Burung Dalam Sangkar – Kala memandangnya bersimpati sangat pada si cantik putih ini. Menurut saya ia bernasib tragis sekalipun disayang dan dirawat baik oleh tuannya. – Foto Burung Dalam Sangkar –Â
Saya lama berdiri di muka sangka burung putih ini, ia terus mengangguk-anggukan kepala. Matanya berkedip-kedip seolah mengatakan ” Siapa kamu, aku tidak kenal” .
Dari jenis dari Kaktua putih. Milik seorang kerabat yang hari itu saya bertamu ke rumahnya.
Menurut Wiki, Kakatua putih dalam sangkar ini nama ilmiahnya adalah Cacatua alba. Berukuran sedang, dengan panjang sekitar 46cm. Genusnya Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna putih yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.
Baca juga  Resolusi 2019 Membaca Lebih Banyak Buku
Burung Kaktua endemik Indonesia. Tersebar di kepulauan Maluku Utara. Jenis kakaktua hanya ditemukan di hutan primer dan sekunder pulau Halmahera, Ternate, Tidore, pulau Kasiruta, Mandiole dan Bacan.
Terus mengapa setiap burung cantik berakhir di sangkar?
Masalahnya kita senang memelihara burung. Apa lagi kalau cantik. Mereka memberikan sensasi keindahan tersendiri bila berdekatan. Pokoknya lucu banget bila dapat memandangi burung dari dekat. Apa lagi bila ada kesempatan memegang dan mengelusnya.
Di tambah lagi, budaya kepemilikan terhadap hewan seperti burung kakatua ini memungkinkan di Indonesia.
Untunya sudah ada undang-undang yang membatasi. Seperti tak boleh memelihara burung langka. Namun tak semua orang patuh terhadap peraturan tersebut.
Baca juga  Dua Spot Hunting Foto Eksotis di Cirebon
Maka sekali lagi sangat bersimpati pada burung cantik berwarna putih ini. Benar-benar perwujutan dari peribahasa lama “Seperti burung dalam sangkar, mata lepas badan terkurung”
Lirik Lagu Tentang Mata Lepas Badan terkurung
wahai kau burung dalam sangkar
sungguh nasibmu malang benar
tak seorangpun ambil tahu
duka dan lara di hatimu
wahai kau dalam sangkar
dapatkah kau menahan siksa
dari kekejaman dunia
yang tak tahu menimbang rasa
batin menangis hati patah
riwayat tertulis penuh dengan
tetesan air mata
sungguh ini suatu ujian
tetapi hendaklah kau bersabar
jujurlah kepada Tuhan
wahai kau burung dalam sangkar
dapatkah kau menahan siksa
dari kekejaman dunia
yang tak tahu menimbang rasa
batin menangis hati patah
riwayat tertulis penuh dengan
tetesan air mata
sungguh ini suatu ujian
tetapi hendaklah kau bersabar
jujurlah kepada Tuhan
wahai kau burung dalam sangkar
dapatkah kau menahan siksa
dari kekejaman dunia
yang tak tahu menimbang rasa
Penyanyi lama Emilia Contessa dulu sangat terkenal menyanyikan lagu ini.
Mata lepas badan terkurung juga analogi terhadap nasib sebagian manusia. Ayo siapa?
16 comments
Sama2 tersiksa, kuda delman paling diperas tenaganya Mbak…
Kadang nggak tega, apalagi jika kurus dan badannya penuh luka.
Sementara beban yang harus ditarik sangat tak seimbang
Pak Mars, budaya kepemilikan thd hewan melanggar hak2 mereka untuk hidup secara wajar. Mungkin kalau hewan2 bisa bicara dng bahasaa yg kita mengerti simpati manusia br meningkat thd mereka
aduhh jangan sampai ya mengalami nasib seperti burung itu, kasihan
makanya saya ngga suka melihara binatangbinatang begitu bu ev, kasihan, takutnya sebenarnya binatang itu terkungkung dan ingin bebas
Miss akhir2 ini aku suka motret hewan2 yg kutemui. Setelah memperhatikan foto2 mereka, aku lihat muka mereka jg mengandung ekspresi lho miss. Jd salah besar kalau kita mengaangap bahwa hewan gak punya perasaan ya?
menatap jauh ke depan, tapi apa daya tidak dapat melakukan apa-apa..
nasib seekor burung malang di daam sangkar..
Kalau tiba2 burung itu punya tenaga, dia pasti membalas dengan mengurung manusia ya Dik 🙂
deudeuh manuk na jero kurung, matak karunya ku nasibna, hanteu aya nu mirosea, najan anjeun nyorang tunggara dst.
pas baca judul di atas, lagu itu yang teringat.. terpenjara pasti tersiksa lahir dan bathin…
Iya pastilah Mas Uyayan, alamnya burung terbang di angkasa, bukan terkurung di kandang 🙂
Burung dalam sangkar memang bersuara merdu. Tapi tahukah sobat, sebenernya dibalik suara merdu itu sang burung berteriak ingin bebas. Tapi kita nggak tahu bahasanya. Mereka merintih tapi kalian malah tertawa. burungpun ingin bebas seperti kalian.
Herannya kita mengatakan hewan peliharaan sbg hewan kesayangan Sob. Ya begitulah manusia emang egois
Tapi kalau udah kita pelihara lalu kita lepas ke alam bebas malah bingung dia mbak yach..terutama untuk makannya heeee
Iya Bli, menangkar hewan yg seharusnya hidup liar memusnahkan skill hidup mereka
Hehe…makanya, aku berasa aneh juga kalo ada yang mengaku pencinta burung tapi demen mengurung burung dalam sangkar, kan kasian, hehe
Jeng Lissa, karena kita kadung punya persepsi bahwa mencintai harus memiliki. Dalam halnya hewan yg disayang, harus dikurung dan dipelihara menurut standar kita 🙂
[…] sekelompok burung pipit memutuskan tetap bermain. Tak hirau pada benang-benang air yang menimpa tubuh mereka. Terbang […]
[…] sekelompok burung pipit memutuskan tetap bermain. Tak hirau pada benang-benang air yang menimpa tubuh mereka. Terbang […]