Siapapun pasti sepakat ya bahwa keselamatan di jalan raya adalah tanggung jawab bersama. Menjaga keamanan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, instansi dan LSM semata. Untuk mengurangi kecelakan lintas jalan dan meningkatkan status keselamatan jalan, semua orang harus menerima tanggung jawab tersebut dengan penuh kesadaran.
Pokoknya semua pengguna jalan harus saling menjaga. Entah kamu pengendara kendaraan roda empat, roda tiga, pengendara sepeda, penumpang dan pejalan kaki harus bertanggung jawab pada keselamatan orang lain. Ketika kamu bertanggung jawab pada keselamatan orang, dengan sendirinya kamu sudah melindungi diri sendiri.
Itu lah mengapa tanggung jawab sosial mengenai keselamatan di jalan raya ini harus diketahui oleh semua orang. Dari anak-anak sampai orang dewasa.
Cerewet, Aku Ngomel Maka Aku Ada
Anak-anak pernah mengatakan agar saya menunda kecerewetan sampai benar-benar pantas disebut nenek-nenek. Sekarang masih agak muda. Suka bergaya anak muda, becanda ala anak muda, dan ngambek seperti anak muda pula. Dengan kondisi seperti itu saya belum terlalu pantas bermulut bawel. Itu diluar pakem kemudaan!
Sebenarnya pengen menurut nasihat anak-anak tersebut. Siapa sih ya yang tak pengen tetap muda? Sebab kemudaan menawarkan kesehatan prima, baik jiwa maupun raga. Namun apa daya, walau bersikeras ingin, saya tetap dalam realita diambang lansia. Sudah kodrat dari lansia, mata kian rabun namun ketajamannya kian bertambah. Ada saja yang terlihat dan terasa yang memicu omelan keluar dari mulut.
Salah satunya melihat pengendara motor ugal-ugalan, sepertinya tidak mengenal konsep keselamatan di jalan raya, dan membuat darah saya naik ke ubun-ubun.
Naik Motor Ugal-Ugalan
Beberpa wakut lalau di jalan raya menuju Serang, saya melihat seorang ibu muda ini naik motor meliuk-liuk dengan enak tanpa helem di kepala. Dari belakang sudah tampak jelas bahwa dia membawa balita. Tampaknya dia tidak mengenal konsep apapun mengenai keselamatan di jalan raya.
Itu masih belum seberapa. Telinganya disumbat oleh sepasang headset. Itu juga masih belum seberapa saudara-saudara. Eh dia tengah asyik ngobrol dengan seseorang dengan ponsel yang entah dia letakan dimana.
Agar tak menuduh sembarangan, sengaja saya minta suami (driver) melambatkan mobil. Mengikutinya beberapa saat dari belakang. Benar dia sedang bicara terangguk-angguk dan sesekali melepaskan sebelah tangan dari setang motor dalam rangka memberi penekanan pada kalimat yang terucap.
Masya Allah! Saya langsung ngomel-ngomel pada suami. “Itu orang sarap kali ya?” Kata saya sambil mencari-cari barang kali saja ada polisi yang sedang patroli. Benaran cara ia berkendara tidak aman sama sekali.
Baca juga:
- Membangun Masyarakat Kepercayaan Tinggi
- Pelanggan Yang Baik
- Jawaban Hatimu
- Cara Membawa Buah Durian
- Pengumuman Pemenang Lomba Blog Peduli Pemanis Sehat
Ini orang tahu gak sih kalau sedang bermain dengan nyawa anaknya sendiri (kalau benar itu anaknya)? Lah kalau tiba-tiba mobil di depan rem mendadak atau ada sopir senewen dari depan atau belakang, dengan kesibukan dimulut dan telinga seperti itu, apakah dia cukup siaga mengantisipasi segala sesuatu yang membayakan?
Pemicaraan umumnya mengerahkan 90 persen konsentrasi pada topik pembicaraan. Dengan demikian apakah dia itu akan mendengar bunyi klakson dari pengendara lain di jalan?
Suami saya mencoba mengingatkan dengan membuka kaca mobil dan memberi isyarat dengan menunjuk-nunjuk pada bayinya. Tapi dia terlalu berkonsentrasi dengan pembicaraan di telepon sehingga tak begitu hirau dengan isyarat kami.
Selain itu saya juga melarang suami membunyikan klason. Takut bayi digendongan dan wanita itu terkejut lalu “ngerem’ mendadak. Kan jadinya membuat dia celaka. Jadi saya memutuskan melaju saja.
Busyet! Kok ada orang seperti itu! omel saya lagi.
Aman Berkendara dan Peduli Kepada Orang Lain
Mungkin karena sayang pada telinga sendiri, suami kemudian dengan cepat mendahului ibu muda berkaus pink itu. Dia langsung lenyap dari pandangan saya. Namun itu tak berhenti membuat saya berpikir pada kegilaan orang lain di jalan raya.
Wanita muda ini bukan satu-satunya yang mengherankan dari perilaku tak peduli keselamatan dirinya dan orang lain di jalan.Kita bisa saja hati-hati saat mengemudi. Namun bila perilaku tak peduli seperti ibu ini adalah potensi besar terjadinya kecelakaan berlalu-lintas.
Entah sahabat sahabat pernah mengalami, berikut beberapa hal yang sering bikin saya kaget saat mengemudi sendiri di tengah jalan:
- Motor yang tiba-tiba menyalip dari kiri sekalipun kita telah ditepi.
- Saat ambil ancang-ancang berbelok di U-Turn sering di dahului oleh motor dari sebelah kanan, padahal kita sedang konsentrasi dari arah kiri tempat datangnya kendaraan lain.
- Pengguna mobil buta warna. Tak memperhatikan marka jalan kiri atau kekanan sehingga bikin bingung sopir yang ada dibelakang.
- Â Maksa nyalip padahal space mepet dan jalan sedang macet pula.
Pada intinya, menurut pendapat saya, ketika kita peduli pada nasib orang lain di jalan raya, saat itu pula lah kita sedang melindungi diri sendiri. Mungkin empati untuk aman berkendera di jalan raya itu lah yang perlu ditumbuhkan lebih banyak lagi.
Bagaimana dengan dirimu sahabat, sering pulakah terkejut lalu ngomel di jalan raya?
Salam,
— Evi