Anwar si penjual golok bersosok seperti anak muda pada umumnya. Bercelana jeans belel, bertopi dan periang. Kalau tertawa terlihat sebuah gigi depannya tanggal. Suatu sore menjelang magrib, di sebuah rumah makan di Sukabumi, dengan tas dibahu, beberapa batang golok ditangan Anwar datang mengendap menawarkan dagangannya. Sekalipun sudah dijawab bahwa kami tak membutuhkan golok dia minta ijin untuk tetap memperlihatkan golok-golok tersebut. Hanya memperlihatkan, gak beli juga gak apa-apa, katanya. Baik lah kalau begitu saudara-saudara!
Satu persatu golok dari berbagai bentuk dan ukuran keluar dari tasnya. Dan satu-persatu pula dicabut dari sarangnya. Ada golok yang cocok untuk penyembelih hewan, untuk membelah kelapa, untuk berburu, untuk ke kebun atau ada juga yang cocok banget untuk disangkutkan di dinding sebagai hiasan. Terus Anwar juga menerangkan dari besi apa saja golok-golok itu terbuat. Saya lupa mencatat jenis besinya, tapi salah satunya ada yang terbuat dari besi vleg mobil.Sepertinya ini golok terbaik karena bahannya besi keras.
Terus tanpa diminta Anwar si penjual golok juga menyebutkan harga golok-golok koleksinya. Menurut teman perjalanan kami, untuk golok seperti itu dengan harga yang ditawarkan tidak mahal. Dia pernah membeli golok serupa dengan harga dua kali lipat. Tentu dong semakin semangat Anwar mengemukakan berbagai kelebihan goloknya.
Di luar jual beli dan tawar-menawar Anwar bercerita tentang kakinya yang pernah kena tebas golok sendiri. Berbulan-bulan sakit, dirawat pukesmas dan dukun, jadi terpaksa keluar dari sekolah. Waktu saya tanya, “Masa sih tidak kebijakan terhadap siswa yang sakit selain dikeluarkan?” Jawabnya lebih jujur, ” Itu lebih karena orang tuanya tak punya biaya untuk menyekolahkannya..”
Anwar berjualan sejak masih sekolah atau sekitar tiga tahun lalu. Pantai-pantai utara Jawa telah dijelajahinya dengan basecamp Sukabumi. Keuntungan tidak menentu karena pelanggannya berasal dari berbagai latar belakang. Ada yang beli tanpa menawar dan tak sedikit menawar sampai membuatnya keringat dingin. Tapi apapun lah karena jualan golok adalah keahliannya dan sumber pembuatannya juga dekat dengan tempat tinggal yaitu desa Cibatu Sukabumi yang sudah terkenal sebagai pembuat golok pusaka, berjualan golok akan tetap dilakoni sampai ketemu pekerjaan yang mantap. Saya tak sempat bertanya apa pekerjaan mantap yang dia maksud sebab terpesona duluan melihat suami mengeluarkan beberapa lembaran ratusan ribu untuk dua buah golok yang tak jelas bagi saya apa kegunaannya..Terus begitu juga dengan teman perjalanan kami, membeli satu golok panjang yang akan dia pajang di rumah.
Singkatnya dan yang ingin saya katakan adalah Anwar ini entrepreneur gigih, tak takut pada penolakan, merayu pembeli dengan memberi mereka pengalaman terlebih dahulu. Suatu strategi marketing bagus menurut saya. Entah dari mana dia belajar ilmu sales. Yang jelas saya senang akhirnya kemenangan berpihak kepadanya.Dan yang membeli juga senang. Walau tak berarti, telah meringankan sedikit beban karena Anwar tak perlu membawa pulang lagi tiga bilah goloknya.
Punya golok teman-teman?
32 comments
memang y seorang yg bekerja dibidang marketing harus tahan terhadap penolakan. 🙂
Hanya mereka yg imun dari penolakan biasaya yg sukses di marketing maupun sales 🙂
Syarat utama seorang sales sukses adalah imunisasi dari penolakan 🙂
Orang-orang seperti Anwar kbanyakan memang enterpreneur gigih Mba Evi, sayangnya sering mereka tidak tahu nilai dari barang yang mereka jual. Padahal seperti Anwar barang yang mereka jual memang bagus. Ditambah kurangnya informasi jalur menjual yang oke..
Ada pembelajaran dalam sebuah kisah dalam perjalanan hidup disekliling kita ya Mba.
Sukses selalu
Salam
Ejawantah’s Blog
Abu sendiri pribadi memiliki satu yang bertipe seperti itu, akan tetapi setelah perjalanan waktu Abu sadar, golok atau parang lebih baik yang terbuat dari besi (hitam).
Iya ya Tan, kalo penjualnya maju terus pantang menyerah tapi tetap santun dan menyenangkan (ga maksa2 maksutnyah) pasti yg ditawarin beli juga akhirnya, walaupun ga perlu…
Kesian tapi Anwar ya putus sekolah 🙁
Yang kayak gitu emang sering terjadi Teh Orin..Membeli karena kasihan pada pedagangnya ..Emang kasihan anak2 seperti Anwar..Dan jumlah mereka banyak sekali di negara kita 🙁
Anwar menganalisis pembelinya kelompok wirausaha sejati, dan sesama wirausaha saling berbagi berkah. Ada juga ‘golok’ pengiris cabe di rumah Uni. Selamat beraktivitas di minggu baru. salam
Amin. Semoga memang demikian Mbak Prih..Berbagi doa, berbagi berkah, agar sesama dalam kehidupan jadi lebih baik 🙂
Saya sering melihat golong yang terbuat dari bahan atau spare part mobil tapi klo ga salah dari bahannya dari “PER” kendaraan itu yang terbuat dari baja (per atau pegas mobil)
Saya kurang menyimak banget omongannya tehnis nya waktu itu Pak Ded. Dengar nya dan saya ingat dari vlek mobil itu
dirumah saya gak ada golok bun
Pisau pasti ada yah mbak lid 🙂
Aduuuuh mbak, sereeeem!
Saya nggak punya golok di rumah, cuman pisau aja di dapur buat ngiris bawang…hehe…
😀
Anwar si penjual gplok, tambah satu lagi deh kehebatannya…ehm, bisa menjadi inspirasi mbak Evi buat bikin tulisan…
Iya Mbak Irma, Anwar adalah penanda dari Allah yg bersimpang jalan dgn saya bahwa hidup punya banyak alternatif sebelum kita menyerah 🙂
ukirannya bagus juga ya mbak… *karena serem lihat mata goloknya jadi menikmati sarung & gagangnya saja..hehe*
iya mbak, semoga kegigihan anwar berbuah manis utk masa depannya… 🙂
Iya mbak Mechta, rupanya golok juga dijadikan barang koleksi, maka bentuk dan modelnya jadi bermacam 🙂
Punya juga sih, tapi sekedar sebagai hiasan saja karena bahannya yang tak begitu bagus. Untuk nebas kayu aja dah menyerah, beda kalau bahan2nya dibuat dari bahan pilihan.
Golok itu Yang penting kan fungsinya ya Mas, bukan dr bahan apa dia dibuat 🙂
hiii goloknya serem bu evi 😀
eeh tapi keren lho orang yang jualan golok pinter banget marketingnya, besok2 kalau jadi orang hebat kalah tuh semua marketing, hihiihihihi 😀
Biar, katanya nih kalau bisa menguasai marketing akan mengusai dunia wkwk,.,
anwar si real sales man itu… gigih banget ya… tapi goloknya juga bagus kelihatannya..
Menurut orang-orang yg menyukai pergolokan, dagangan Anwar emang lumayan kualitasnya Bro..
karena pengalaman juga mungkin ya dia jadi bisa gaya “sales” apalagi dia melihat calon pembeli ada minat sama dia…
ya..semoga Anwar bisa lebih maju deh…,mana tau bisa sekolah lagi…
Iya sih Mbak Mon sebetulnya kita pertama kali nolak kehadiran dia juga setengah hati. Kalau lihat pedagang anak2 begitu kita pasti ingat anak sendiri soalnya, jadi ada faktor iba dalam membeli…Iya Mbak semoga dia bisa sekolah lagi ya, semoga Allah bukakan jalan untuknya..
Punya mbak, fungsinya buat menebas semak ketika berpetualangan…
Hi…hi…
Golok utk menebas semak yg badannya panjang ya zat,,
di rumah aur hrs ada golok.. karena kdg kelapa masih ngupas dan belah sendiri.
di sini golok disebut ladiang.
beruntunglah Anwar bertemu Om Indrawanto yang dpt mengapresiasi barang dagangannya. 😛
Ladang di kampung besar2 ya May,, sekali tebasan belah deh kelapa itu 🙂
Anwar memiliki modal dasar yang bagus ya bu. Kalau diasah dengan bekal pengetahuan tambahan akan makin mengkilap …
Setuju sekali Mas Hindri. Tinggal dipoles dikitnya lagi dia bisa mencelat sebagai sales nomor satu. Sekarang saja saya sdh kalah Mas 🙂