13 Foto Bukit Cinta Rawa Pening saya buat tak sengaja. Kala itu sedang melintas di jalan tol Semarang-Solo untuk menginap semalam di sana. Di sekitaran Ambarawa iseng buka Google Maps, ditunjukkan beberapa lokasi wisata sekitar. Banyak ternyata. Mulai Cimory on the Valley, Kampung Kopi Banaran, Eling Bening, Kereta Wisata Ambarawa, dan Bukit Cinta. Sebenarnya perjalanan di Ambarawa ini saya mulai dari kampung Kopi Banaran dan dilanjutkan melihat Museum dan Kereta Wisata Ambarawa. Mengikuti ke-randoman saya, posnya akan saya tulis acak juga. Di kesempatan lain mudah-mudahan nanti menuliskan juga tentang Kampung Kopi Banaran dan Museum Kereta Ambarawa. Wish me luck…
Akses untuk mendapatkan 13 foto Bukit Cinta Rawa Pening Ambarawa ini cukup mudah. Keluar dari tol Semarang Solo, arah kan kendaraan barat daya Danau Rawa Pening. Jalannya walau tidak terlalu lebar tapi mulus. Kalau dari exit tol, tidak mampir dulu di Bandanaran, kita mengelilingi hampir separuh tepi danau yang terletak di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Tenggaranya adalah sebuah gerbang mengucapkan Selamat Datang di Bukit Cinta Rawa Pening.
Baca juga di sini:
- Nasi Ayam Bu Widodo Dalam Jelajah Rasa
- Bernostalgia dengan Es Krim Toko Oen Semarang
- Pantai Merpati Bulukumba : Ketika Matahari Terbenam
Fasilitas dan Harga Tiket Masuk Untuk Mendapat Foto Bukit Cinta Rawa Pening
Harga tiket cukup terjangkau. Karcis dilabeli Rp 6.000 untuk hari Senin-Jumta dan Rp. 7. 500 untuk Sabtu-Minggu dan hari besar lain. Tersedia parkir mobil dan motor. Area cukup luas, dikelilingi toko toko souvenir, makanan dan kerajinan khas Ambarawa. Hasil olah eceng gondok ciri khas oleh-oleh dari Danau Rawa Pening Ambarawa ini. Banyak juga jenis barang yang dihasilkan oleh anyaman eceng gondok ini. Mulai dari kursi, vas bunga tas, dan dompet.
Bukit Cinta Rawa Pening sendiri ditumbuhi hutan pinus dan tampak terawat. Walau saat itu sedang panas terik tapi area sekitar terasa Teduh. Dari tepinya kita bisa duduk-duduk santai menghadap ke hamparan Rawa Pening berair jernih. Sayang hampir separuh wajahnya ditutupi eceng gondok.
Saya tiba menjelang siang, matahari baru naik, dan kondisi air rawa sedang penuh. beberapa nelayan dengan perahu masing-masing sedang bekerja sama menangkap ikan. Caranya sambil menjalankan Perahu mereka memukul-mukul air. Setelah dirasa ikan mulai terpojok di dekat rimbunan eceng gondok baru jala dilempar. Saya perhatikan tidak satu pun ikan terperangkap dalam jala.
Seorang ibu dan keluarganya, wisatawan asal Semarang sampai prihatin. “Lah terus piya?” Tanyanya pada diri sendiri.
Baca juga di sini:
Legenda Terbentuknya Rawa Pening
Memasuki area wisata Bukit Cinta, langsung disambut patung naga yang melingkar dengan seorang pria di atasnya. Naga ini bernama Baru Klinting, hewan berkaitan dengan legenda asal-usul Danau Rawa Pening Ambarawa.
Tersebutlah seorang gadis bernama Endang Sawitri yang hamil tanpa suami. Kemudia ia melahirkan seekor naga yang dapat berbicara. Anak ular besar tersebut diberi nama Baru Klinting. Tumbuh remaja ia pun mulai bertanya tentang ayahnya. Endang Sawitri mengatakan bahwa ayah Sang Naga adalah seorang raja yang sedang bertapa di lereng gunung Telomoyo.
Kerinduan akan sang ayah membuat Baru Klinting bertekad menemukannya. Ia pun minta izin berangkat ke Gunung Telomoyo. Sebelum pergi Ibunya memberi sebuah Klinting, benda kenangan milik sang Ayah yang bernama Ki Hajar Salokantara.
Singkat cerita Baru menemukan apa yang ia cari. Ki Hajar mengakui Klinting anaknya setelah melihat benda tersebut. Tapi sang ayah ingin menguji kesaktian sang putra. Ia menyebutkan satu syarat bahwa jika Baru Klinting dapat melilit Gunung Telomoyo barulah iya percaya 100% sebagai anaknya. (untung bukan bapak gue).
Baca juga :
- Memutar Kenangan di Air Terjun Way Lalaan
- Menjelajah Lereng Gunung Tanggamus
- Wisata Pelelangan Ikan Tanggamus
Pembunuhan dan Balas Dendam
Dan Baru Klinting pun berhasil melaksanakan perintah sang ayah. Suatu hari penduduk akan membuat pesta sedekah bumi namun mereka tidak menemukan satu ekor pun hewan buruan. Seekor Naga yang sedang melilit gunung pun akhirnya jadi pilihan. Mereka membunuh Baru Klinting dan memotong-motong dagingnya untuk santapan pesta.
Baru Klinting yang badannya sudah dipotong-potong rohnya menjelma jadi seorang anak laki-laki. Ya datang ke pesta itu dan minta diberi makan. Karena penduduk menganggap anak tersebut menjijikan ia diusir, dihina dan disuruh pergi agar tidak mengganggu.
Rupanya seorang janda tua jatuh Iba dan membawa anak tersebut ke rumahnya. Di sana ia diberi makan dan minum. Tapi anak tersebut memang sudah punya sesuatu dalam hati. Ia kembali ke pesta. Dan sebelum berangkat ia berpesan kalau terdengar suara gemuruh, nenek harus masuk ke dalam lesung. “Agar selamat”, katanya.
Ia kembali meminta makan. Dan ia kembali menerima penolakan. Anak lelaki itu pun bertambah marah. Kemudian ia membuat sayembara dengan menancapkan lidi ke tanah. Seperti diduga, tak seorangpun penduduk desa yang mampu mencabut lidi tersebut. Akhirnya lidi itu dicabut sendiri oleh bocah laki-laki tersebut. Dan dari sanalah muncrat air besar dan menggenangi seluruh desa . Menenggelamkan semua penduduknya kecuali janda tua yang masuk ke dalam lesung. Lokasi desa tersebut sekarang disebut Rawa Pening. Pening artinya karena airnya bening.
Sejarah Bukit Cinta Rawa Pening
Sejak pemerintah kolonial Belanda tempat Foto Bukit Cinta Rawa Pening sudah digunakan mendirikan gardu untuk memantau pertumbuhan eceng gondok. Sebab Danau ini dijadikan sumber PLTA milik Belanda. Air Danau Rawa Pening berasal air dari tanah, mengalir dari tempat yang lebih tinggi. Juga sungai Tuntang. Jadi muara bagi sungai-sungai kecil seperti Galeh, Klegung, Torong, dan sebagainya. Karena PLTA sudah tidak difungsikan, tahun 1975 Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang mengubah tempat ini jadi gardu pemandangan alam. Dan tahun 1983 lokasi wisata ini dinamakan Bukit Cinta karena tempat ini sering digunakan muda-mudi memadu kasih.
Naik Perahu Berkeliling Rawa Pening
Video cara menangkap ikan di Danau Rawa Pening
Bergeser ke dermaga menanti beberapa perahu wisata untuk disewa mengelilingi Rawa Pening. Tarifnya Rp60.000 untuk maksimal 6 orang, waktu 30 menit. Larungan Rp100.000. Foto atau video shoot 1 jam Rp120.000. Karena saat itu kami hanya berdua, selain berkeliling Rawa Pening kami juga dibawa mengunjungi sebuah pondok di tengah rawa. Bersua dengan Ibu Maria dan ngobrol-ngobrol. Mungkin waktunya hampir 1 jam.
Sebelum sampai ke pondok di tengah danau, sepanjang perjalanan bersua dengan perahu nelayan hilir mudik. Ada yang sedang menjaring ikan, memeriksa keramba atau membawa wisatawan seperti kami. Aroma eceng gondok bercampur dengan lembabnya air danau. Capung warna-warni terbang kian kemari, kadang hingga di atas mahkota bunga eceng gondok. Ini sebagai pertanda bahwa air Danau Rawa Pening sedang sehat. Sebab larva larva capung cukup lama berada di dalam air sebelum menetas. Kalau airnya kotor atau terkontaminasi cemaran, capung-capung tersebut tidak akan lahir. Mereka mati sebelum bermetamorfosis jadi capung. Kesempatan membuat 13 Foto Bukit Cinta Rawa Pening jadi semakin indah.
Dari jauh berdiri dengan anggun gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Motor perahu membelah Air dengan lembut. Kami memasuki gang-gang eceng gondok, dan melewati beberapa pondok tempat tinggal pengelola keramba. Di atas danau Rawa Pening kehidupan sosial terlihat hening.
Tak lama kami pun sampai di Pendopo Padepokan Wonotirto. Di sana seorang ibu yang memperkenalkan diri Maria menyambut ramah. Beliau sedang bertugas menjaga keramba keramba yang terlihat di sekeliling Padepokan. Saya minta izin memotret dan melihat-lihat area sekitar. Bapak tukang perahu mengeluarkan segumpal roti dan melemparkannya ke atas kolam. Ikan-ikan nila pun riuh memperebutkan makanan. Selain nila di sini juga hidup mujair, ikan tawes, dan ikan sepat.
Menurut Ibu Maria endemik Danau Rawa Pening adalah ikan Wader Ijo atau Ikan Nilem. Sayangnya saat itu tidak kelihatan batang hidungnya untuk melengkapi Foto Bukit Cinta Rawa Pening ini.  Seluruhnya tidak kurang 15 jenis ikan hidup di bawah akar akar eceng gondok tersebut.
Masalah dalam kelestarian Danau Rawa Pening
Saya datang saat Danau Rawa Pening sedang cantik dan enak untuk dilayani dengan Perahu. Di bulan September jika teman-teman membaca media, air Rawa Pening sedang surut. Danau Rawa Pening seolah rawa dengan selokan di sana-sini. Kemarau membuat air danau turun sampai 4 meter. Akibatnya wisatawan tidak bisa berkeliling dengan perahu dan para nelayan pun kehilangan mata pencarian.
Kekuatiran lain terhadap danau yang telah memberi kehidupan pada masyarakat sekeliling ini adalah pendangalan. Iya tiap tahun tempat Foto Bukit Cinta Rawa Pening mengalami pendangkalan sampai 45 cm. Banyak sih faktornya. Tapi apapun faktornya bila tidak ditangani dengan tepat Danau ini akan punah selamanya.
Menurut yang saya baca pemerintah kota Semarang dan Ambarawa telah melakukan pengerukan. Alhamdulilah. Semoga saja perawatan seperti ini akan melestarikan mata air yang ditinggalkan oleh Baru Klinting.