Taman Nasional Jiuzhaigou: Sejumput Surga di Bumi ~ Tersebut lah legenda Rakyat Tibet tentang seorang anak muda bernama Dage yang jatuh cinta pada Dewi langit bernama Woluo Semo. Kecantikan dewi ini terkenal seantero nirwana dan bumi. Tak heran banyak lelaki yang memujanya. Tidak seperti permuda masa kini yang memberi cincin kepada gadis pujaan, Dage meletakan cermin yang terbuat dari angin dan awan di bawah kaki Semo. Rupanya ada roh jahat yang cemburu dan tak terima bila Dage nanti mendapatkan Semo. Maka ia menjalankan siasat busuk dengan menakut-nakuti Semo melalui cermin pemberian Dage. Merasa dirinya terancam Semo menyepak cermin itu hingga pecah jadi 114 keping. Pecahan yang berkilau itu lah yang melayang ke bumi kemudian membentuk danau berair jernih di Lembah Jiuzhaigou sekarang.
Setidaknya begitu lah cerita Rakyat Tiber mengenai asal muasal Lembah Jiuzhaigou yang terletak di Barat Daya China ini. Terhampar seluas 72.000 hektare dengan ketinggian 4.800 meter dari permukaan laut, bertengger dengan tenang di Pegunungan Min Shan. Bila musim dingin ia akan membeku memutihkan apapun dengan salju. Musim semi Lembah Jiuzhai bertransformasi jadi kebun bunga dengan danau-danau berair jernih seperti cermin. Sementara Lembah Jiuzhai sendiri secara harfiah berarti “Desa Sembilan Lembah”, mengikuti sembilan desa Tibet yang tersebar di seluruh taman. Penduduk setempat menyebutnya Haizi.
Matahari pagi bulan Juli meluncur dari sela tajuk pohon willow dan pinus. Bulatan-bulatan cahaya dari tajuk pepohonan itu jatuh ke atas payung pengunjung yang sedang antri membeli tiket masuk ke kawasan Taman Nasional Jiuzhaigou. Permukaan licin dari payung warna-warni itu menyebarkan cahaya ke segala arah membentuk gerimik seperti pelangi di tengah gerimis. Rasanya seperti memandang seorang bayi dari surga saat cahaya lembut itu jatuh ke atas wajah seorang bayi yang tertidur damai dalam bedong instant di depan tubuh ibunya.
Saya memenuhi paru-paru dengan udara bersih. Sekalipun matahari sudah tertawa sejak tadi, pukul delapan saat itu saya belum melepaskan baju hangat karena hawa tetap dingin. Dalam benaman ratusan kepala manusia saya mengedar pandang sekeliling. Tak terlihat apa-apa selaian wajah-wajah yang sedang menikmati liburan namun asyik dengan pikiran dan aktivitas masing-masing. Tahu bahwa Juli adalah awal libur musim panas rakyat Tiongkok. Tahu juga bahwa mereka menyebut Jizhaigou yang telah ditasbihkan UNESCO sebagai warisan dunia tahun 1992 ini sebagai sepotong surga yang wajib dikunjungi minimal satu kali seumur hidup. Namun tak menyangka kerumunan massa di depan pintu masuk sedemikian dahsyatnya. Mungkin mencapai seribu orang. Dan ini masih pagi.
“ Ini China, mama. Tahu berapa milyar penduduknya?” Bisik anak saya saat saya mengeluh bahwa kami datang bukan di musim yang tepat. “ Dan kita datang di saat yang tepat.” Tambahnya lagi. Masih mengerutu dalam hati karena tidak tahan berdesakan tour guide kami akhirnya datang menyelamatkan. Di tangannya sudah terganggam segepok tiket. Ternyata pengelola Taman Nasional Jiuzhaigou menyediakan jalur khusus untuk turis asing. Senang juga karena tak perlu terlalu lama berdesakan dalam barisan ribuan manusia.
Pearl Shoals (Zhen Zhu Tan) Water Falls
Berkeliling di Taman Nasional Jiuzhaigou: Serakan Cermin Dari Surga
Ada dua pilihan dalam mengeliling Lembah Jiuzhaigou. Berjalan kaki atau naik bus. Mengingat luasnya Lembah Sembilan Desa ini pengelola memang menyediakan bus hop on hop off. Jangan kuatir lalu lintas kendaraan tidak akan sampai merusak lingkungan karena mereka tidak menggunakan bahan bakar minyak. Namun cara terbaik tentu dengan berjalan kaki di atas jalan papan yang tertata rapi. Dengn berjalan kaki akan lebih banyak dalam menikmati dan memotret seluruh pemandangan yang tersaji. Begitu pun tak perlu takut tersasar karena di setiap pengkolan tersedia peta dan keterangan kita sedang berada di mana. Namun bagi wisatawan yang punya waktu terbatas dan manja seperti saya naik bus cara terbaik. Bayangkan jika harus berjalan kaki meliput seluruh area yang terdiri dari 6 danau besar ditambah beberapa air terjunnya yang menakjubkan. Kalau saya paling-paling cuma dapat dua. Sebetulnya kalau pun memilih jalan kaki tak perlu kuatir juga. Sebab bus-bus berwarna hijau ini punya halte di sepanjang rute jalan papan. Jadi kalau lelah tinggal menyerah saja dan naik bus melanjutkan perjalanan tanpa membayar lagi. Tiket masuk sudah meliputi tour dengan bus.Kami menggunakan bus private. Artinya hanya diisi oleh rombongan kami dan tidak mampir di halte untuk menurunkan atau memunggut penumpang.
Ikan berenang di air sebening kaca
Tujuan pertama adalah air terjun Pearl Shoals (Zhen Zhu Tan), berada di puncak ketinggian 2.433 m, lebar 310 m dan terjun dari atas tebing setinggi 40 meter. Amboi. Konon kalau dilihat dari atas Pear Shoal terlihat seperti bulan sabit. Konon lagi ini lah air terjun yang paling banyak difoto di Jiuzhai Valley dan paling banyak di gunangan sebagai latar belakang foto pranikah pasangan pengantin China. Saya manggut-manggut menyetujui mengingat reputasinya memang aduhai.
Untuk pertama kali saya mendengar Pearl Shoals adalah air terjun yang tumbuh (accreting). Artinya ia tumbuh keluar alih-alih mengikis mundur bibir jurang yang dilewati seperti kebanyakan seperti kebanyakan air terjuan biasa. Alasan untuk ini adalah bahwa kalsium karbonat dalam kandungan air menggabungkan diri dengan akar, daun, dan cabang-cabang pohon untuk menghasilkan matriks semen. Tanaman batu akan terus tumbuh setelah ia terbentuk.
Air Terjun yang terus tumbuh
Danau dan Air Terjun Silih Berganti
Kemudian bus bergerak menuju Long Lake. Terlepas dari cerita Legenda Dewi Semo, benar, Rakyat Tiongkok tak berlebihan bila menyebut Lembah Jiuzhagou sebagai sepotong surga di China Barat Daya. Sepanjang perjalanan saya terus bertemu air kebiruan sebening Kristal dari danau-danau kecil, sungai, di tambah tumbuhan menghijau dan bunga-bunga warna-warni menyemangi lembah yang sejuk. Puncak pegunungan baru karang yang meruncing menentang langit biru terkadang membuat saya seperti berhenti bernapas. Seolah Lembah Jiuzhaigou menghamparkan dirinya yang telanjang di depan kami membuat kamera dan video dari peserta tour tak berhenti berbunyi. Berturut-turut kemudian kami juga menyingahi Swan Lakes, Panda Lakes, Long Lakes, Arrow Bamboo Lakes, dan Five Flower Lakes. Hanya satu kalimat saya untuk danau-danau ala mini: Menakjubkan.
Karakter turis rombongan harus bergerak cepat. Mencapai sebanyak mungkin destinasi, mengambil gambar sebanyak mungkin kemudian pergi. Saya sampai iri melihat beberapa turis menggunakan kaki mereka dalam menelusi jalan papan itu. Mereka terlihat lebih damai dan punya kesempatan menjelajahi bagian lembah lebih ke dalam dan kurang terlihat dari jalan beraspal. Ah tapi untuk itu kita harus menginap berhari-hari di sini. Di hotel saya bertemu seorang turis dari Belanda yang bercerita bahwa ia melakukan perjalanan kebalikan dari hari pertama. Dan dia terus takjub bagaimana ia mendapat pemandangan yang sama sekali berbeda dari hari kemarin.
Five Flower Lakes
Toilet Yang Menggegerkan
Turis tetap lah turis. Sekalipun sudah mengaku travel blogger yang berarti seharusnya siap menerima berbagai perbedaan kultur dan lingkungan dari destinasi yang dikunjungi, saya tetap geger memasuki toilet di Taman nasional Jiuzhaigou ini. Kalau saja metabolisme saya mampu menahan saya takan melakukannya. Sungguh tak tega memasuki dan jongkok di atas toilet bertatakan kantong plastik yang sudah berisi hajat orang lain sebelumnya. Sekalipun sudah menutup hidung dengan beberapa lagis selendang keluar dari sana saya tetap muntah-muntah.
Begitu lah Pemerintah China menjaga tempat ini dengan disiplin. Tak boleh ada yang dibuang dengan tak semestinya. Tidak boleh mencelupkan anggota tubuh ke dalam air, dilarang keras merokok dan memetik bunga-bunga atau daun yang tumbuh di dalam taman. Sementara isi kantong-kantong berharga itu nanti akan di daur ulang jadi pupuk.
@eviindrawanto
31 comments
Super kontras ya antara kebersihan pemandangan di taman etcetera dengan yang di toilet, huhuhuuu…
Sebetulnya toiletnya juga bersih dan tempat penampungan adalah plastik baru. Tapi baunya bikin kiamat 🙂
surgaaa, indah banget mbak Evi, bening dan segar
Iya tempatnya sesuai banget dengan legenda asal mulanya, yaitu pecahan cermin Dewi sumo, Mbak Ev
Luar biasa cakep ya mba, ah China memang bikin kita kepingin menjelajahi tempat-tempat seindah itu. Bening banget airnya :).
Banget. Hebatnya lagi semua asset wisata dijaga dan dirawat dengan baik 🙂
Waaaaaaw…. ada satu hal pasti yang saya kagumi dari foto2 di atas: Airnya bening sekaliiii!! 😆 XD
Keren banget ih… 😀
Bahkan menyentuh airnya saja kita tidak diperkenankan, Mas Asop. Makanya kejernihannya terjaga 🙂
Oh pantas sajaaaa 🙂
Kalo di sini mah, ngeliat air terjun pasti pada pengen nyebur. XD Udah ga tahu deh itu air yang di curug2 masih jernih atau udah terkontaminasi hal lain (pipis, ludah, dll).
keren bener bunda 🙂
Pengen ya di negeri kita tempat wisata bisa terawat seperti ini Mas Sukmana 🙂
Lucky You mbak Evi sudah menjamah keindahan ini, Subhanalahh segerrrr ngelihatnya jadi pingin nyebur.
hahaha, kalau di CHina memang harus tahan banting sama toilet. Bawaan muntah meleulu. Nggak jauh beda sama India.
Kalau ingin jadi traveler sejati memang harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan ya Mbak Zulfa. Dan saya sepertinya gak akan pernah lulus 🙂
Mengulang membacanya dari hape ke lappy nih Uni Evi, biar puas menikmati keelokan taman nasional jiuzhaigou. Trim Uni Evi berbagi sejumput surga di bumi, paduan hijau tosca dengan rimbunnya hutan alamak eloknya. Salam hijau
Sejumput surga di bumi yang jelas-jelas dilindungi banget oleh pemiliknya, Mbak Prih 🙂
Sungainya kok hijau begitu ya?
Raun-raun se ma uni, hehe..
Hijau kebiruan. Itu yang disebut orang tosca kali ya Pak Alris..
Raun-raun bara katalok di pitih se, Pak. Indak acok pulo doh. Raun sakali manulishnya sapuluah kali. Jadi banyak kesannyo hehehe…
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Evi…
Lama sekali tidak mencoret di sini. Maaf mbak, baru sempat mampir lagi. Dongengan yang tentunya tidak realistik menurut kita generasi moden ini ya, tetapi ceritanya tetap menarik dan penuh lagenda. Hehehe…. saya juga mahu muntah mbak kerana membaca tulisan paling bawah. Semasa membaca itu saya sedang makan kerupuk udang… telan sahaja dengan tidak mahu membayangnya..hahaha.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂
Waalaikum Salam Mbak Fatimah..
Kemana saja dirimu?
Memang Mbak akhir-akhir ini saya pun demikian. Kesibukan mengurangi jatah waktu untuk blog walking 🙂
cakep banget bunda, suka ama air terjun nya 🙂
Nanti bikin foto pre-wedding di sini, Kakak Cum 🙂
Beneran ngga berlebihan judulnya!
Bener-bener sejumput surga di bumi. Beruntung Mba Evi sudah sampai di sana, melihat keindahan tersebut dengan mata kepala sendiri. Warbiyasaakk .. 😀
Saya juga setuju Mbak Noer..Tak berlebihan lah penamaannya 🙂
saya ngebayangin hijau nya tumbuhan air jenih dan udara segar, tapi miris baca toiletnya mbak Evi heheehe
Hahaha..Untuk kita orang Indonesia yang tak pernah mendaur ulang kotoran sendiri, menemukan toilet seperti ini memang bikin shock Mbak Ru 🙂
jadi pengen kesana….
Kalau ada sponsor saya mau banget datang lagi hehehe..
Subhanallah …. keren banget mbak..airnya jernih banget..air terjunnya juga cantik banget
Iya Mbak Muna..Dari gunung semua air jernih ternyata. Sampai di bawah saja nasib mereka berbeda. Tergantung manusia yg hidup di dekatnya 🙂
Subhanallaah bening bangeet ya airnya.Seperti kaca saking beningnya.Bisa buat bercermin.
Iya begitu lah Mbak Nunung, bersih karena terawat 🙂