Bumi ini adalah tanah lapang yang luas . Ditiap pojoknya bertabur keunikan yang jadi alasan mengapa kita ingin sekali berkunjung ke sana. Karena pantainya yang cantik, berpasir putih nan lembut dengan air membiru bak mutu manikam. Karena gunungnya yang anggun, berhawa sejuk dengan lembah menurun seperti permadani hijau. Karena budaya yang khas, yang sama sekali berbeda dengan budaya kita, sehingga memicu rasa ingin tahu. Atau karena makanannya yang beda sendiri yang tak terdapat di daerah lain.
Itulah mengapa begitu banyak alasan kita melakukan perjalanan. Refreshing untuk mencari suasana baru. Mengumpulkan pengalaman. Bertemu dengan lebih banyak orang. Mengenal lebih banyak budaya dan kebiasaan. Jadi kita rela meninggalkan rumah yang nota bene lebih nyaman, mengeluarkan uang, melakukan sejumlah usaha untuk ditukar dengan pengalaman mencicipi suasana tempat-tempat yang belum dikenal.
Apapun alasannya, akar dari tiap perjalanan atau travelling adalah memenuhi rasa ingin tahu. Pantai kan sama dimana saja. Tapi kita pasti juga akan suka berkunjung ke Kuta-Bali, walau pantai di Tanjung Setia Lampung yang pernah dikunjungi tak kalah cantiknya. Kita ingin menikmati kebun teh Malabar Bandung Selatan sekalipun sering mundar-mandir di Puncak-Cisarua.
Dan kita juga ingin mendatangi suatu tempat karena tragedi yang pernah terjadi diatasnya. Tujuannya mungkin bukan untuk bersenang-senang. Hanya ingin dapat insight tertentu untuk memperkaya batin, ikut merasakan dari dekat kira-kira apa yang terjadi pada orang-orang di suatu masa. Membayangkan jika kita adalah salah satu korban dari tragedi tersebut. Untuk alasan itulah aku ingin sekali sampai di Pompeii, suatu tempat dekat Napoli, wilayah Campania, Italia.
Pada tanggal 24 Agustus tahun 79 Masehi, seluruh isi kota Pompeii ditenggelamkan abu Vesuvius yang meletus. Diawali oleh gempa-gempa kecil, meningkat jadi gempa sedang yang mengeringkan air di sungai dan disumur-sumur penduduk. Akhirnya pada tanggal yang bersejarah itu suatu pagi Pompeii beserta seluruh penduduk dan puingnya lenyap dari muka bumi.
Bencana itu melenyapkan Pompeii dari ingatan umat manusia selama 1600 tahun. Selama itu semua sisa kehidupan dan budayanya tersimpan dibawah lapisan abu, pasir dan batu yang termuntah dari perut gunung yang disebut juga Monte Vesuvio oleh orang Italia. Hanya secara kebetulan kota ini ditemukan oleh seorang arsitek bernama Fontana yang sedang membangun jalan. Sedang penggalian serius baru dilakukan 150 tahun kemudian yakni tahun 1748.
Patung-patung semen yang bergelatakan di sepanjang kota Pompeii adalah lubang-lubang dari sisa jasad penduduk Pompeii yang tak sempat melarikan diri. Peristiwa yang pernah mereka alami tentunya sangat mengerikan. Bayangkan dikubur hidu-hidup dalam abu panas. Tak terbayangkan bagaimana pedihnya hati para ibu yang tak bisa menyelamatkan anak-anaknya sebelum ajal merenggut mereka.
Itulah yang membuatku ingin sekali ke Pompeii. Photo dari sini dan sini
http://youtu.be/sQzDcZE2hoE
14 comments
Ini pasti peristiwa alam yang sangat dahsyat sekali …
Semoga sukses di perhelatannya Una ya Bu
salam saya
Kunjungan balik nih Bu. Memang banyak keinginan kita untuk pergi ke mana saja, sayangnya… banyak hal yang tak mungkin kita tinggalkan begitu saja.
Persis Mas..Angan-angan itu jauh mendahului kemampuan hehehe…Tks ya sudah berkunjung 🙂
Bagi penduduk Pompeii ketika, itu adalah kiamat yang sebenarnya Om..Mengerikan! Terima kasih atas doanya 🙂
serem yah Bu Evi, semuanya terkubur hiduphidup, hiiiyyy
tapi kok aku ngeliat foto yang kedua langsung inget sama filmfilmnya Robin Hood yah 😀
Ketika alam sudah ngomong, tampaknya kita cuma bisa pasrah Miss Titi. Foto yang ke-2 mengingatkan pada desa-desa yang didatangi Robin Hood untuk memberi sedekah ya?
Ga kebayang dulune piye itu @_@
Aku jugaaa kalau ditanya pengen ke mana di Itali, nomor satu jawabannya: Pompeii! 😀
Sudah kucatat ya mbak ^^
Semoga Una segera berkesempatan mengunjungi Pompeii khususnya dan Italia umumnya. Tks ya Un 🙂
Pertama kali saya membaca tentang letusan yang menimbun kota Pompeii justru dari sebuah buku tentang sejarah anjing peliharaan. Di buku itu saya melihat cetakan tanah liat seekor anjing yg mati karena letusan Gunung Vesuvius. Kasihan sekali,anjing itu berusaha melepaskan dirinya dari rantai yg membelenggunya, namun tak berhasil. Kelihatan sekali wajah anjing itu menahan sakit dan kekhawatiran.
Lubang-lubang yang mereka temukan dibawah abu berisi tulang-belulang. Maka pimpinan proyek penggalian berinsiatif lubang-lubang tersebut diisi oleh semen Mbak Dani. Ternyata betul dugaan mereka, lubang itu plek menggambarkan korban2 yg terperangkap abu panas. Bahkan ada yang terlihat emosi ketakutannya lho Mbak..Dan anjing itu salah satu contohnya. Mungkin karena debu yg menyiram mereka begitu lembut sehingga bisa membentuk garis2 ekspresi ya Mbak..
*siap-siap kumpulkan uang*
Iya nih Dit, mesti kencang menabung aku kalau pengen kesana 🙂
Letusan gunung itu dahsyat banget ya. Banyak yang jadi korban.
Di negara kita mungkin sama kejadian ya dgn perusal gunung Tambora, hanya tak Ada reruntuhan yg tinggal
@Mb Monday: Iya Tambora dan Krakatau meminta korban ribuan orang juga. Namun mereka tak meninggalkan situs purbakala seperti yg di Pompeii Mbak Mon 🙂