Saya punya hubungan khusus dengan sungai. Air yang mengalir ditengahnya menimbulkan perasaan damai. Mungkin juga karena sering bermimpi tentangnya atau masa kecil banyak bermain di tepinya seperti yang saya tulis disini. Sungai bagi saya tempat yang tepat untuk merenungkan sesuatu. Asyik membayangkan bahwa sungai adalah rekahan-rekahan di bumi. Berhulu di laut dan bermuara di laut pula. Melintas banyak negeri, mengabaikan batasan geografis dan politis. Kalau saja airnya bisa bercerita, pasti banyak banget yang bisa mereka kabarkan kepada kita.
Jadi Sabtu sore kemarin, untuk yang kesekian kali, saya ngajakin mantan pacar main ke tepi Sungai Cisadane. Yang airnya berasal dari Gunung Salak yang dianggap penuh misteri itu dan melintasi kota Tangerang . Biasanya trip ke sana suka disambi pekarjaan. Namun Sabtu sore itu full menikmati roti panggang dari sebuah warung, mengamati dari dekat denyut kehidupan yang berlangsung di tepi maupun tengahnya.
Cisadane, seperti juga sungai-sungai lain di Indonesia menampung banyak beban eknomi. Sebagai sarana transportasi. Menggali perutnya untuk mencari cacing atau ikan. Untuk mereka yang tak peduli atau malas banget berpikir, inilah tempat murah-meriah untuk membuang limbah industri dan rumah tangga. Untung di sepanjang Cisadane saya belum pernah melihat kakus dibangun di tepinya.
Tiga bapak ini saling mendukung mencari ikan. Dua orang mendayung dan seorang menyebar jala. Walau tampak ahli, beberapa kali lemparan tak satupun ikan yang nyangkut pada jalanya. Entah para ikan bersembunyi sore itu atau memang Cisadane tidak lagi bisa memberi karena terlalu sarat beban. Dalam hati saya berharap itu hanya aktivitas plesiran, bukan kegiatan ekonomi yang serius mencari ikan hendak di bawa pulang.
Air Cisadane berlumpur dan berwarna coklat. Itu akibat ada kerusakan di hulunya dan juga kegiatan menambang pasir. Tapi dua ibu dan seorang anak asyik saja menjalan kegiatan bersih-bersih. Tidak tahu apakah air ini cukup bersih untuk membilas cucian, tapi berenang saya kira tidak terlalu baik bagi kesehatan anak ini 🙁
Sepertinya perahu ini pulang patroli dari suatu tempat. Karena magrib sebentar lagi tiba, tiba waktunya pulang, merepat untuk bertemu kembali dengan keluarga.
Kota Tangerang punya agenda tahunan yakni Festival Cisadane. Suatu kegiatan yang dipandang mampu mengintegrasikan budaya lokal Tangerang. Tahun ini akan diadakan bulan Juni (tanggal belum tahu). Acara utama adalah lomba Perahu Naga. Nah tampaknya anak muda ini sedang berlatih untuk menghadapi kejuaraan nanti.
Bagaimana dengan dirimu temans, suka juga main ke tepi sungai?
Salam,
— Evi
49 comments
Liputan gambar dan tulisan yang sangat menarik Uni, foto menjala ikannya sangat suka seperti tarian jala. Ajakan Uni tuk cinta sungai semoga diikuti oleh amat banyak pihak. salam
———
Terima kasih Mbak Prih. Sama, saya juga amat suka pada foto yg satu itu. Sayang saja masih kurang dalam dan aturan cahaya saya masih kurang tepat 🙂
saya jadi malu nih… tinggal ditangerang sudah hampir 12 tahun… tapi tidak sekalipun saya kesini… harus disempatkan nih.. fotonya bagus bagus nih.. kalau hunting ajak ajak dong…
Padahal di Cisadane banyak yg dilihat lho Brother. Bulan Juni, pas festival cisadane kita hunting bareng yuuk 🙂
mari… kasih tahu dong… boleh kapan persis tanggalnya… kasih tahu ya…
Iya nanti kalau sdh dapat tanggal kepastian festivalnya, aku sounding2 di blogmu Bro 🙂
Sedih liat orang nyuci di kali yang kotor begitu, huhuhu…
Dulu aku suka main di deket sungai Ciliwung, rumahku deket situ hehe ;D
Iya Un, Tangerang tampak begitu maju tp disisi lain daerah miskim jg masih banyak. Sedih emang dapat air bersih saja susah
sungainya tidak bersih
Iya airnya kotor, tp inilah sumber air bersih di Tangerang 🙂
waktu masih tinggal di tangerang paling suka ke pasar lama.. tempat jajan paling asyik.. cisadane sih ga kepikiran, cuma sekedar lewat aja
mba, seriusan tinggal di serpong? dimananya?
Sampe sekarang aku masih suka belanja k pasar lama hehe.. Aku dikeluruhan pakulononan Mbak Hilsya 🙂
menikmati foto dan narasi-nya uni pagi ini.. nikmat.
sungai yang sarat beban,
sungai yang punya hak untuk mengalir jernih sampai ke laut.
yang tempat mengalirnya pun sering kita rampas untuk dibangun ini dan itu
semoga kita bisa kembalikan lagi hak tersebut kepada semua sungai
di seluruh negeri.
Gak tahu lah May, apakah Cisadane atau sungai2 lainnya bisa mendapat kembali hak mereka. Karena kita terlanjur merasa berhak thdnya, yg bermuara pd penggunaan semena2
dulu ya dulu saya merantau di tangerang.. tiap hari nyebrangi jembatan dekat masjid agung.. pernah pula tempat saya kerja ke banjiran sepinggang, padahal tidak hujan, mataharipun bersinar terik..
beberapa taun ke belakang suka main te tepi sungai hanya untuk mancing hehe….
Waktu masih tinggal di Tangerang, suka mancing ke Cisadane gak Kang Yayan..
Yah Tangerang datarannya lebih rendah dari Bogor. Begitu hujan lebat disana, maka luberlah airnya, merendam dataran rendah tersebut 🙂
ya ampun.. kok anak itu berani banget berenang diair yang keruh seperti itu 🙁
Anaknya berani dan orang tuanya membiarkan..Gitu Mbak Niee 🙂
Bermain dan berenang di sungai memang mengasikkan, tapi udah lama tidak bermain di sungai nih
Apa mungkin karena sdh lewat masanya main-main di sungai Mas Citro 🙂
Wah…foto si bapak yg menebar jala itu keren byanget mbak 🙂
Oya, saya sendiri suka melihat laut atau sungai (apalagi yg ada batu2 besar ditengahnya..hehe…) tapi tak berani dekat2 apalagi bermain di dalamnya, karena gak bisa renag! 🙁
Saya juga gak jago renang sih Mbak Mechta, hanya sekedar bisa mengapung sesaat. Tapi main di tepi sungai demen..Tapi amit2 gak kepengen jatuh ke dalam 🙂
Iya aku juga suka foto itu, dapat banget pas jalany lagi ngembang sempurna
Karena Bapak itu berkali-kali melempar jala Mbak Mon, jadi aku punya kesempatan nungguin dia beraksi. Akhirnya dapat deh yang satu ini 🙂
aq suka main di sungai
tapi skrg ini udah jarang menemukan sungai yg airnya jernih ya…?
dulu ketika kecil kalau main ke kampung halaman bpkku pasti aq suka menyempatkan diri main2 di sungai
airnya jernih…tapi kalau skrg…?
fuih….coklat abiiisss…..
Karena sungai masa kini sdh dieksplorasi habis demi kepentingan ekonomi Mbak Diandra..Gak peduli rusak lingkungan pokoknya pendapatan meningkat hehehe…
waduh mba…
jujur aja deh…
aku suka rada parno kalo harus naik perahu tuh mba…
goyangannya itu lhoooo…hihihi…
Naik mobil aja aku suka mabok dan harus minum antimo…
Pernah naik feri pas mau ke Bali…mabok pulak…
gimana naik perahu mba???…hihihi…
Lah nanti kalau di Korea dibawa Junho berperahu di Sungai Amnok gimana coba, Bi? Hehehe..Tapi naik perahu kecil emang bikin pala muter2. Even setelah sampai di darat, kepala masih serasa muter 🙂
sungai sungai sudah pada jadi tempat membuang limbah, kasihan rakyat sekitar sungai jadi kena dampaknya ya, air jadi berlumpur dan tidak jernih lagi #sewot gak ya
Sewot sih Mas. But what can we do?
Depan saya Sungai dan saya menikmatinya
Heavenly…Saya juga pengen punya rumah ditepi sungai, sungai yg airnya bersih..Tapi belum kesampaian…:)
mba Eviiiiii…
aku belum sempat mengucakpan makasih, atas semua dukungan yang udah mba Evi berikan ke aku, supaya aku bisa mengejar mimpi aku…
Punten sekali ya mba, komen mba Evi di fesbuk belum sempet aku jawab secara pribadi, kebanyakan yang mention di fesbuk aku jadi mabok sendiri…hihihi…
Aku bener bener ingat komen mba Evi yang mengatakan agar aku jadi diri sendiri, dan jangan lupa menyelipkan jokes khas aku di ruang interview, dan aku bener bener ngejalananin saran mba Evi tersebut…dan Alhamdulillah berhasil….
Aku gak akan berhasil tanpa dukungan dan doa dari mba Evi….makasih banyak dari lubuk hatiku yang terdalam ya mbaaaaa 🙂
*peyuuuuuuuk*
Hahahaha..Bibi yang lebay..Lebay yang beruntung tepatnya…Duh Bi, aku yg merasa tersanjung diterimakasih seperti ini. Terima kasih kembali #ikut ngusap air mata, Itu berkat usaha dan kegigihanmu. Doa teman-teman mah cuma memperkuat saja. Ya sdh sekarang sedang beberes dong. Semoga sukses perjalanannya ya Bi..Dan ketemu tuh jagoan2 ganteng yg dirimu impi2kan 🙂
sudah pernah naik taksi perahu bun? seru juga ya kalau naik,mungkin 🙂
Pernah sih, tapi kebanyakan pas wisata, bukan khusus menyeberang saat melakukan perjalanan. Seru sih kalau bisa berenang Mbak Lid, tapi deg2an kalau gak bisa 🙂
wah aku pernah ngerasain naik perahu kayak gitu. tp bukan melintasi sungai cisadane, melainkan sungai di sakatiga sumsel.
Lucunya, aku selalu parno kalau naik perahu. Suka ada isu2 buaya lah, uler lah … hiiiiiiii
Di Cisadane juga ada isu buaya putih. Di Kapuas dan sungai2 lain juga ada isu serupa. Tapi emang sering mengejutkan pas lagi enak2 berlayar terus melintas makhluk menakutkan Mbak Icha 🙂
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Evi…
Wah… begitu sibuk sekali aktivittas yang berlaku di sungai Cisadane ya. Saya jarang melihat kesibukan sebegini di tempat saya walau sungainya banyak. Ternyata sungai masih memberi sumber yang mengesankan buat penduduknya.
Sayang sekali ya mbak, air sungainya sudah seperti air teh susu, ada pencemaran dari tanah-tanah di bahagian ulu sehingga air sungai asalnya tidak bisa menguat diri dari hasil pencemaran yang melanda.
Mudahan sungai itu bisa dilestarikan untuk generasi akan datang.
Foto2nya keren2 mbak. Mbak moto sendiri ya. pake hape atau kamera khusus, mbak Evi. Fotonya sharp dan senang melihatnya.
Selamat berhujung pekan dan salam sayang selalu dari saya di Sarikei, Sarawak. 😀
Waalaikumsalam Mbak Fatimah 🙂
Di Malaysia aku harus angkat topi pada pemerintahanmu Mbak. Disana rakyatnya jauh lebih sejahtera daripada disini..Jadi sungai tak perlu lagi dijadikan tempat untuk mencari ikan. Beda bagi kami. Sungai tetap dijadikan sebagai tempat mata pencaharian walaupun sdh tampak tercemar berat. Mungkin karena gak ada pilihan Mbak, gak kepikiran nyari sumber pendapatan lain untuk menghidupi keluarga.
Iya saya juga berharap bahwa pemerintah kami kedapan memikirkan nasib2 sungai yg tercemar ini. Masa depan kita banyak bergantung kepada mereka. Terima kasih atas perhatiannya Mbak Fatimah. Selamat berujung pekan dan peluk sayang juga dari saya di Serpong 🙂
Saya pernah membaca riwayat tentang sebuah sungai di Korea (Sungai Amnok ?), yang dulunya tidak jauh beda dengan sungai2 di Jakarta. Namun dengan tekad pemerintah dan rakyat Korea sekarang berubah menjadi mlokasi wisata yang sangat membanggakan yang membelah ibukota Korea…. 🙂
Kalau disini, pemerintahnya memahami kalau pabrik atau rakyat buang limbah ke kali Pak Ded hehehe..Habis kasihan kali ya, gak punya pengolahan limbah…
Suka banget mbak sama foto yang bapak menebar jala itu 🙂
Di sini juga kota sungai, mbak, tapi sayang potensi wisata sungainya kurang begitu digali..jadi yah gitu deh, agak malas juga maen ke tepi sungai di sini, hehe…
Persoalannya sama dengan sungai mana saja di Indo ya Jeng, sungainya jorok karena tercemar 🙂
Uniiiii….cantik2 fotonya, saya jg pecinta sungai *salaman dulu ah sama Uni*. Mudah2an bisa ngajak mantan pacar jg pelesiran ke Cisadane 😉
Salaman sesama pecinta sungai..Iya pacaran ditepi sungai gak kalah romantis lho…Teh Orin..Cisadane menunggumu 🙂
saya juga suka maen kesitu om
Suka mancing juga kah Jay?
halo mba evi,t erima kasih atas sharing info mengenai cisadane
apakaha sungai cisadane pernah meluap/banjir khususnya yg melintasi cisauk-rumpin ? sy rencana membeli rumah di bale tirtawana (Sinarmas land) lokasinya di cisauk sekitar 4-5km dr stasiun cisauk
mohon infonya ya mba, terima kasih
Mohon maaf Mas Ringgo, saya belum pernah mendengar apakah sungai Cisadane pernah meluap di dekat daerah yg di maksud..Saya tinggal di Serpong, dikawasan ini belum pernah banjir karena luapan sungai cisadane…