Woman In You Kiat Sukses Dee Lestari – Seorang perempuan. Seorang Istri. Seorang ibu. Seorang kutu buku. Punya rasa ingin tahu yang sanggup membunuh harimau. Seorang penyanyi. Seorang penulis. Dan seorang Dewi Lestari.
Hampir Telat Ikut Woman In You Kiat Sukses Dewi Lestari
Waktu menunjukan pukul 12.45 saat kaki menginjak Ring O The Flavo Bliss. Agak terkejut menyadari mengalami sedikit miss communication. Saya pikir acara mulai pukul 13.00 eh ternyata sudah berlangsung sejak 12.30. Begini nasib ibu-ibu rempong yang suka membenarkan isi kepala apa adanya tanpa mencari info lengkap. Kaki pun bergegas lari ke kursi paling muka yang kebetulan kosong di dekat Mbak Donna. Di panggung Dewi Lestari dan moderator sedang beraksi, berbagi kiat-kuat  sukses bagi wanita yang bergiat di bidang kepenulisan. Ini ide maknyus dari Pengembang Alam Sutera, pemberdayaan perempuan melalui even Woman in You Kiat Sukses Dewi Lestari. Selain Women Bazzar, mereka mengumpulkan komunitas Woman Blogger Gathering, dan mengundang Dewi Lestari berbagi cerita suksesnya. Terus woman blogger mana yang menolak dipertemukan dengan si penulis Filosopi Kopi, yang filmnya sedang mengguncang jagat bioskop Indonesia? Tak berlebihan kan saya berterima kasih kepada Komunitas Dari Perempuan melalui Mbak Ani Berta? Terima kasih Mbak Ani 🙂
Dewi Lestari si Lidah Tajam
Seperti dalam novel-novelnya, kalimat-kalimat yang digunakan Dewi Lestari selama berbicara sungguh tajam. Beberapa diantaranya langsung nancep di pikiran. Seperti : Menulis itu seperti bertarung dengan kertas putih. Saya menghubungkan kalimat itu dengan kegiatan menulis blog. Tidak berlembar-lembar atau ratusan halaman seperti Mbak Dee, hanya 300-500 kata, tapi sering juga merasa bertarung dengan kertas (layar) putih. Entah karena bosan, jenuh –kadang juga merasa bodoh– yang menggunung. Padahal Dewi adalah penulis produktif, terkenal, banyak dapat penghargaan, jika ia mengalami mati langkah berarti pertarungan dalam kegiatan tulis-menulis merupakan hal biasa, dong? Ah langsung merasa dapat temen.
Tapi…Tapi…dan tapi nih ya, tentu ada perbedaan atau jurang lebar antara seorang blogger moody dengan seorang Dewi Lestari. Jika saya sudah mentok di satu paragraf kemudian melupakan selamanya, wanita berdarah Batak ini merasa tidak boleh berhenti. Ia membuat strategi agar kebuntuan ide, kejenuhan atau bahkan kemalasan terdobrak. Nah salah satu kiatnya adalah menentukan akhir cerita. Apa yang akan terjadi pada ending kisah? Mengapa harus terjadi demikian? Dari sana ia akan mengeksplorasi segala kemungkinan, melakukan riset, dan wawancara, baru kemudian membangun cerita. Ia juga menetapkan dead line dan kalau perlu akan sesumbar kepada orang sekeliling atau di sosial media tentang dead line tersebut. Dengan tekanan-tekanan seperti ini Dee dipaksa terus berkarya.
Ibu-ibu kreatif. Kegiatan menulis berjalan seiring dengan pembinaan karier dan mengurus rumah tangga – Foto : Mas Belalang Cerewet
Duduk anteng sambil sesekali mengarahkan camera ponsel padanya, sharing sang penulis novel Perahu Kertas dalam even Woman in You Kiat Sukses Dewi Lestari ini seolah membuka satu jendela di belakang kepala saya. Jendela kecil yang lama tertutup, yang seharusnya terus mengingatkan bahwa sukses tidak datang dari atas langit. Bagaimana ia menetap waktu menulis 2 jam setiap subuh agar kegiatan sebagai ibu rumah tangga tak terganggu. Bahwa Dewi Lestari juga seperti kebanyakan ibu-ibu, manusiawi yang menganggap karyanya sebagai anak kandung dan kala anak kandung itu dibawa ke publik dapat kritikan habis, tak urung terasa sakit juga.
Dan masih banyak sharing Dee dalam woman in you yang membuka wawasan.
Komunias Penulis dan Sastra (PEDAS)
Even Woman In You Kiat Sukses Dewi Lestari dihadiri pula oleh Komunitas Penulis dan Sastra (Pedas). Ibu Elisa Koraag naik panggung berbagi mengenai Komunitas yang dinakhodainya. Masa kecilnya yang selalu didukung orang tua untuk menulis yang membuatnya juga ingin berbagi keberuntungan itu kepada remaja dan penulis lain. Tak lupa kiat-kiat membangun komunitas juga disinggung dalam sharing beliau.
@eviindrawanto
The only thing you need for a travel is curiosity.