“ Jam berapa sekarang?” Perempuan itu mengangkat tangan kiri, lalu merasa hampir pingsan. Kalau tak berangkat saat itu juga dipastikan ia ketinggalan pesawat. Seolah membalik alam semesta, ia kerahkan semua energi, memesan taksi online, berdoa agar jarum jam berhenti sesaat guna memberinya kesempatan mencapai Bandara Soekarno-Hatta dalam 45 menit. Yang menguntungkan tempat tinggalnya tak terlalu jauh dari Bandara. Walau pengemudi taksi agak kesal juga karena terus menerus disuruh lebih cepat, mendengar desahnya tiap kali melirik jam tangan, syukur lah semesta mendukung. Ia tiba lima menit sebelum proses check in tutup. Untungnya lagi ia sudah melakukan online check in, tinggal menyerahkan koper ke petugas khusus lalu melenggang ke gerbang keberangkatan.
Perempuan itu saya. Dramanya terjadi beberapa hari lalu saat memenuhi suatu urusan ke Bali.
Baca juga di sini:
Jam Tangan yang Tak Sekedar Arloji
Jam tangan hampir selalu melingkar di pergelangan tiap kali meninggalkan rumah. Sekalipun ponsel pintar dilengkap penunjuk waktu tergenggam erat di telapak tangan, sepanjang waktu, sepanjang perjalanan, perkara menengok waktu tetap arloji pilihannya. Pernah lupa memakai lalu uring-uringan karena merasa pikniknya kurang lengkap. Tangan terasa polos sungguh rasanya tidak enak. Penyebab mungkin bisa dicari pada kebiasaan yang sudah berkerak dalam sel saraf bahwa pengingat seharusnya di pergelangan, bukan di telapak tangan.
Lalu apa maksudnya jam tangan tak sekedar aroji?
Begini, kita sedang bicara tentang perkembangan peradaban di dunia arloji. Kalau teman-teman sering menonton film dari zaman yang telah lama lewat, sering kan melihat bangsawan atau para menir perkebunan Belanda mengeluarkan sekeping logam bulat dari saku mereka? Nah jam saku itu adalah cikal bakal dari arloji masa kini. Awal muncul terlihat pada abad ke-16 . Menurut sebuah tulisan di internet diawali dari pemberian sebuah jam tangan dari Robert Dudley kepada Ratu Elizabeth I – Inggris. Tapi sebagian besar lebih percaya bahwa kelahiran arloji pertama ditujukan untuk kaum wanita yang memang terkenal suka mengenakan gelang. Diprakarsai oleh pemberian Abraham-Louis Breguet untuk saudara perempuan Napoleon, Ratu Napoli, bernama Caroline Murat.
Baca juga di sini:
- Jangan Gunakan Sabun Mandi Untuk Membersihkan Wajah
- Grand New Veloz dan Grand New Avanza yang Mempesona
- Woman In You Kiat Sukses Dewi Lestari
Sejarah Jam Tangan
Water Resistant WatchBegitu lah. Jam tangan pada masa awal tidak lah secantik seperti model jam tangan bonia original yang banyak dikenal sekarang. Bentuknya hanya berupa jam saku, logam bulat dengan kaca dan jarum di tengah, diberi gelang atau strap kulit. Selama Perang Dunia I karena kebutuhan taktik, koordinasi dan strategi alat mekanik ini pun bertransformasi. Yang turun sebagai tentara adalah kaum pria maka popularitas arloji pun meningkat jadi perlengkapan pria. Sudah jadi kebiasaan di dunia teknologi, selalu berinovasi, mulai tahun 1923, John Harwood melahirkan jam tangan automatic winding pertama. Penemuan penting. Bayangkan betapa repot bila terus menerus melakukan winding jam secara manual. Kita pasti kehilangan selera mengoleksi beberapa biji jam karena alasan modelnya yang beragam seperti jam tangan bonia original.
Tren fashion mengikuti logika jaman. Sejak ditemukan pertama kali arloji tak pernah ditinggalkan orang untuk memperbaiki penampilan. Ide-ide baru bermunculan sampai kepada perubahan fungsi jam tangan yang tidak melulu sebagai penunjuk waktu tapi juga sebagai pelengkap penampilan, dan status sosial. Dalam gaya, estetika dan fashion, kredibilitas arloji ditingkatkan melalui banyak fitur yang dibutuhkan manusia moderen. Lihat contohnya pada jam tangan bonia original yang modis. Begitu pun arloji yang ikut menjawab kebutuhan adventure dengan mengeluarkan water resistant watch yang tahan sampai ratusan meter di bawah air, tahan menghadapi badai salju, tahan dan tidak rusak sekalipun tergiling mobil truk.
Koleksi Jam Tangan
Untuk model saya menyukai bentuk yang sportif. Punya satu koleksi yang bisa digunakan dalam segala suasana. Tapi kadang suka juga memilih yang dicocokan ke suasana tertentu. Untuk kondangan atau pesta saya menyukai yang model feminim. Karena yang seperti ini dapat berfungsi juga sebagai pengganti gelang. Sedang untuk traveling tak bisa lain memilih yang sportif, tahan hujan, panas, debu dan air.
Kalau teman-teman seperti apa jam tangan yang disukai?
Note: Foto-foto seluruhnya milik Jurnal Evi Indrawanto
42 comments
aku gak nolak mbak kalau dikasih hadiah jam tangan 😀
Aku pun demikian kokoh. Lagi pengen banget jam tangan yang tahan lumpur itu loh.. padahal buat apa coba, main lumpur saja jarang
Sehari-hari pakai jam digital mbak pemberian mantan..hiiks
Kalau pas kondangan ganti pakai jam tangan analog dengan gelang kulit 😀
Saat memakai jam tangan digital itu, semua kenangan manis berhamburan dong, Mas
ndak berhamburan mbak, sudah larut..hahhaa
Kuberitahu ya. Aku pernah ambil Job Nyanyi dan ngMC Saban Weekend selama 6 bulan cuma buat Hadiahkan Jam tangan Bonia yang berbentuk Ikan itu. Karena original tentu saja lumayan mahal. Tapi terbayar krna istri senang. Hehehe. Btw jam tangannya skrg udah gak berfungsi lagi meski wujudnya tetap disimpan dalam kotak oleh istri saya.
Manisnya. Pasti lah disimpan terus Bang Indra, mengingat bagaimana caramu mendapatkannya. Akhir-akhirnua bukan tentang Bonianya lagi tapi tentang cinta dan perhatian seorang suami terhadap istri. Nah jam tangan dalam kotak itu adalah simbol abadinya…
aku sering lalai pakai jam tangan.. ha.. ha.., sehari pakai sehari lupa..
karena harus sering cuci tangan, dan harus lepas jam, jadi sering ketinggalan entah di mana
Yah dokter gigi sih ya. Jadi harus sering-sering cuci tangan. Kalau gitu mending gak pakai sama sekali,MM, Sayang kalau hilang mulu kan? 🙂
Perlu banget ini aku jam tangan, selain karena jadi jam tangan akan membuat kita dianggap sebagai orang yang sangat menghargai waktu, pake jam tangan sebagai asesoris juga biar tanganku yang cukup panjang ini nggak kosong. Aku sih lebih suka yang digital terus lingkarannya karet. Hehehe
Sekarang jam tangan digital banyak banget yang keren-keren. Saya aja juga memilih type itu untuk acara-acara santai 🙂
Ihuaaaww jam tangan laut euy mau, mb uniiii..
*edisi kepengenan
Jam tangan yang mau dan gak protes dibawa kemana saja. Yuk kita beli 10 biji Eji
10 biji kek beli buah sekilo mb uniiiii wkwkwkkw
Iyalah kita beli buah jam sekilo
hahahahah leh ugha mb unii 😀
nanti dicemilin
Kalau saya suka banget sama Q&Q yg seri tahan air 10 bar. Awet hingga 8th. Baru sekali ganti baterai. Bisa dipakai wudhu,mandi tanpa dilepas hehe.bahkan ketika tidur.
Hahaha gak perlu pakai dicopot-copot ya Mas
Aku suka jam tangan model sporty/maskulin. Punya jam feminin tuh karena hadiah hahaha
Kalau begitu selera kita sama dong Mbak Ratna. Aku pikir jam tangan yang model maskulin lebih cantik di tanganku ketimbang yang feminim. Cuman sekali pakai yang model ini untuk kondangan
Jam tangan kayak di foto pertama dan kedua itu aku suka. Cakep 🙂 aku suka yang warna gelap dan modelnya simpel.
Terima kasih ya Yan. Berarti Pilihanku tidak salah ya
actually saya paling suka jam tangan yang water resistance heheheee
Praktis ya, peluru copot-copot saat mau masuk air atau kena hujan oke aja
bener mba, apalagi saya kalau pake jam tangan emang ga pernah dilepas hehehee
Amel termasuk orang yang ga pernah pake jam tangan , pernah sekalinya pake ehhh lupa naro di mana hahaha.
Hahaha, nggak kebiasaan ya Mbak Amel. Memang kalau tak biasa begitu pakai Pasti lupa copotnya taruh di mana
Aku suka jam tangan yang simpel classy modelnya, biar gak ribet lagi matchingin sama baju 😀
Cheers,
Dee – heydeerahma.com
Iya dari segi model juga masuk ke semua busana yang digunakan ya. Sipp banget
Saya tidak suka pakai jam tangan tanev. Saya baru uring-uringan kalau tidak ada besi putihbyg menmpel di badan saya, entah itu gelang atau kalung rantai 🙂
Pantasan waktu jalan bareng Darisu banyak besi-besi putih di tangan dan leher. Keren itu..Cocok dengan Darius 🙂
Kalo saya cuma punya satu aja jam tangan mah,,, itu pun dapet dikasih… hehehe…
Bearti tak begitu suka pada jam ya Mas. Hanya menggunakan fungsinya 🙂
Iya mbak.. hehehe…
Aku dulu waktu masih masa masa sekolah ga bisa lepas dari yang namanya jam tangan. Begitu ada hape, kayak ga perlu lagi jam tangan. Mangkanya ganti gelang.. Ke mana mana pake gelang. Lebih pede aja kalo pake gelang… Meakipun muka kumus2.
Pas kerja sempet beli jam tangan 35rebuan. Ahahaha.. Begitu batere abis ya udah ditaroh. Kek ga minat pake gt. Suka lupa juga makeknya…
Skr gelang cm buat koleksi.
Jam tangan punya tapi blm dibeliin batere lagi. Ntar kalo ke kota tak beliin baterenya ah
Berarti sekarang, most of the time, pergelangan tangannya kosong ya Mas. Emang sih karena kita berubah selera ikut juga berubah 🙂
Aku sampai sekarang juga setia memakai jam tangan, mbak. Lebih praktis dan nggak beresiko, tinggal mengangkat pergelangan tangan kiri. Kalau pake hape, harus keluar-masuk saku dan ada resiko jatuh saat terburu-buru.
Aku sukanya yang mode digital warna gelap seperti jam-jam GShock.
Terus terang sekarang lagi gak suka pakai jam
Tangan. Jarang dipakai saja. Jam
Tangan yg ada biasa dipakai ke kondangan. Kalau pergi2 ngandelin HP buat Liat waktu. Yang repot pas abis batre. Yasalaaam. Hahaha
Buat cowok, jam tangan menambah ke-maco-an sekitar 20%, hahahahahaha
Benar banget. Kalau buat perempuan jam tangan macho membuatnya tampak tangguh 🙂
Jam tangan bagiku, pertama sebagai penghias tangan (soalnya kulit warna hitam hehee). Pelindung sinar matahari (yang dilindungi cuma daerah yang ditutupin jam tangan (Hahahaaaaa). Yang terakhir tentu saja sebagai pengingat waktu. Jam tangan yang saya suka tentu saja original, talinya berbahan karet dan harus ringan. Untuk merek, saya fanatik pada Swatch.
Karena pemilihan jam tangan itu sangat personal ya, Mas Anton. Siiip. Terima kasih sudah mampir