Travelog Indonesia | Sekalipun tak ada paksaan agar membeli, pemerintah China mewajibkan rombongan wisatawan asing yang masuk ke negarinya memasukan tempat belanja sebagai salah satu destinasi. Tempat yang ditunjuk secara resmi dengan menjual segala macam produk. Mulai dari sutra, batu-dan logam mulia, tekstil, kerajinan, makanan, dan lain sebagainya. Saat berada di Aba, Sichuan salah satu tempat semacam itu adalah Rumah Teh Tibet yang terletak Hami Road, dekat dari Minjiangyun International Hotel. Untuk pertama kali aroma manis teh putih saya cicipi di sini.
Sebelum menyodorkan produk untuk dijual, pengunjung Rumah Teh Tibet Sichuan ini juga dijamu dengan mencicipi 3 jenis teh yang diracik di depan kita. Sambil menikmati teh hangat mereka akan mempromosikan beragam jenis teh yang dijual di tempat itu.
Baca juga : Teh Hijau Sahabat Perempuan
Mereka juga berbagi cerita tentang sejarah dan tradisi perkebunan teh Sichua. Bagaimana menambahkan rempah agar cita rasa teh lebih kaya. Kita juga diajarkan cara menyimpan teh yang baik. Jadi Rumah Teh Tibet Sichuan ini bukan cuma jualan, pengunjung boleh bertanya apapun tentang teh.
Kendala Bahasa Warisan Mao Zedong
Yang sedikit mengganggu kalau melancong di negeri China ini adalah rasa percaya diri mereka yang besar terhadap negeri sendiri. Saya tafsirkan dari pemakaian huruf Hanzi dan semacamnya di sana-sini tanpa sedikitpun terjemahan Inggris. Saya berpikiran ini salah satu bentuk warisan Mao Zedong dengan revolusi kebudayaannya itu. Menyingkirkan apapun yang berbau borjuis, termasuk bahasa asing.
Baca juga : Teh Hijau Seribu Manfaat
Begitu pun saat masuk ke Rumah Teh Tibet Sichuan ini. Dengan halaman luas, papan nama berhuruf keemasan, gadis-gadis cantik berbusana tradisional Tibet, menyambut ramah di depan pintu. Mereka menyapa dengan bahasa sendiri tanpa Bahasa Inggris, sukses membuat saya jadi Miss Plongk-plongok saja .
Begitu pun saat digiring melewati lorong-lorong museum teh, pemandunya asik saja dengan bahasa sendiri. Seolah kami harus paham apa yang dia katakan.
Pasti menarik memahami bagaimana berbagai peralatan pengolahan teh bisa berada di museum itu. Tapi semua keterangan dengan Hanji. Mengandalkan guide juga tak mungkin karena tamu mereka bukan saya sendiri!
Baca juga : Pesona Batu Akik Tibet
Menikmati Aroma Manis Teh Putih
Peralatan seduh dan teh putih yang harum
Setelah dirasa cukup menelusuri benda-benda pajangan kami di bawa masuk ke ruang kecil yang di dalamnya berisi bangku dan seperangkat alat penyeduh dan minum teh. Sambil mempersiapkan minuman yang akan disajikan seorang ibu muda memperkenalkan diri.
Dengan sejujurnya ia mengatakan bahwa selain menceritakan sejarah teh, bagaimana China sejak dulu melakukan ekspor dan impor melalui Jalur Sutra, di akhir acara nanti ia akan berjualan. Saya pikir akan dapat lebih banyak informasi di sini. Sayangnya terjemahan dari guide pun tidak memuaskan.
Baca juga : 6 Fakta Menarik Minum Teh di Dehdashti House Isfahan
Saya mengedar pandang ke seluruh isi ruang. Dinding penuh Pernik-pernik teh, mulai dari sampel sampai foto-foto pohon teh langka. Sekali lagi…. Sayangnya…semua berbahasa Tiongkok.
Teh Keselamatan Dan Tata Cara Menikmati Teh
Sesi pertama acara minum teh dimulai dari mencicipi teh putih yang mereka sebut Teh Keselamatan. Sebelum cangkir-cangkir diedarkan ia merangkap tangan di dada dan membungkuk, memberi penghormatan, mendoakan agar minuman yang kami nikmati bermanfaat bagi kesehatan.
Tak lupa juga ia berharap agar kami dilindungi Tuhan selama perjalanan dan selamat kembali ke rumah.
Setelah kami memegang cangkir masing-masing si ibu mengajarkan cara memegang cangkir yang benar. Yakni dengan memegang bagian tepi mulut cangkir dengan tangan kanan lalu ditataki tangan kiri. Jangan langsung di minum tapi cium dulu aromanya.
Baca juga : Sichuan Opera Face Changing Chengdu
Setelah itu baru dihisap –jangan langsung ditelan– yang kalau bisa sambal mengeluarkan suara srrrruuppp…dengan keras. Dengan cara ini aroma manis dari teh putih menyelusup ke saraf penciuman kita dan menimbulkan perasaan lega.
Cara packing dan mengangkut teh jaman dulu
Teh Herbal Racikan Rumah Teh Tibet Sichuan
Ada tiga jenis teh yang disajikan. Yang kedua saya lupa apakah Teh Hijau atau Oolong. Yang jelas baik warna maupun aromanya cukup keras.
Dan yang terakhir disebut Zan Cha, dari daun teh berbatang tinggi, dan sangat banyak manfaat untuk kesehatan tubuh.
Pada Zan Cha ditambahkan potongan jahe. Terasa hangat di perut maupun tenggorokan. Teman perjalanan mengatakan bahwa yang disajikan pada kami berasal daun teh kualitas terbaik.
Karena tak punya kosa kota atau tahu seluk beluk dunia teh, jawab saya hanya : “Pantas rasanya enak”.
Sesi Jualan Chinese Tea Rumah Teh Tibet Sichuan
Saat sesi jualan dibuka mereka mengatakan bahwa separuh keuntungan dari penjualan teh ini akan disumbangkan ke rumah yatim-piatu, anak-anak yang kehilangan rumah dan orang tua saat gempa dahsyat melanda Sichuan tahun 2008.
Teh mereka luar biasa. Namun rasanya saya tidak memerlukannya untuk satu tahun ke depan. Tapi ada perasaan sungkan juga kalau tak beli. Sudah disambut ramah, dikasih mencicipi teh putih aroma manis. Belum lagi teh herbalnya.
Sekali pun di rumah beragam teh hasil oleh-oleh dari para kerabat belum tersentuh. Terpaksa beli juga beberapa kantong. Terutama Teh Putih, saya suka sekali aroma manis yang terbawa ke hidung.
Setelah itu saya kembali ke museum Rumah Teh Tibet Sichuan minta dipotretin oleh suami. Sekalipun tak mengerti apa yang tersurat setidaknya saya punya foto narsis di sana.
@eviindrawanto