran terbatas, berhalaman kecil, dan dikelilingi tetangga.
Properti kecil itu jadi rumah ideal untuk satu keluarga kecil. Hanya satu masalah, letaknya di pinggir kota Jakarta.
Sejak tinggal di rumah itu, sejak anak-anak lahir, dan kini mereka sudah besar, aktivitas berkaitan ekonomi keluarga selalu terjadi di Jakarta. Karena kondisi macet Jakarta tak hanya terjadi sekarang, bertahun-tahun lalu pun demikian (entah harus berapa tahun lagi) , bayang kan lah energi dan waktu yang terbuang percuma dalam mencapai tempat aktivitas. Dan itu dilakukan setiap hari. Andai waktu dan tenaga untuk pulang-pergi Jakarta-Serpong digunakan untuk belajar, saya pikir, setiap orang di rumah pasti sudah dapat gelar professor.
Ya seharusnya kami mencari tempat tinggal lebih dekat ke tempat kerja. Masalahnya lagi tempat tinggal memadai, terpenuhi syarat yang diingini, dan sesuai kantong tak tersedia di ibu kota. Akhirnya ya begitu lah kami tetap tinggal di Jakarta coret, dan butuh tenaga dan waktu lebih banyak bila berkegiatan ke ibu kota. Syarat sebuah rumah yang kami pegang dulu ternyata tidak praktis.
Tinggal di tengah kota ya Permata Hijau Suites #NyataDekatnya
Merubah Konsep Berpikir Tentang Rumah
Di sini lah kesalahan berpikir selama ini. Bahwa rumah harus lah berdiri di atas sebidang tanah. Ada halaman yang langsung menginjak tanah begitu keluar pintu. Ada tetangga yang sewaktu-waktu bisa pinjam garam (#eh). Artinya saya mengira bahwa Rumah Tapak satu-satunya tempat tinggal yang cocok ditinggali dalam membina keluarga. Salah ternyata saudara-saudara!
Sejujurnya, selama ini saya tak melirik apartemen sebagai alternatif tempat tinggal karena semata kurang informasi. Ingin mempersingkat jarak di tengah kota, alih-alih menemukan tempat tinggal yang praktis, saya malah “ngotot” mencari rumah tapak.
Padahal yang disebut rumah bukan bangunan dalam artian fisik saja, bukan? Bila rumah adalah harta mu maka ia terletak di mana hatimu berada (cieee). Vertikal atau rumah tapak adalah rumah. Mereka punya kelebihan masing-masing. Kalau saja sejak awal mengenal konsep hunian vertikal seperti yang saya lihat show unitnya di Permata Hijau Suites, tinggal di apartement bisa jadi solusi untuk energi dan waktu yang terbuang mubazir di jalan. Jadi mau pilih apartemen atau rumah?
- Ini enaknya kalau punya tempat tinggal sendiri : Lima Alasan Mengapa Anda Butuh Bekerja dari Rumah
Mengapa dulu tak terpkir, pikir saya heran pada diri sendiri, sambil mengamati Jakarta 360 derajat dari Ebony Sky Garden-nya Permata Hijau Suites. Hamparan kota yang terbuka ikut melapangkan pikiran. Karena langit ibu kota tak selalu kelabu, disaat cerah, saya bisa memandang panorma kesukaan: Langit biru berawan putih. Begitu sunset tiba langsung menghantar suasana piknik ke dalam rumah. Saya bisa duduk di private balcony, di temani secangkir kopi dengan buku di pangkuan. Benaran deh akses ke Permata Hijau Suites yang di tengah kota itu sungguh membuat #NyataDekatnya kemana-mana.
Ah untuk dapat menyebut Home is Family, saya hanya perlu sedikit menggeser pola pikir. Karena Unit apartemen pun adalah sebuah rumah, sebuah tempat tinggal.
Lingkungan di Permata Hijau Suites yang hijau
Beberapa Pertimbangan Dalam Membeli Apartemen Permata Hijau
Tak dipungkiri ada seribu alasan yang perlu dipikirkan sebelum kita terjun ke pasar real estat untuk membeli properti. Berikut ini alasan paling masuk akal menurut versi saya jika memilih apartemen permata hijau.
Berhenti Menyewa atau Keluar dari Pondok Orang Tua atau Mertua Indah
Saat baru menikah dulu kami mengontrak rumah di suatu real estate. Ibu saya protes. Menurutnya “Ngapain harus ngontrak jika uang untuk menyewa bisa digunakan sebagai uang muka membeli rumah?” Waktu itu saya ndablek saja, ibu gak ngerti urusan anak muda J . Padahal ibu benar ( untuk urusan terbaik bagi anaknya ia selalu benar), mengingat uang kontrak yang dikeluarkan saat itu bisa sebagai uang muka membeli apartemen. Seperti contoh di Permata Hijau Suites, mereka menyediakan bebeberapa skema pembayaran. Tunas keras, cash bertahap dan KPA. Tinggal pilih unit dari tower favorite: Ebony atau Ivory.
Investasi
Selain sebagai tempat tinggal, membeli apartemen juga sebagai investasi. Adalah kenyataan bahwa harga real estat terus meningkat setiap tahun. Dengan memiliki apartemen berarti melakukan investasi jangka panjang. Memiliki apartemen bisa juga sebagai alternatif pendapatan pasif karena bisa disewakan.
Malas bekerja di luar : Ngantor di Rumah Juga Asyik Kok Cuci Mata di IKEA Alam Sutera
Kebanggaan Kepemilikan
“Tinggal di mana?” Pertanyaan yang acap mampir kala kita bersua dengan kerabat yang sudah lama tak bertemu atau kenalan baru. Lalu menjawab; “ Permata Hijau Suites”. Walau takan pernah diakui secara terbuka, mengingat lingkungannya yang hijau, bahwa tinggal di salah satu unit di Permata Hijau Suites mendatangkan kebanggaan. Selain salah satu alasan terbesar mengapa orang membeli properti adalah “kemerdekaan” bisa mengatakan bahwa kita memiliki sesuatu. Tak masalah berapa luas unit yang yang ditempati, bahwa memilikinya secara personal, bisa menatanya sesuai selera, seseorang memang harus bangga. Karena kepemilikan bagian dari sebuah prestasi.
Privasi
Tiap orang punya selera sendiri dalam menata ruang agar nyaman ditempati dengan melakukan sedikit perubahan. Atau menambahkan pernik di sana-sini. Jika mengontrak mana bisa melakukan perubahan sesuai selera. Malah sewaktu mengontrakak dulu beberapa kali pemilik rumah “datang bertamu”. Silturahim memang dianjurkan dalam masyarakat Indonesia, tapi kami memahami bahwa maksud kunjungan itu, tak lain memeriksa kondisi terkini properti mereka. Nah ketika kita punya apartemen sendiri, siapa pula yang berani-berani mendikte? Asal tak menggangu tetangga, mau di dandani seperti apa juga terserah, ya kan?
Ekuitas
Tak sekedar rumah untuk membangun keluarga, yah tentu saja, salah satu hal terbaik dalam mempunyai properti adalah kesempatan membangun ekuitas. Bila sewaktu-waktu membutuhkan modal usaha,atau keperluan penting lainnya, apartemen dapat dijadikan sebagai jaminan bank.
Kebebasan berekpresi
Sewaktu anak-anak masih kecil, kami melukisi kamar mereka dengan cat warna-warni dan gambar-gambar Disney kesukaan mereka. Untung lah sudah di rumah sendiri. Setelah itu merobohkan satu dinding dalm ruang khusus tempat bermain. Kalau masih mengontrak bagaimana mungkin melakukan kebebasan seperti itu? Dengan kata lain dengan properti sendiri, kita memiliki kebebasan dalam mengekspresikan selera pribadi.
Perasaan Berakar
Memiliki apartemen sendiri pun akan menimbulkan perasaan berakar. Kita tahu persis berada di lingkungan apa karena banyak faktor ikut mendukung. Seperti lingkungan tetangga dan relasi dengan mereka, tenaga keamanan, fasilitas umum yang tersedia, lokasi sekolah terdekat bagi anak-anak, dan masih banyak lagi.
Jadi sudah butuh rumah untuk membangun keluarga? Kkapan datang ke Permata Hijau Suites dan menjadikan sebagai salah satu atau beberapa unit sebagai properti untuk membangun keluarga? Coba cek websitenya di www.permatahijausuites.com
59 comments
Aku juga mau tinggal di apartment aja Tan lebih tenang daripada tinggal di rumah tapak haha. Kalo beli rumah tapak di tengah hari gini juga mahal banget banget hahaha.
Untuk orang muda dan pasangan muda apalagi kalau bekerja di tengah kota, Permata Hijau Suites cocok banget lah untuk tempat tinggal, Cha…Ayo beli 🙂
Susunan kata yang membuai hingga terpana lihat yang baju merah sungguh memesona kesayangan bertabur keindahan sekali. Btw kolam renang nya cantik secantik yang membidik. Btw dulu aku pernah punya keinginan beli apartemen suatu hari bila jadi artis ibukota eh ternyata aku cuma sampe jadi Biduan kecamatan ajaaa
Hahaha biarpun jadi biduan Kecamatan, untuk beli apartemen Insya Allah sanggup lah, Kakak… Terima kasih atas pujiannya. Seperti biasa menyenangkan :-):-)
berkeluarga dlu apa beli rumah dlu mba enaknya? hehe… kayaknya bagus ya
Yang paling enak saja Bang Doel. Kalau sudah ngumpul duitnya ngapain harus ditunggu, beli saja dulu. Cukup dua alasan simpel untuk itu: harga properti naik setiap tahun dan begitu menikah sudah tidak pusing memikirkan tempat tinggal lagi 🙂
Enaknya apartemen lokasinya strategis dan ngga capek beberes ya mbaa hihi
Kalau apartemen di lokasi strategis apalagi tak jauh dari tempat kerja tentunya menyenangkan sekali, Mbak Dew. Waktu terbuangnya lebih sedikit dan tidak capek atau tua di jalan 🙂
Kalau di tengah kota beli rumah tapak sepertinya agak mustahil ahhahahha. Kalau di kampung mah masih aman. Punya dua rumah malah tambah aman, pertama; di kota pakai apartemen, dan di desa bikin rumah lagi. 😀
Setuju. Itu resolusi terbaik Mas Nassirullah. Pas hari libur pulang ke desa 🙂
Ahahhaa. Syarat dari mama saya kalau saya mau menikah adalah keluar dari rumah dan harus sudah punya rumah atau apartemen sendiri. Meskipun nyicil tapi gpp.
Jadi selama belum punga rumah atau apartemen ya jgn harap dapat restu
Aku setuju dengan mamanya Darius. Itu akan membuat anaknya berhati-hati dalam memutuskan masa depan yang sangat penting ini. Rumah sebagai modal awal berumah tangga pada akhirnya nggak akan menyesal sebab selain untuk membangun keluarga rumah juga adalah investasi yang nilainya terus bertambah 🙂
Asyik juga ya tinggal di Apartemen kalau lihat hijau begitu jadi tertarik untuk tinggal di situ. Tapi, kalau gempa ngeri juga tu kalau sempat tinggal di lantai atas.
Keputusan untuk tinggal di apartemen memang sangat personal ya Mbak, dengan berbagai alasan yang mendasari di belakang 🙂
Sekarang kalo di jogja juga banyak apartemen apartemen murah buat mahasiswa. Mungkin nanti kayak di luar negeri gitu. Apartemen khusus mahasiswa 😀
Sepertinya bangunan apartemen jauh lebih efisien untuk kos kos mahasiswa. Kamar bisa diperbanyak keatas jadi tidak memerlukan terlalu luas tanah seperti tempat kos tradisional ya Mas Gallant
Aku penonton setia acara “bedah rumah” di TV-TV yang biasanya ada tiap Minggu pagi. Sayangnya banyak acara serupa yang tidak bertahan lama, padahal bagus banget untuk mendapatkan inspirasi yang ntah kapan akan diaplikasikan sendiri 🙂
Kenapa ya acara bagus seperti itu tidak diteruskan? Kekurangan sponsor kali Yayan. Atau biayanya terlalu mahal dan tak ada yang mau mensponsori. Padahal kalau rating acaranya tinggi Pasti akan diteruskan ya
Iya, problem di rating. Kalah sama acara jalan-jalan di TV sebelahnya mbak.
Jalan-jalan lebih menyenangkan ketimbang melihat bedah rumah ya 🙂
Suamiku masih tipe ‘old’, maunya rumah di lingkungan yg bisa minjem garam ke tetangga hihihi
Selera untuk memilih rumah memang personal sekali, ya Mbak Ratna 🙂
Ah daerah permata hijau memang strategis dan masih teduh. Idaman banget bisa tinggal di daerah sini :’)
Cheers,
Dee – heydeerahma.com
Kawasan Permata Hijau atau branya, juga tertancap dalam benak sebagai tempat tinggal mewah, ya Dee 🙂
Ah konsepnya keren, Tante. Kalau beli rumah ditengah kota seperti ini enak, kalau kemana-mana gak jauh ya, Tante. Terus fasilitasnya juga oke banget euy..
Iya enaknya kalau tinggal di tengah kota begitu, dekat dengan semua fasilitas penunjang hidup 🙂
Asyik nih apartemennya. Lokasinyas startegis juga yak. Aku kalo pindah ke situ, bisa gampang banget kalo ada acara-acara blogger 😀 Gak perlu sepagian amat jalannya kaya sekarang jalan dari Bogor :3
Ayo pindah ke sini Rani, ditanggung deng gak nyesel. Gampang banget mencari tempat hiburan maupun belanja 🙂
Dari sekarang memang aku lagi belajar investasi nihhh, suka banget ternyata dengan property. Semoga suatu saat bisa punya 1 studio disini :3
Memang anak muda wajib hukumnya investasi di properti. Investasi di properti apalagi mengingat lokasinya seperti di Permata Hijau suite sini, nggak bakal Rugi deh, Irham 🙂
Memanglah apartment in efisien kalau tinggal di Kota besar. Lebih simple dan prestige nya tinggi
Iya perawatannya juga tidak terlalu susah ya Kang Aip 🙂
Sampai sekarang aku belum kepikiran menua dijakarta, untuk itu saya malas menggadaikan hidup saya dengan cicilan membeli rumah 🙁
Iya sih Mas. Pemilihan tempat tinggal sifatnya personal banget. Yang cocok untuk satu orang belum tentu bagi yang lain 🙂
Sama. Buatku, rumah segalanya juga. Yang menenangkan dan memberikan rasa aman untuk diri sendiri pun keluarga
Rumahku adalah latar egoku ya Mbak Putri 🙂
Saya sendiri masih berprinsip “gpp tinggal di jakarta coret alias planet bekasi, asalkan masih merasa jejak tanah, ada halaman” Rasanya tinggal di apartemen koq ya berasa pengen kejedot sana sini mba hihihi
Memang tinggal di apartemen memang harus membiasakan terlebih dahulu, ya Kak.. 🙂
Bener mbak..rumah itu tempat kembali, pulang berarti rumah.. rumah berarti cinta..
Persis! Saya jg gak pernah kepikir tinggal di apartemen. tp skrg krn “terpaksa” mengingat crowded-nya Jakarta, saya tinggal jg di apt yg merangkap kantor..
Pekerjaan di tengah kota, mau ngga mau kita memikirkan tempat tinggal yang praktis seperti apartemen ya, Mbak Vika
Untuk yang kerjanya bolak balik keluar kota efisien banget mba. Lokasinya juga oke
Iya selain lokasinya yang oke, lingkungan dan bangunan apartemennya pun oke, Kak Rico 🙂
Sukaaaa tulisannya…gak nyangka deh kalo ujung-ujungnya ternyata jualan apt hehehe…
Haha Terima kasih atas pujiannya. Terima kasih juga atas kunjungannya dan meninggalkan jejak Kak Vie
aku juga nggak masalah tinggal di apartemen, cocok banget buat warga urban hehe. terus di apartemen bisa kenal banyak orang 😀
Di apartemen tetangga lebih dekat, ya Mas Nugie 🙂
betul sekali.
Pengen juga suatu saat punya apartemen, alternatif banget kl butuh refresh. Tulisan mb Evi enak banget dibaca, nulis ttg apartemen pun, indah bgt^^
Wooow, andaikan bunda bisa tinggal di Apartment seindah ini…. Tapi sudahlah, biarkan itu yang akan terukir di pikiran anak-anak, bunda dtinggal di rumah mungil Home Sweet Home aja. Postingannya bikin mimpi melambung tinggi nih, Evi.
Amel kepingin banget punya apartemen soale fasilitas lengkap dan kayaknya tenang banget gitu.
Samabak Amel. Pengen juga aku nyobain tinggal di apartemen 🙂
berarti kita senasib ya mbak… sering naik kereta Jakarta-Serpong.. hehehe… eh skrg malah Jakarta-Parung Panjang…
Iya menghabiskan waktu di Jalan Serpong Jakarta itu sangat melelahkan, Mas Andi 🙂
Saya setuju, kalau sudah nikah, harus mandiri. Ga banget tinggal di Pondok Mertua Indah. Ah, jadi pengen punya apartemen juga.
Bener banget. Punya apartemen gak harus ditinggali sendiri. Bisa disewain. Aku pernah dua kali tinggal di apartemen rame rame. Hehee. Lumayan juga sih Mbak bayarnya kalo sendiri. Kalo hotel kan buat berdua. Kalo apartemen bisa rame2, uangnya dibagi2. Lbh hematm
Tinggal di apartemen dengan sharing cost, tentunya lebih efisien dalam anggaran ya Mas
Kalau di Jakarta kayaknya emang paling enak tinggal di apartemen ya.. Dekat ke mana-mana, privacy lebih terjaga, dan fasilitasnya pun lengkap.
Saya setuju. Ketimbang bermacet Ria setiap hari pulang pergi tempat kerja rumah, lebih baik mendekati tempat pekerjaan tersebut dengan tinggal tinggal di tengah kota
Mengubah pola pikir utk tdk selalu rumah tapak ya bunda