Dewi Kwan Im Menangis – Patung Dewi Kwan Im Macau adalah atraksi pertama yang kami sambangi begitu sampai di Daerah Administratif Khusus Republik Rakyat Cina – Cerita perjalanan ke Macau – Transportasi ke Macau – Transportasi Keliling Macau
Ke Hong Kong tanpa mampir ke Macau rasanya seperti sayur bening tanpa jagung manis. Maka satu hari setelah ketibaan di Kawasan Daerah Administrasi Khusus Republik Rakyat Tiongkok kami pun bersegera ke Macau. Tempat berangkat dari dermaga ferry yang berada di Shun Tak Centre di Sheung Wan – Hong Kong Island. Karena menginap di Rosedale Hotel Kowloon, tranportasi paling mudah kesana naik MTR ( Mass Transit Raillway) dari Olympic Station dan melaju sampai ke Sheung Wan Station. Cuma butuh sekitar 45 menit.
Cerita Perjalanan ke Macau
Hong Kong diguyur hujan sejak subuh. Pukul setengah 8 waktu Hong Kong kami sudah beranjak menuju Olympic dalam derai gerimis yang pekat. Untung sehari sebelumnya tanggap dengan keadaan cuaca dan langsung beli payung. Ketika itu bulan Juni 2017. Hong Kong sedang musim hujan.
Jalan terasa sepi. Kontras dengan gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan apartemen bertingkat yang melingkup seluruh permukaan kota. Kurang tepat menyebut tempat ini sebagai hutan beton. Lebih mirip susunan kotak karton, muncul dari tanah dan tersusun rapi.
Baca juga Cerita Perjalanan Ke Toraja
Tanah di sini langka dan mahal karena itu warga Hong Kong memanfaatkan langit sebagai tempat aktivitas. Tak terlihat jalan tergesa-gesa seperti kemarin sore saat usai jam kantor. Saya pikir warga kota menyadari kekurangan sumber daya alam mereka lalu menggantinya dengan bekerja keras di sektor industri manufaktur. Sekarang mereka pasti sedang asik di bilik kerja masing-masing.
Sambil berjalan di bawah jalan layang, lumayan asik bercumbu dengan Hong Kong dengan segala kerapiannya itu. Transportasi umum seperti teman-teman tahu dapat pujian skala dunia. Semua terintegrasi mulai dari Ferry, MTR, Subway, Tram, dan Bus hingga mudah diakses semua orang. Pokoknya system transportasi mereka benar-benar dirancang dengan memikirkan efiensi dan kenyamanan pengguna.
Gak ada tuh cerita turun dari MTR mencari ojek payung lalu basah kala mencari angkot atau bajaj sebagai kendaraan sambungan. Lagi pula tak terbayang kalau kami harus sampai basah kayup. Bekal ke Macau masing-masing hanya dua lembar baju. Satu untuk tidur dan satu lagi untuk ganti keesokan pagi. Enam orang itu bersepakat tak mau diberatkan bagasi. Cuma menginap semalam sementara Macau layak diberi perhatian lebih. Jadi koper dititipkan di Rosedale Hotel untuk kembali menginap di sana lusanya.
Transportasi ke Macau – Naik Turbo Jet
Sesampai di Shun Tak Center Mall kita dibawa naik ke lantai tiga. Di sana berjejer loket untuk pembelian tiket menuju Macau. Begitu pun tak sulit membelinya. Karena transportasi ke Macau, Turbojet – kapal cepat – dengan warna merah mencolok yang akan membawa ke Outer Terminal – Macau mempunyai banyak armada. Jam operasi merekapun panjang. Sejak pukul 7 pagi sampai 12 malam dengan waktu keberangkatan setiap 15 menit.
Waktu yang terbatas membuat kami langsung menuju terminal dengan melewati imigrasi terlebih dahulu. Disamping tak tertarik juga menyigi mall. Buat apa? Jakarta dan Tanggerang tak kekurangan pusat perbelanjaan bagus kok. Di sini passport kami tak dicap hanya diberikan stikcker. Cerita perjalanan ke Macau lebih seru. Karena di sini saya kena random checkup. Sementara yang lain dibiarkan lolos, saya disuruh minggir dan dapat eyes scanning.
“Gak sekalian ukur suhu badan saya, Pak? ” Tanya dalam hati.
Oh ya untuk warga negara Republik Indonesia berlaku Visa on Arrival yang diperoleh sesaat ketibaan di Macau.
Transportasi Keliling Macau
Di dalam Turbojet saya duduk di sebelah turis Indonesia. Kebetulan kami akan sama-sama menginap di Rio Hotel and Casiono Macau. Yang membedakan, ibu ini sudah berkali-kali datang sementara saya untuk pertama. Tentu saja jadi lebih mudah bertanya segala sesuatu kepadanya. Hasilnya adalah kami segera merubah rencana. Setidaknya untuk transportasi keliling Macau. Yang tadinya mau mengunjungi objek wisata menggunaka trem atau transportasi umum berubah jadi sewa mobil.
Baca juga #AboutKL : City Tour di Kuala Lumpur? Coba Hop On Hop Off deh!
“ Lebih baik menyewa kendaraan, lebih efisien dan tak capek. Lagian kalau pakai kendaraan umum cuma sedikit dapatnya..” Kata dia..
Benar juga. Jadi ini lah yang mempertemukan saya pertama kali dengan Dewi Kwan Im Macau. Salah satu spot instagramable di Macau.
Macau juga kota sibuk seperti Hong Kong. Entrepreneurship tumbuh dengan subur. Di Outer Terminal, setelah proses immigration clearence banyak yang menawarkan jasa tour satu hari berikut transportasi keliling Macau yang bisa dipilih jenisnya. Mereka bukan dari satu operator tapi banyak perusahaan. Aada pula yang bersifat pribadi.
Semua menjanjikan tour satu hari terbaik bagi siapapun yang ingin menikmati Macau tanpa casino. Jangan takut kendala Bahasa karena semuanya lancar berbahasa Inggris. Lebih lancar dari kebanyakan kami malah. Maklum ya mereka saudara dekat Hong Kong, kolonisasi Inggris.
Jadi ya begitu lah. Untuk 6 orang kami dapat transportasi keliling Macau yang nyaman. Mobil Alphard disupiri perempuan berusia sekitar 45 tahun. Karena nama cinanya susah disebut, ia menyuruh memanggil “ Cik Mega” saja. Rupanya ia terbiasa membawa turis dari Indonesia . Juga tahu kemana merekomendasikan makanan no pork.
Sebelum menaiki mobilnya anak saya tertawa, “ Kapan lagi kita naik Alphard, Ma ” Sambil mematut-matut dirinya di kaca mobil. Maklum ya kami tak punya Alphard di rumah.
Cik Mega memberi selembar peta dan sudah menandai destinasi-destinasi yang akan dituntaskan sampai sore. Yang pertama adalah Kun Lam Statue atau Dewi Kwan Im Macau , Macau Tower, A-Ma Temple, Macau Parisian – Venetian, Sedona Square dan terakhir reruntuhan sebuah kompleks abad ke-16 St. Paul.
Niatnya akan saya tulis satu persatu ((NIAATTT))
Patung Dewi Kwan Im Menangis atau Tersenyum?
Tak lama keluar dari Ferry Terminal, selagi tergagap-ngangap memandangi gedung casino yang supermegah di kiri kanan, jalan lebar mulus dan bersih, Encik Mega menghentikan kendaraan tak jauh dari sebuah simpangan. Ia menunjuk ke patung Kun Lam atau lebih dikenal sebagai Kwan Im (dewi perdamaian) di Indonesia. “Kalian boleh pergi ke sana tanpa bayar” Katanya. Oh itu dia Dewi Kwan Im Macau yang sering saya baca itu.
Dewi Kwan Im Macau sudah terlihat sejak dari dalam kendaraan. Berpijak di atas bangunan seperti bunga teratai yang tegak di pulau reklamasi. Konstruksi itu dihubungkan sebuah jembatan ke Macau daratan. Saya keluar dari mobil menyipitkan mata ke arah patung perempuan berjubah yang sedang mengatupkan tangan.
Benar panasnya terlalu menyengat. Dimaklumi bila tak seorang pun diantara kami menunjukan minat menghampiri. Ditambah lagi harus menyeberangi persimpangan yang cukup lebar. Sekalipun jalan raya sepi, ada lampu merah, aman bagi pejalan kaki, tetap kurang menarik bila harus ditukar dengan bangku empuk dan ruangan ber-AC dalam Alphard. Bahkan semacam museum di bawahnya berhasil memicut toleransi saya kepada rombongan. “Ya sudah, emang panas kok “ Saya menemukan penghiburan dengan secepatnya kembali ke dalam mobil.
Jadi seperti jutaan turis manja lainnya kami cukup berdiri dekat mobil, ambil foto dengan latar belakang Kun Lam Staute, seolah-olah sudah berhasil mendekatinya.
Cik Mega kemudian bercerita yang menimbulkan kesan bahwa patung Kwan Im Macau sedikit diliputi misteri. Menurutnya banyak orang melihat patung Dewi Welas Asih itu dengan pandangan berbeda. Terkadang wajahnya tampak sedih atau malah Dewi Kwan Im menangis dan terkadang malah gembira.
Saya menengok ke belakang namun ia sudah jauh tertinggal. Dari foto yang berhasil saya simpan, Dewi itu sepertinya biasa saja. Tak ada Dewi Kwan Im menangis. Dengan sudut bibir yang sedikit terangkat ke atas, ia tampak sedang mengulum senyum alih-alih sedang menangis.
Memang pandangan kita terhadap sesuatu dipengaruhi erat oleh emosi. Mungkin seseorang yang melihat Dewi Kwan Im Macau sedang menangis, kebetulang sedang bersedih. Atau punya masalah yang belum terselesaikan.
Cerita perjalanan ke Macau akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya..
Bersambung…
33 comments
Tak pernah bosan kalo aku disuruh balik ke Macao.. banyak cerita yang belum didapat.
Betul. Aura sejarahnya sangat kuat
Kapan ya bisa ke Macau?
BTW, acung jempol untuk NIATTTTT-nya. Semoga terlaksana dituliskan semuaaaaa ^_^
Amin. Wish me luck yah 🙂
Nungguin tulisan mbak Evi yang selanjutnya,, trus siap-siap bikin plan ke Macau
Insya Allah saya diberkati untuk membuat posting tentang Macau sampai habis. Wismilak ya mbak
Asik2 ya kalo baca postingan2nya Travel Blogger… Berasa lagi ada di Tekape.. hehe..
Salam kenal mbak..
Terima kasih Mas Asep. Salam kenal kembali. Terima kasih sudah singgah
Ga begitu jelas sih Dewi Kwan Im nya sedih atau gembira. mungkin tergantung suasana psikologis yang melihat. ditunggu cerita lanjutannya Bu
Menurutku juga demikian Kang, sedih atau senang dari wajah Dewi Kwan Im ini tergantung mood yang sedang melihat. Semacam istilah Beautiful is on the eye of beholder 🙂
Syahdu banget sih itu foto pake payung pas hujan. Kayak di drakor wkwk
Hahaha Mungkin karena yang berpayungan senang nonton film Korea juga
Mentang-mentang naik alphard, jadi manja ya. Hahaha. Btw, itu si Dewi sedih atau senang ya Un? Patungnya sendu gitu keliatannya.
Habis kita kan tidak punya mobil bagus itu Num. Jadi begitu bisa naik noraknya keluar
semoga bisa ke sana jugaa aamiin… nabung duluuu..
Amin. Insya Allah mbak Dedew
Menurutku juga sama seperti pendapat kak Evi, suatu obyek dilihat bisa terlihat menunjukkan emosi yang berbeda tergantung ilusi pikiran kita saat kita melihatnya.
Btw, warna jetty nya sportif banget …., keren merah menyala
Betul Mas Himawan. Cara pandang kita terhadap sesuatu tak lepas dari jendela emosi saat itu. Pandang kita selalu dibingkai juga oleh masa lalu dan di mana kita hidup
ISerasa ikutan jalan2 ke Macau membaca tulisan travellingnya Uni. Hasil penglihatan terhadap Sang Dewi atau apapun memang tergantung mood yg ngelihat.
Terima kasih Bu Salma. Mod selalu tak terpisahkan dari asumsi
Pesona MAcau yang dari dalam mobil, keren banget.
Terima kasih Mas Mirwan
Foto-fotonya ciamik sekali Mbak Evi, Macau penuh sejarah ya.
Baca artikelmu bikin saya ngerasa harus balik lagi nih ke sana.
Ditunggu lanjutan ceritanya ya Mbak 🙂
Terima kasih Mbak Lianawati. Macau setiap jengkal nya berisi sejarah yang bisa kita kulit lebih dalam jika mau 🙂
Senyum di foto depannya sangat manis. Siapakah itu? hahaha
Hahaha Ayo coba tebak Siapakah itu?
sampai ak zoom gambarnya mba penasaran.. klo liat dr gestur sih tersenyum kecil dan tidak berlebihan 😀
Menurutku juga begitu masala menurutku juga begitu Mas Alan. Mungkin kalau yang melihatnya bersedih patung ini terlihat juga seperti bersedih 🙂
Bicara Dewi Kwan Im, saya jadi inget Sun Go Kong dan kawan-kawan yg mengambil kitab suci ke barat 🙂
Aku pun juga ingat film serupa, Dar 😀
Kalo disuruh milih mau ke Macau atau ke Hong Kong, aq sih pilih Macau. Tempatnya enak gak terlalu crowded dibandingkan dengan Hong Kong. ke mana mana juga deket pakai bus.
Kalau untuk menikmati sejarahnya maupun leha-leha, Ma kau memang lebih menarik ys Mad Dzul
betul, klo belanja tetep di HK yaa hahahahaha