Tempat Pelelangan Ikan Kotaagung Tanggamus! Tempat ini terkenal bau, becek, berantakan, dan kumuh kumuh lagi. Ngapain ke sana?
Bagi saya sebuah perjalanan berarti banyak. Saya sudah melihat banyak landscape cantik dalam dan luar negeri. Main ke tempat para nelayan menjual hasil tangkapannya juga sebuah pengalaman berharga. Karena keindahan ada di mana-mana. Seperti yang saya temukan suatu pagi Dermaga Kotaagung, Kabupatan Tanggamus – Lampung. Tempat naiknya ikan-ikan dari Teluk Semaka. Dari sini akan didistribusikan ke seluruh Lampung dan kota-kota di sekitarnya.
Sekali lagi, terdapat keindahan bagi mata yang mencari. Di tempat Pelelangan Ikan Tanggamus ini saya melihat keindahan dari kerja keras masyarakat saat memenuhi kebutuhan ekonomi.
Kesibukan pasar Dermaga Kotaagung
Itu lah mengapa senang sekali di pagi pertama saya di Kotaagung (31 Oktober) diajak kawan-kawan main ke dermaga. Kami berada di sini dalam rangka Festival Teluk Semaka ke 7. Kebetulan dermaga Kotaagung atau Kota Agung letaknya tak jauh dari penginapan.
Hanya berjalan kaki beberapa ratus meter sudah terlihat Teluk Semangka yang masih berselimut kabut. Membuatnya tampak murung dan kelabu. Kontras suasananya dengan burung-burung walet yang terbang melingkar-lingkar di mulut dermaga.Dengan kepak sayap lembut keluar masuk melalui lubang segi empat diatas bangunan sarang mereka.
Baca juga Wisata Lereng Gunung Tanggamus
Para nelayan, tukang angkut dan pembeli ikan bergerak mengikuti irama tugas masing-masing. Sejenak saya berhenti di pojokan warung kopi, tak jauh dari gedung Tempat Pelelangan Ikan Tanggamus. Mengamati pedagang pengecer sambil membayangkan jika saya yang berdiri di belakang lapak-lapak itu.
Apa yang akan muncul dari pikiran saya jika dalam rutinitas pagi seperti ini melihat seorang ibu-ibu menyelinap dengan cameranya, motret di sana-sini? Gak puguh? Orang kota yang tak punya pekerjaan lebih penting? Ah mudah-mudahan saya tidak tampak aneh.
Kesibukan Pagi di Dermaga Nelayan Kotaagung Tanggamus
Dari pojokan kedai kopi saya bergerak ke arah kanan, ke dermaga. Tempat perahu-perahu kecil bersandar, nelayan membongkar hasil tangkapan semalam.
Keranjang-keranjang bambu penuh ikan berjejer di lantai dermaga sebelum dinaikan ke gerobak menuju tempat pelelangan ikan tanggamus.
Agak jauh perahu jukung bermotor terapung sunyi setelah semua isi perutnya terbongkar. Saya mendekati satu perahu yang sedang menaikan puluhan ikan tongkol ke atas dermaga.
Baca juga Festival Panen Padi Lampung Timur
Sesekali terdengar teriakan bapak-bapak nelayan dari bawah atau dari atas yang menyambut keranjang-keranjang itu. Ada yang menginstruksikan agar kerangjang-keranjang diletakan sedemikian rupa agar mudah dihitung. Penghitungnya adalah seorang bapak berbadan tinggi besar. Saya tidak tahu perannya di sana, mungkin bos atau karyawan dari perusahaan pemilik perahu.
Saya bergeser mendekati salah seorang Bapak yang sedang bertugas. Cukup dekat agar bisa bicara langsung dan cukup jauh agar tak mengganggu pekerjaannya.
Pembagian Hasil Tangkapan
Menurut Pak Husin hasil tangkapan itu akan dibagi tiga. Biaya operasi, pemilik perahu dan nelayan yang melaut. Jika nelayan yang melaut 10 orang, berarti sepertiga dari hasil tangkapan akan dibagi rata 10.
Baca juga Ramu Rasa Kopi Ulubelu Tanggamus Lampung
Menurut saya panen mereka amat banyak pagi itu. Menurut Pak Husin itu sedang-sedang saja. Di hari-hari lain lebih banyak. Namun terkadang juga lebih sedikit.
Suasana di Tempat Pelelangan Ikan Kotaagung Tanggamus
Kabut perlahan tersibak, dermaga menghangat, dan cahaya keemasan lembut mulai menyentuh kulit. Saatnya saya kembali beranjak ke arah pasar, menuju tempat pelelangan ikan kotaagung yang sebentar lagi berlangsung.
Pedagang, pembeli dan petugas lelang sudah berkumpul. Mereka melingkari berpuluh-puluh keranjang ikan segar. Darah menetes membuat lantai keramik merona merah.
Saya mendekati seorang ibu yang sudah mendapat dua keranjang ikan dari proses lelang. Dari tempat pelelangan ikan kotaagung ini, isi keranjang akan langsung ia bawa ke pasar. Di sana langganannya sudah menunggu. Selain para pedagang ikan kios, juga yang akan menjualnya dengan gerobak.
Dua petugas tempat pelelangan ikan kotaagung duduk di atas bangku tinggi di sebelah kanan. Yang satu menyebutkan harga, mulai dari Rp.230.000 sampai Rp.250.000/keranjang. Bila ada yang menunjuk Bapak di sebelah kirinya mencatat sesuatu ke bukunya dan ikan yang sudah terjual di ketepikan.
Proses pelelangan tidak lama. Sebentar saja ikan-ikan tadi sudah berpindah ke dalam mobil-mobil atau kembali ke gerobak, kemudian tempat itu pun sunyi kembali. Yang tinggal hanya sisa-sisa darah ikan yang tak lama kemudian juga akan digelontorkan air saat dibersihkan.
Ada yang mau wisata ke pelelangan ikan Kotaagung Tanggamus?
48 comments
Setuju sepenuhnya sama Mbak Evi. Dari dalam pasar kumuh atau pelelangan ikan seperti inipun banyak keindahan yang bisa diabadikan, tidak melulu harus pemandangan sawah, gunung, sungai, atau pantai saja
Saat traveling semangat eksplorasinya mesti dibawa-bawa ya Mas Krish..Dengan begitu baru deh dapat roh jalan-jalannya…
ikannya masih segar-segar
Iya baru saja diangkat dari laut Mas Jampang 🙂
Wow…. jempol buat foto2nya, mbak Evi.. 🙂
Terima kasih Mbak Mechta 🙂
aku baru tahu jenis ikan tanggamus ini mb..btw aku baru sekali ke tempat pelelangan ikan tapi udah lamaaa bangett..
Waktu di Tanggamus ini aku lihat semuanya ikan tongkol Mbak Enny 🙂
Cerita yang indah mbak Evi…
Saya juga suka masuk ke pasar, ke pinggir pantai….
Senangnya, di luar Jawa ikannya segar-segar…..
Terima kasih Mbak Enny. Bagi saya juga pengalaman baru melihat langsung pelelangan ikan 🙂
Uni Evi banget, menyajikan sisi humanis dengan foto2 cantik dan sudut ulas pandang tak terduga.
Salam
Ah Mbak Prih yang selalu pandai menyusun kata untuk membuat saya senang. Makasih ya Mbak 🙂
200 ribuan dapat 1 keranjang….? wah di TPI lumayan murah ya ikan….
Iya, kalau di pasar harganya beda lagi, Selin 🙂
top ah uniku …
iya wisata mah nggak cuma lihat yg cantik2 aja ya..
yg seperti ini yang unik
Memberi nilai tambah pada pengalaman kita sendiri, MM, mumpung sudah berada di luar rumah 🙂
Lho Ibunne cuma main aja apa disitu?? kok ga beli ikannya, Bapak nungguin dirumah, Lagi ngidam semur ikan Lho, wk.
Pengen sih bawa pulang tapi keburu busuk kali ya 🙂
Aha ha, Mak Evi, saya lahir n hidup di Lampung belum pernah sampe dermaga, Kota Agungnya sih pernah. trims infonya.
Nanti kalau ke Kota Agung lagi mampir Mbak Neny 🙂
Fotonya bagus2, menangkap momen yang pas dan memberikan informasi bagi yg belum pernah ke TPI macam saya 🙂 salam kenal, Mbak Evi.
Terima kasih Mbak Helda. Salam kenal kembali ya 🙂
Aiih, senengnya nampang di blognya mbak Evi…haha
Seruuu..mungkinkah kita kesana lagi? bareng2 lagi?
Suatu saat, I believe, kita jalan bareng lagi Mbak Mel. Kalau gak ke Lampung ya ke tempat lain 🙂
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Evi…
Wisata begini memberi kelainan dalam memaparkan sesuatu yang menarik dan mengesankan. Kita bisa mengambil pengalaman kehidupan orang lain dalam mencari sesuap nasi buat keluarga dan keteguhan jiwa mereka dalam melayari lautan untuk memberi makan orang di darat yang tidak bisa ke laut. Saya senang melihat kehidupan nelayan melalui lensa ketik mbak Evi. Salut ya mbak mahu menahan diri dari bau amis ikan-ikan segar itu.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂
Waalaikumsalam Mbak Fatimah. Setuju sangat dengan pendapatmu bahwa pengalaman orang lain akan memperkaya pengalaman kita sendiri.
Salam manis akhir pekan dari Serpong 🙂
Aku suka kepo berapa penghasilan para nelayan mbak Evi. Dengan hasil tangkapan mereka, kalau dibagi 10 jadinya per orang dapet berapa ya.
Foto ikan dalam keranjang tjakep banget mbak Evi.
Mestinya penghasilan mereka hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari2 Mbak Ika. Belum pernah dengar nelayan kaya kan? 🙂
Pendapatan mereka rata-rata berapa ya mbak Evi. Saya suka penasaran. Btw, foto ikan dalam keranjangnya keren mbak Evi ^^
Hehehe makasih Mbak Ika 🙂
Suasananya ngak jauh beda dengan TPI di Lempasing ya mbak. Selain lebih murah, ikannya juga lebih seger.
Iya saya pernah ke Lempasing Mak Mutia… Disini kayaknya lebih besar ya?
Ikan-ikannya menggiurkan sekali. Foto-fotonya bagus menangkap kegiatannya. Jadi bener-bener tahu seperti apa suasana dipelelangan dan ternyata murah bangettttt. Kasian juga jadinya melihat nelayan-nelayan itu.
Terima kadih Mbak Sandrine. Kalau punya perahu sendiri kemungkinan nasib nelayan lebih baik kali ya. Namun mengingat maintenance dan biaya operasi juga besar, persoalan jadi nylimet 🙂
Yaampuuunn ikannya itu segerseger bener, dan sekeranjang 230??? Whattt murah sekaliikk
Iya kalau dari nelayan masih murce Miss. Kalau dipasar kan sdh ada biaya tambahan, spread untuk pedagang dan biaya transportasi 🙂
Waah… ikaan, jd inget ikan seger2 itu. Pingin mborong rasanya. And, aku ngga ke pelelangan euy. Thanks foto2nya n cerita tentang TPI bun. Love it.
Aku juga gitu Mbak Noe. Kalau saja di Tangerang, mau deh beli sekeranjang 🙂
Foto-fotonya bagus-bagus banget Mba Evi. Jadi kangen Lampung sayaa..
Bararti Lampung sedang memanggil Mas Dani 🙂
baru tauu, selama ini cuma denger doang pelelangan ikan pelelangan ikan, tapi gak paham maksudnya bijimana…hihihihi….
makasih ya mak evi, jadi rada pinter dikit abis mampir ke sini 😀
Ih Emak gaul bisa aja deh…Makasih kembali Mak 🙂
Ikan dimana mana ya mak bikin mupeng he he
Segar-segar lagi Mak Fadlun 🙂
Foto-fotonya bagus. Saya membayangkan aroma amisnya hehehe
Terima kasih. Amisnya gak seberapa sih, bisa ditolerir 🙂
Fotonya berbicara sekaliiii. Beberapa moment gagal aku tangkap euy meski berada di tempat yang sama.
Good job, Bu Evi….
Hehehe Makasih Mbak Donna.