Penambang Koin di Pelabuhan Merak – Hari ini saya mau menyeberangi Selat Sunda. Merak-Bakauheni. Beberapa waktu lalu membaca bahwa Pelni akan memperbarui kapal-kapal penyeberangan antar pulau. Dan hari ini perbaikan itu sudah tampak di Pebuhan Merak. Kapal-kapal yang bersandar terlihat lebih kinclong dibanding satu tahun lalu, terakhir ke sini. Ada kapal baru ada pula yang dicat ulang.
Mungkin karena tidak sedang musim libur, pelabuhan terasa lapang dan hening. Hanya tampak beberapa truk menunggu di tempat parkir. Sementara bus yang saya tumpangi langsung masuk lambung kapal begitu sampai di pelabuhan. Penumpang pun tidak berdesakan. Pokoknya nyaman lah. Hanya satu yang belum berubah, para penambang koin di Pelabuah merak ini. Mereka tetap berenang bergerombol di sisi kira-kanan kapal yang hendak berlayar sambil teriak-teriak minta di lempar uang.
Berenang menunggu rejeki
Penambang koin ini (nama pemberian saya saja), sudah jadi ciri pelabuhan Merak-Bakauheni. Mereka bermaksud menghibur penumpang dengan melompat dari ketinggian. Entah dari dermaga atau memanjat lewat dinding kapal untuk mendapat ketinggian tertentu. Begitu posisinya tepat dan ada yang memesan mereka langsung melompat. Sampai di air penambang koin menerima lembaran atau keping uang logam sebagai imbalan jasa.
Penambang Koin di Pelabuhan Merak Sebenarnya sedang Bertaruh Nyawa
Bangsa Indonesia hidup di negeri impian. Pantai-pantai berpasir putih, laut berair biru, gunung, sawah dan ladang yang menghijau. Sumber daya alam berlimpah itu jadi ide Koes Plus dalam membuat lagu Kolam Susu.
Tapi saya juga tahu bahwa hidup di Indonesia cukup keras. Terutama bila kita kurang pendidikan, kurang keterampilan, kurang jaringan, atau miskin sumberdaya lainnya. Para penambang koin ini contohnya. Mereka adalah ironi dari bangsa kaya namun banyak penduduknya yang untuk memenuhi kebutuhan dasar saja kesulitan.
Makanya ada sekelompok kecil masyarakat mempertaruhkan keselamatan dan kesehatan fisik mereka demi rupiah yang tak seberapa. Sedihnya lagi aktivitas itu dulu dilakukan anak-anak sambil bermain. Yang saya lihat barusan adalah segerombolan orang dewasa. Bahkan mereka tak merasa perlu melompat dari ketinggian, cukup berenang kian kemari sambil berteriak minta kiriman uang dari atas.
Jawa kaya. Sumatera kaya. Setidaknya begitu terlihat secara teori. Semoga suatu saat kekeyaan itu terdistribusi secara lebih adil. Karena mustahil juga berharap secara merata. Saya juga berharap profesi penambang koin ini pun musnah dari tanah Nusantara. Hati kecil saya menjerit melihat mereka.
Baca juga :
- Cerita Anak SMP
- Kue Nastar Memaniskan Lebaran
- iCU Menjual Gantungan Kunci untuk Kegiatan Sosial
- Taman Wisata Guci Tegal
@eviindrawanto
Yang belajar lebih baik akan jadi yang terbaik
27 comments
Sekarang hampir di semua tempat penyeberangan ada para penambang koin seperti ini rasanya. Aku sempat melihat di beberapa tempat.
Sepertinya profesi ini menjajinkan juga ya Mas Krish..Makanya merebak ditiap pelabuhan 🙂
Saya belum pernah menyeberang naik ferry ke Bakauheni…..
Perlu dipikirkan lapangan kerja untuk penambang koin ini ya mbak Evi…terutama untuk yang anak-anak….semoga wajib belajar 12 tahun ini benar2 terlaksana, agar mereka bisa kreatif untuk menghasilkan karya.
Semoga pemerintahan baru memperbaiki sendi-sendi yang belum terbenahi ya Mbak Enny, sehingga anak-anak kita semua mendapat pendidikan memadai. Amin:)
anak anak itu pada jago renang yah 😀
hebat hebat… usaha menyelam sambil minum air tuhh ehehe
Sambil main dapat duit ya 🙂
Sedih ya Mbak Evi. kapan hari saya nyebrang dari Banyuwangi ke Gilimanuk saya juga ada melihat satu orang anak yang muncul dari laut basah kuyup, terus emmanjat ke kapal ferry. kayanya habis main-main.Tapi ngga minta uang sih. Apa jangan-jangan anak itu juga melakukan kegiatan yg sama ya. Nyari coin?
Kalau anak-anak kemungkinan 2 Mbak Dani, bermain atau cari koin 🙂
Hampir sama dengan oM NH..di gilimanuk juga ada mbak…dan anak pantai ini mempunyai ciri khas…rambutnya pirang..kadang kalau kita kasi langsung mereka tidak mau..mereka lebih senang melompat dan menyelam mengejar koinnya
Kalau yang ini sepertinya murni untuk bermain ya Bli…
Saya suka nggak tega kalau liat mereka
apalagi yang masih seumuran anak-anak SD
wajah dan tubuhnya legam …
menambang koin di Selat Sunda …
Tapi mau apa lagi … mereka senang melakukannya … dan senang mendapatkan uang dari aktifitas ini …
salan saya Bu Evi
(1/11 : 16)
Kita dan mereka sama2 tak punya pilihan ya Om. Kalau saya bisanya cuma iba 🙂
Semoga generasi selanjutnya akan lebih baik ekonominya ya, Om. Amin
Semoga kisah pahit diawal kehidupan mereka menjadikan mereka lebih termotivasi utk maju…
Amin. Ikut berharap yang demikian Mbak Mechta 🙂
Anak2 enggak pada sekolah ya?
Ada penambahan berapa kapal baru, Bu?
Semoga pelayanannya nanti makin baik, ya.
Kalau yang saya foto di sini sih, yang melakukan orang dewasa Mbak Idah..Jadi sudah tentu tidak sekolah formal lagi 🙂
Saya pernah naik kapal nyebrang juga Mba Evi dan miris lihat para penambang koin ini. Padahal daerah mereka berasal kaya-kaya loh. Gaktahu dibawa lari ke mana itu yang seharusnya dipakai untuk kesejahteraan mereka. Hiks..
Sembilan puluh persen kekayaan daerah hanya dinikmati 10% penduduknya
Kepekaan Uni Evi dalam menyajikan peristiwa melalui kaca pandang yang berbeda intuitif.
Salam
Sayangnya itu tak berdaqmpak dalam perbaikan nasib mereka Mbak Prih 🙂
Keren angle tulisannya, lebih keren lagi karena ditulis on spot.
Hehehehe makasih Mbak Donna 🙂
Ya allah… jadi nggak cuma pas naik kreta aja ya yang suka triak minta uang, yang model begini resiko lebih tinggi. Kalau yg dilempar duit kertas? Pake pemberata gitu? Trus kalo duitnya nyampe ke yg dituju? Kalo nggak? Atau para penambang koin ini bakal bagi rame2?
Aku tidak tahu apakah mereka akan saling berbagi Sobat Rangi. Tapi kalau melihat cara mereka berebut, sepertinya siapa cepat dia yang dapat
Terakhir naik ferry ke Lampung itu sekitar 7 thn lalu, saya liat anak2 penambang koin. Antara kagum & miris juga ngeliatnya.
Sesuatu yang mestinya gak ada kalau saja negara kita sejahtera ya Teh Dey …