Merupakan hal yang waras jika saya sering terhenti sejenak dalam perjalanan yang riuh-rendah dalam memanjakan ego untuk memberi perhatian pada profil-profil pebisnis sukses dimanapun saya baca dan temukan. Saya tidak mampu menolak pesona mereka, menyerengit sambil memijat-mijat tulang pipi, apa sih yang telah mereka lakukan sehingga sampai dipencapaian sekarang?
Tadi saya baca sebuah review buku entrepreneurship di sebuah milis yang menceritakan kisah sukses seorang pengusaha di Bandung yang memulai bisnis tasnya dari nol. Tidak tahu persis apa yang penulis maksud memulai dari nol, apakah modal rupiahnya yang nol atau pengetahuannya tentang seluk beluk bisnis tas yang nol? Sependek pengetahuan saya, kehidupan ini entah berawal dari mana namun sejak dentuman besar tidak ada sesuatu yang berangkat dari nol. Mustahil membayangkan pengusaha yang sekarang memiliki ribuan karyawan, merambah bisnis ke pembangunan rumah mewah sampai mengelola sekolah berkuda itu berangkat dari titik nol.
Namun sudah lah,otak kita memang sering tidak teliti dan kebetulan nol memang cocok di kambing hitamkan sebagai perlambang akan sesuatu yang belum tampak. Yang jelas pengusaha dari Bandung itu telah membetot hati saya, seorang pengusaha gula aren yang berangkat dari skala kecil namun bercita-cita menjadi besar dan kalau perlu melewati batas angan-angan yang nacep di kepala saat ini.
Untuk mampu menghidupi sekian ribu karyawan, misalnya, tentunya ada satu prasyarat yang kudu dipenuhi pengusaha ini. Pertama dia memiliki pekerjaan yang harus di selesaikan oleh sekian ribu tangan. Jika pekerjaan itu adalah membuat tas, artinya dia punya pesanan untuk sekian ratus atau ribu tas atau memiliki pasar yang siap menampung tas-tas tersebut. Sudah begitu dia harus punya tempat yang luasnya cukup memadai untuk meneduhi proses produksi, dia harus punya uang untuk membeli bahan dan membayar karyawan dan kalaupun tidak dia punya cara mendatangkan uang itu ke perusahaannya sehingga akhirnya tas-tas aneka model itu sampai ke tangan-tangan yang membutuhkannya.
Yang menjadi sumber keingintahuan saya adalah bagaimana dia melompati setiap halangan? Pada awal, produknya sering di tolak bahkan sampai 13 kali oleh buyer sampai suatu ketika dia menemukan momentum dengan di terimanya produk tersebut di sebuah superstore ternama. Cukupkah hanya berbekal motivasi dia menjelma seperti sekrang?
Saya pikir, motivasi dan keinginan untuk maju tidak akan cukup kuat dalam menyingkirkan halangan-halangan di jalan. Mestinya ada bantuan dari alat lain, sebuah tools yang beroperasi dalam kepala, sehingga dia mampu melihat jalan terang dalam kegelapan. Kepala ini pula yang membuat matanya beroperasi seperti mata superman, sinar X yang mampu membuka pintu yang terkeunci dan menembus tembok tebal yang membutakan pandangan. Dan kepala ini tidak akan membawa sang pengusaha ke tempatnya kini kalau tidak pula mengoperasikan sebuah ruang kecil yang mengerakan sistem motorik, sehingga pengusaha ini bergerak ke seluruh penjuru angin untuk melakukan actioans.
Lalu dimana saya sekarng berada? Melihat dari kejauhan dan sambil teriak-teriak dalam hati, ‘ I can do that! I can do that! “
Wassalam,
— Evi
Pengusaha gula aren