Cerita Perjalanan ke Toraja – Di suatu sore yang indah, uni Raiyani Muharramah, pemilik Galeri Bogor, fotografer ngetop Indonesia itu menghubungi. Lewat sebuah grup WA mengajak teman-temannya jalan-jalan ke Toraja. Saya pernah ke Makassar, bahkan sampai ke Bulukumba dan Tanjung Bira, namun belum ke Toraja. Bukannya tak ingin. Sudah banyak membaca blog teman-teman betapa menawannya tempat itu. Siapa juga yang tak ingin ya kan? Namun ada yang membuat malas. Dengar-dengar perjalanan Makassar-Toraja bisa memakan waktu 6 sampai 7 jam. Kebanyakan pejalan memulih naik bus malam, lebih cepat karena bus jarang berhenti. Tapi tetap saja mengurangi rasa tertarik saya. Kebayangkan tidur sekejab terus terbangun oleh guncangan? Terus tidur lagi dan terbangun lagi? Bahkan paling jeleknya tidak bisa tidur sama sekali? Betapa capek nanti. Apa lagi kalau kurang tidur saya cenderung sakit kepala. “Nanti saja deh” Pikir saya. Dan entah kapan nanti saja deh itu bakal dieksekusi. Sungguh tak punya bayangan.
Ritual Penguburan di Rantepao Utara
Mungkin ajakan Uni Rai itu sebagai tanda bahwa kesempatan sudah datang. Ia mengatakan ini bukan jalan-jalan biasa (jrengggg…telinga berdiri seperti kelinci). Memang kalau di hari-hari biasa pergi ke kampung to riaja, yang berarti “orang yang berdiam di negeri atas, wisatawan biasanya hanya akan melihat panorama indah Berbagai Rumah Tongkonan berusia ratusan tahun dan Kuburan Batu. Sebenarnya itu saja sudah cukup membujuk saya agar datang ke tempat ini. Di tambah lagi budaya yang berlaku di sini jauh berbeda dari cara hidup yang saya lakoni sejak kecil. Pasti banyak cerita yang bisa dikumpulkan, untuk kenang-kenangan atau mengisi blog traveling ini nanti.
Ternyata benar. kami bertujuh tak hanya di bawa ke tempat-tempat spesial tapi juga mengikuti acara ritual adat. Ada Rambu Solo (upacara pemakaman) yang diadakan setiap tahun yakni sekitar Juli-Agustus. Sebelumnya kami akan jalan-jalan ke Pasar Bolu yang hanya berlangsung pada hari Rabu dan Sabtu. Ini bukan pasar biasa sebab di sini kita dapat menyaksikan ratusan kerbau dan babi diperdagangkan. Kebanyakan hewan tersebut untuk kebutuhan upacara adat. Harga mereka bervariasi, mulai dari Rp 20 juta sampai ratusan juta. Bahkan kerbau bule (Tedong Bonga) nilainya bisa mencapai Rp 600 juta sampai 1 M. Wow fantastic kan?!
- Baca di sini tentang cerita perjalanan ke Filipina dalam: Pengalaman Terbang dari Manila ke Tagbilaran
Setelah itu kami akan dibawa Kete’ Kesu. Di sini selain melihat Rumah Tongkonan, sekitar seratus meter di belakanganya terdapat kuburan batu. Setelah itu berlanjut ke kuburan bangsawan di Lemo. Yang paling menarik bagi saya adalah upacara Rambu Solo (upacara pemakaman), rangkaian acara Ma’nene (pembersihan dan pergantian kafan kerabat yang sudah lama meninggal), dan paralayang di Batu Tumongga. Dari Batutomonga kita dapat menikmati keindahan kota Rantepao dari kejauhan, berlatar muka permadani hijau dari petak- petak sawah, barisan rumah Tongkonan, ditambah hiasan batu karst yang menjulang.
Review Cerita Perjalanan ke Toraja
Pokoknya itinerary -nya membuat saya melupakan bahwa saya perlu tidur semalaman di dalam bus.
Nah untuk perjalanannya itu sendiri, Insya Allah akan saya ceritakan di post yang lain. Untuk kali ini saya ceritakan dulu bagaimana akhirnya saya sampai di Makassar dengan tiket pesawat murah lalu melanjutkan perjalanan ke Rantepao naik bus malam.
Segera setelah itinerary fixed saya pun bercepat mencari tiket pesawat promo. Maklum lah turis manja tapi dompet cekak harus pandai-pandai menyiasati budget. Dalam pikiran saya –dan mungkin teman-teman juga setuju– bahwa pemesanan tiket jauh-jauh hari biasanya pasti lebih murah. Tapi niat tinggal niat. Ada saja yang membuat niat tersebut tidak terlaksana. Yang jaringan internet lelet lah, yang belum dapat harga yang dimau lah, dan yang paling sering karena faktor lupa. Akhirnya vouceher tiket Citilink baru masuk ke email 5 hari sebelum keberangkatan.
Untungnya tidak seperti dikuatirkan bahwa harga tiket melonjak bila waktu keberangkatan semakin dekat. Setidaknya anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Untuk meyakini lagi, kemarin saya coba check ulang di Tiket2.com, pesan tiket untuk tujuan ke Makassar. Benar saja, harganya kurang lebih sama dengan yang saya beli sekitar 3 minggu lalu.
- Baca di sini cerita perjalanan ke Banda Neira: Masak di Rumah Adat Lonthoir
Rajin Berburu Tiket Promo Demi JalanJalan
Setiap orang membutuhkan keseimbangan dalam hidup. Bekerja wajib hukumnya. Sebab bagi kami yang berasal dari keluarga pekerja tanpa bekerja hidup terlalu sulit untuk dilalui. Sebaliknya hidup juga tak melulu untuk bekerja, bukan? Itu lah mengapa kita butuh keseimbangan. Orang lain mungkin berbeda caranya tapi bagi saya keseimbangan itu terasa tatkala keluar dari rumah, meninggalkan rutinitas. Artinya harus jalan-jalan alias pergi ke suatu tempat yang berbeda dari keseharian.
Apa lagi setelah anak-anak besar, waktu luang jadi berlimpah. Saya yang kakinya gatal sejak kecil, bahkan saat harus di rumah merawat anak, masih sering melamun dan mengimpikan tempat-tempat jauh. Nah begitu mereka tidak memerlukan banyak perhatian lagi, saya seolah dibukakan pintu untuk mengarungi hobi lama, pergi ke tempat-tempat wisata idaman. Karena budget terbatas jadi deh banyak waktu saya habiskan mencari tiket promo. Gara-gara ini dalam keluarga saya dapat sebutan pemburu tiket murah. Yah tak apa yang penting hati tetap senang kan? Jika memang ada pilihan mengapa tidak? Lebih baik kelebihan uangnya digunakan untuk penginapan dan beli makanan sehat. Atau kalau bisa membeli tiket lain untuk tujuan berbeda. Untungnya lagi, tak perlu juga tiap hari duduk di depan komputer. Langganan email saja perusahaan travel seperti Tiket2.com. Di sana ada pilihan bagi pelanggan untuk memantau harga. Begitu harga yang kita mau tersedia mereka langsung mengirim pemberitahuan lewat email.
- Baca di sini tentang: Kenalkan Biralle Punu’ Jagung Pulut Makassar
Naik Bus ke Rantepao
Sekarang balik ke cerita naik bus malam ke Rantepao.
Karena tidak punya rencana lain di Makassar, saya memutuskan mengambil pesawat sore. Jadi saat mendarat hari memang sudah gelap. Menggunakan taxi kami langsung menuju pick point bus Metro Permai yang terletak di depan Toko Roti Maros Setia kawan, Jalan Poros Makassar Maros, Bontoa Mandai.
Ternyata menunggu bus membutuhkan waktu. Dalam schedule mereka akan berangkat pukul 09.00 malam tapi kenyataannya molor lebih dari 1 jam. Waktu menunggu ini juga dimanfaatkan untuk mengganjal perut alias makan malam. Tak jauh dari Toko Roti Maros Setia Kawan memang ada penjual nasi dan mie goreng. Saya memesan mie goreng yang porsinya bisa untuk 3 orang. Alah mak porsi makan orang Makassar ternyata memang besar. Itu saya dapati lagi di lain hari.
Tak lama bus yang ditunggu Akhirnya sampai juga. Sebuah bus berbadan besar dengan cat warna pink bergaris putih dan hitam.
Begitu masuk ke dalam saya langsung merasa terhibur. Rasanya perjalanan 6 jam ke depan tidak akan begitu terasa. Bagaimana tidak? Bangku-bangku yang tersusun 2-2 itu seperti sofa empuk yang digunakan untuk bermalas-malasan di rumah. Bagian kepala dilapisi kain putih yang mengesankan kebersihan. Di atasnya tersampir selimut selimut hangat berkarakter anak-anak. Jadinya kesan ceria mengikuti warna cat badan bus di luar. Bangku tersebut juga dilengkapi oleh sebuah bantal yang bisa digunakan untuk mengganjal punggung atau leher.
Lorong di dalam bus sempit karena diambil alih oleh bangku-bangku gemuk. Tak apa. Penumpang toh semalaman menghabiskan waktu di kursi bukan jalan-jalan di gang.
Cerita di Bus Dalam Perjalanan ke Toraja
Walau beberapa kali terbangun, sebagian besar waktu perjalanan saya saya lewatkan dengan tidur lelap. Sesekali terbangun dimanfaatkan membaca e-book, menatap ke dalam kegelapan yang sesekali bersirobok dengan bintang-bintang berkedip di atas langit. Terkadang melewati bayang-bayang rumah penduduk dengan kerlip lampu samar-samar. Setelah itu tertidur lagi sampai bangun kembali ketika cahaya kelabu menerobos jendela bus. Kami sudah tiba di Rantepao. Rupanya kota ini di kelilingi bukit-bukit dan Sungai Sa’dang mengalir di tengahnya. Kabut dari atas bukit turun ke bawah melingkupi atap rumah Tongkonan. Mistis!
Dan sekitar pukul setengah delapan akhirnya kami turun di pasar Rantepao. Naik kendaraan lagi menuju Hotel Banua Toraja, tempat kami menginap untuk lima hari ke depan. Setelah mandi air hangat, diikuti sarapan, badan benar-benar segar. Semangat saya ternyata tak berkurang sedikitpun. Tidak ada tanda-tanda bahwa semalaman saya tidur di atas bus. Dan kami pun siap menjelajahi Toraja.
Tunggu ya cerita perjalanan ke Toraja berikutnya.
Sementara itu, ini salah satu video dari Cerita Perjalanan ke Toraja. Upacara Ma’nene, mengganti baju-mayat-myat yang sudah lama wafat
92 comments
Mba Evi kapan ajak aku ke Toraja Mba hehehe, menyenangkan banget ya perjalanan ke Toraja 😀
Iya aku belum khatam di Toraja, Man. Emang kudu balik. Insya Allah pas balik nanti kita bareng ya dengan teman-teman lain. Amin
Busnya ngejreng pisan luar dalam. Pilihan cerdas pengusaha bus melebarkan bangku penumpang, memberikan kenikmatan tidur penumpang.
Saya niatkan berkunjung ke Tana Toraja, semoga suatu saat dikabulkan-NYA.
Iya Pak Alris. Lorong sih tidak perlu lebar-lebar kan cuma dilewati sekali saat naik dan turun. Mending space nya digunakan untuk melebarkan bangku.
Ayo niatkan ke Toraja Pak. Banyak benar kekayaan budaya yang sangat berbeda dari Minangkabau di sana 🙂
ajak aku dong plis mbaa. belum pernah nih. 6 jam perjalanan bisa mabok nih. hhaa.
oh ya mba. aku penasaran, itu untuk kebo seharga itu? apakah dikhususkan untuk keluarga tertentu? misal karena kasta tinggi, terus harus beli kebo dgn harga tinggi juga. atau pie? hehe
Insya Allah Tuhan mengabulkan kita bisa jalan bareng ya Mas Hanif.
Harga kerbau ini bukan berpatokan kepada bangsawan tapi lebih kepada kemampuan ekonomi keluarga yang mengadakan upacara. Karena upacara Rambu Solo ini sangat penting bagi masyarakat Toraja, bagaimanapun mereka akan berusaha keras mengumpulkan uang agar mampu memenuhi semua syarat upacaranya
asik sekali busnya. toraja impian perjalanan 😀
Amin. Semoga traveler kampung sampai juga di Toraja ya Kak Fan. Amin
Busnya imutttt banget, apalagi ada selimut gambar doraemonnya hehehe. Dari dulu belum kesampaian lihat langsung kebo bule Toraja, penasaran seperti apa keistimewaannya. Solo sendiri juga punya kebo bule tapi istimewa kalau pas Malam Suro aja hehehe
Kalau di Solo yang suka disebut Kyai Slamet ya Lim.
Menurutku kerbau bule ini ya seperti kerbau biasa cuman dia berkulit albino dan harganya mahal sekali hehehe…
Aku pengen banget deh ke Makassar,especially Toraja.
Nyiapin budget berpaan kira2 dari Medan yah mbak?
Mupeng banget liat foto-fotonya mbak 🙂
Mbak Ririn, kalau soal budget menurutku tergantung banget dengan style travelling kita. Antara sewa mobil dan naik angkot selama di sana, begitu juga penginapan yang kita pilih, pengaruh banget dengan harga.
Untuk ke Toraja menurutku lebih hemat kalau pergi barengan dengan beberapa teman. Karena kita bisa sharing cost dan menekan beberapa biaya. Kalau jalan-jalan ala Backpacker di Toraja menurutku 3 juta juga sudah cukup tapi tidak termasuk tiket pesawat dari Medan ke Makassar ya.
Toraja emang penuh kebudayaan yang indah. Seperti saat pesta yang memotong kerbau, babi dan lainnya dalam jumlah banyak. Atau melihat harga kerbau yang bisa buat beli rumah dan lainnya
Betul Mas Nasirullah, mereka termasuk salah satu etnis Indonesia yang paling kaya kebudayaannya 🙂
Keren banget deh, rumah adat Toraja dan Minangkabau/ rumah gadang koq serupa tapi tak sama (menurut saya) padahal jaraknya jauh meintas pulau, di minangkabau tanduknya menyamping di Toraja tanduknya kedepan.
Yang paling mirip banget sih dengan rumah adat Batak Mbak Ru. Aku curiga Batak, Minangkabau dan Toraja ini satu nenek moyang. Mengapa mereka menyebar di Pulau berlainan pasti ada kisah yang perlu ditelaah lewat ilmu pengetahuan 🙂
Ahh iyaa. mingangkabau dan batak masih satu kepaluan sedangkan Toraja sudah nyebrang ke pulau berbeda tapi mereka mirip. Iya jadi penasaran ceritanya
Iya Mbak Ru pasti banyak cerita seru di belakangnya 🙂
Bundoo eviii udah ke Toraja aja huaaah.
Ku belom kesampean kesini buat melihat ekrbau bule dan ngerasain naik bus menuju toraja.
*nabuung*
Ah kalau Tari mah langkahnya panjang, ke mana saja pasti sampai. Gak lama lagi aku pasti akan membaca TL kamu tahu tahu sudah di Toraja 🙂
Eviiii…coba kalo bunda masih muda ya…ikutan pastilah ke Toraja mah, kota idaman dari muda tea.
Bunda kalau mau sekarang pun bisa kok.
Sekarang pun masih bisa kok bun. Jalan-jalan di Toraja sudah bagus dan semua destinasi bisa disamperin dengan mobil. Memang sih kalau mau tracking juga ada Tapi secara umum destinasi wisata di Toraja itu sudah ramah terhadap wisatawan berusia lanjut
Toraja, tanah yang melegenda. Kapan ya ke sana. Boleh juga nih berburu tiket murah lewat tiket2.com. Asyiknya yang jalan-jalan terus 🙂
Hahaha…. Mumpung ada rejeki dan kesehatan masih memungkinkan Mas Rudi. Oh ya Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga mengizinkan tentunya. Ayo Mas ikut berburu tiket murah 🙂
waaah busnya nyaman banget tuh kak. itu semacam bus damri bukan yaa ?
Kalau besarnya sih seperti bus Damri. Tapi ini bukan Damri melainkan Metro Permai 🙂
busnya bagus ya mbak, kelihatan empuk coba kalo semua bus jarak jauh kayak gitu pasti nyaman buat lewat darat keliling2 di indonesia
Iya Seandainya saja semua bus antar propinsi seperti ini tentu para pemudik atau mereka yang membutuhkan akan senang sekali ya. Tapi tentu harga tiketnya akan jatuhnya lebih mahal. Halo tiketnya mahal mending orang naik pesawat kalian. Di Toraja bisa diterapkan karena sampai saat ini mereka kan belum punya Airport 🙂
amazing amazing… harga kerbau bule bisa sampe 1 M, punya kerbau bule selusin aja udah ga usah pergi ngantor saya… hahaha
Hahahahaha. …iya henar. Kalau sudah punya kerbau bule 12 banding jual dan uangnya diinvestasikan 🙂
Aku darah Batak, berarti kudu ke sini yak?
Benar Mbak Rosana untuk melihat-lihat atau membandingkan bentuk rumah adatnya 🙂
Bus ke toraja nya nyaman banget yaaa, aku blm kesampean naik bus itu ihik ihik
kata nya ada yang sleeper juga
Slipper nya bangku bangku empuk seperti itu saja sih Kak cumi. Tapi memang ada sih katanya bus yang lebih mewah dari ini
Temen ku cerita kalo dia naikbus nya bangku nya 1 – 2 gitu jadi lebih lebar lega
Iya bangkunya lebih lebar dari bangku Bus biasa Kakak cumi. Malah dia mengambil Space lorong di tengah. Jadi jalan pintas di tengah cukup sempit. Menurutku ide bagus. Lebih banyak menghabiskan waktu di bangku ketimbang jalan-jalan di lorong ya 🙂
Ada macam-macam jenis bus sih mas Cumi, malah ada yang pake tempat tidur bulk segala. Kalau gak salah beroperasi November ini atau menjelang Lovely December.
ke Sulawesi cuma pernah transit doang di Makassar…. dan beli pernak pernik Toraja di bandara
padahal ya dulu di rumah orang tua ada miniatur tongkonan…, sambil dilap mikir kapan ya bisa lihat yang aslinya….
wishlist aku ini uni
Sebaiknya waktu datang ke sana pas sedang ada festival atau upacara, MM. Jadi jalannya maksimal 🙂
Wah pasti disana budayanya masih kenal banget, kalau gak salah ada pemakaman yang cuma di taruh taruh gitu jasad manusia yang telah meninggal, bener nggak sih
Benar di Toraja masih berpegang erat pada adat istiadat yang sudah diturunkan nenek moyang mereka sejak ratusan tahun lalu. Orang yang meninggal tidak langsung dikubur sebelum syarat-syaratnya terpenuhi. Sebelum upacara orang tersebut masih dianggap hidup.
Pemakaman bukan di Taruh taruh begitu saja, tapi pemakaman mereka memang beda dengan pemakaman umum rakyat Indonesia kebanyakan. Sebelum ditaruh di dalam gua mereka diupacarakan secara layak 🙂
Ahaha itu kerbau ya ? sebelumnya saya kira sapi 😀 tapi setelah di baca lebih lanjut ternyata kerbau bule atau tedong bonga 🙂
Iya ini kerbau bule yang sangat berharga bagi masyarakat Toraja 🙂
Yaa ampun asyik banget perjalanannya, kapan yaa aku bisa keliling Indonesia kayak mba 🙂
Indonesia luas sekali Mbak. Dan saya belum mengelilingi semuanya. Tolong doakan agar dapat ya. Amin. Terima kasih
Mau mbaaak Evi diajak juga ke Toraja. Hehe. Kayaknya seru yak bisa melihat berbagai hal di sana. Terutama kebudayaannya.
Iya mbak Levina. Toraja itu kaya sekali. Mereka punya segalanya. Sepertinya segala kekayaan tersebut baru terkuak ke permukaan. Saya pikir di masa-masa mendatang perjalanan ke Toraja akan semakin mudah dan semakin banyak wisatawan yang datang. Insya Allah mbak Levina salah satu diantaranya.Amin 🙂
Woii busnya kalo begini bisa2 aku gak bangun semalaman.. ah bikin penasaran sama Toraja apalagi bisa ikut upacaranya yang ngeri-ngeri sedap begitu, sayang penulisnya lagi hemat2 tulisan
Hahahaha Iya belum sempat menulis lebih lengkap. Insya Allah akan saya Tuliskan nanti mengenai Upacara pemakaman dan Ma’nene di sini nanti
Wah ini kampung halaman ibuku. Jadi ingat pas jalan-jalan ke sana. Hehe
Kampung halaman yang indah 🙂
Ah Toraja.
Indah sudah terlihat dari cerita dan foto-foto yang pernah saya lihat. Tapi saya juga belum pernah ke sana.
Ayo Kak kalau ada perjalanan lagi, colek-colek ya… 🙂
Insya Allah Mbak Zy. Nanti kalau ada perjalanan ke Toraja lagi tak colek-colek deh 🙂
oh itu toh kerbau bule yang terkenal itu
Iya. Penampilannya sih seperti kerbau biasa ya kecuali bulunya yang putih
Salah satu tujuan impian nih Uni Evi. Baru sempat transit di Makasar saja, nyicil cindera mata Toraja si bandara. Yuup paling enak wisata dengan grup kecil ya Uni, koordinasi dan cost sharing memudahkan. Moga lain kali bisa gabung di grup jalannya Uni Evi. Salam
Iya mbak Pri jalan-jalan dengan grup kecil lebih menyenangkan. Disamping lebih bisa membangun keakraban kalau ambil foto juga tidak desak-desakan 🙂
Toraja…tanah eksotis nan sarat budaya…
Betul sekali. Budaya unik yang sudah berusia ribuan tahun masih eksis sampai sekarang
sebuah harta karun yang tak ternilai boleh dibilang..
bus malam toraja emang nyaman banget ya mbak
Baper deh kalau membicarakan tiket murah. Mbak beruntung sekali ya bisa mendapatkannya…. ke toraja bareng teman2 lagi. Seru banget ya…. gak sabar mau membaca kisah selanjutnya
Iya kalau pas lagi mau jalan dapat tiket murah itu sesuatu banget, Mbak Citra. Semoga di kesempatan lain saya bisa bercerita lebih banyak tentang Toraja. Amin:)
Iya busnya beneran bisa untuk tidur, Win 🙂
Kampung halaman ibu mertua dekat toraja
Pengen sekali bisa kesana kelak…
Iya kalau menengok Kampung mertua harus sempatkan datang ke tempat ini mbak Diah 🙂
Kapan kapan lah jalan-jalan jugaaa bareng bu :v
Mudah-mudahan suatu hari kita bisa jalan bareng ya, Mas Andrie 🙂
Kapan jalan jalan ke Lomboknya 😀
Jalan-jalan ke Lombok sudah beberapa kali kok. Cuman belum nulis catatan perjalanannya aja 🙂
Waah senang sekali ya akhirnya kesampaian juga jalan-jalan ke Tana Toraja. kalau saya sih masih mimpi. Hehe. Eh sudah pernah sih foto di banner besar di Carrefour gambar TanaToraja dengan rumah adatnya. Hahaha. By the way mahal juga ya hewan untuk upacara adat. Sampai ratusan juta gitu. Huhuhu..(nangis)
Iya Mbak Nunung. Bagi orang Toraja upacara kematian jauh lebih penting dari upacara-upacara lainnya. Upacara perkawinan saja tidak semewah upacara kematian 🙂
Ahhh Toraja, destinasi impian. Gak perlu pantai, budaya di sini komplit buat di dalami.
Iya tanpa pantai Toraja sudah sangat sangat sangat menarik, Kak Richo 🙂
Wah mahal sekali harga kerbau bule nya, kebudayaan toraja mmg masih sangat dijaga kelestariannya.
Aku langsung klik yang ini. Dari dulu pengen ke Toraja…duuh nyesal skrg belum kesampaian kesana…:D kalau udah double beda sensasinya sama single 😀 wkwkwk ….But mudah-mudahan satu harilah bisa kesana kak Vi 🙂
Iya Mbak Dewi, kalau jalan double persiapan juga double. Musti menunggu persetujuan yang lain. Semoga nanti pas pulang kampung ke sampeyan betul aja ya mbak. Amin
Amiin 🙂 Toraja is on my list 🙂
gokil kerbau bule nya,, itu jenis kerbau albino kan ya?
Iya mungkin kerbau albino, atau kerbau mengalami mutasi gen, atau mungkin juga Memang kerbau khusus 🙂
asyik ya bisa jalan jalan terus …melepas penat setelah bekerja seharian
Amin. Jalan-jalan memang menyenangkan walau capek
Toraja ini salah satu impian bangeeeettttt. Semoga bisa kesampaian ke sana. Mupengg deh baca tulisan pembukanya
Amin. Iya Toraja itu minimal satu kali seumur hidup harus disambangi, Taro. Banyak banget yang bisa kita lihat dan pelajari di dalam 🙂
Saya jadi kebayang kalo mau ke Rantepao, mending berangkat sore. Jadi dari makassar malam, dan perjalanan ke rantepao pas malam, bisa hemat waktu ya bu… Thankyu insight nya 🙂
Iya semua traveler menyerahkan seperti itu Mbak Imanuela. Pikir-pikir memang masuk akal. Di samping tidak terkena macet menginap di dalam bus yang nyaman itu bisa membuat kita beristirahat semalaman. Jadi besok paginya langsung menjelajah. Hemat Waktu kalau seperti itu
Seru sekali perjalanannya Mba.. Saya malah belum pernah ke Makassar pengen banget padahal sejak dulu. hihi
Mudah-mudahan kesampaian jalan ke Makassar Mbak Habis itu langsung ke Toraja 🙂
Enaknya ke Toraja itu pake mobil sewaan aja, mbak. Selain bisa mampir ke beberapa kabupaten yang dilewatin sekalian bisa nyicip kuliner lokal. Mampir di Maros, coba Roti Maros. Di Pangkep beli Dangke, Barru makan gogos dan seterusnya. Tapi kalau mau lebih praktis, ada pesawat juga kok ke Toraja.
pas berkunjung pertama kali langsung di suguhin sama toraja.
terus itu beneran harga kerbau sama sapi segitu?
kalo papa punya 50 sapi berati? YA AMPUN AKU BISA ONGKANG ONGKANG KAKI. Wakakkakakaa
bisnya besar kapasitas seatya juga banyak, kirain akan sempit. tapi ternyata bisa buat tdr.
di toraja memang salah satu contoh bus nyaman yang ada di indonesia dan masih bannyak lagi po ke toraja yang lebih nyaman dari bus ini contohnya po primadona dan sekarang juga bus metro permai ada lagi yang lebih nyaman dari pada yang ditempati mbak
kalau bicara tentang adat dan istiadat toraja tidak cukup 2sampai3 hari saja untuk melihat dan mempelajarinya dan satu yang menjdi kebanggan sebagai orang toraja adalah toleransi antar umat beragama yang masih terjaga meskipun toraja terkenal sebagai budaya yang agak sadis saat meyembelih kerbau dan babi tetapi kami disini saat upacara memberi kerbau kepada yang muslim untuk mereka sembeli sesuai dengan ajaran agama mereka kami saling menghargai dan saling membantu dalam segala kegiatan yang ada