Kastuba Merah – Tarian Warna yang Menggoda
Saya punya hubungan khusus dengan warna merah. Seperti gadis remaja dan cinta pertamanya, kemana pun berpaling bayangan sang arjuna terngiang di depan mata. Bukan berarti saya menggunakan merah tiap hari. Atau rumah saya dipenuhi warna panas ini. Begitu pun benda-benda yang digunakan tak selalu merah. Tapi bahwa merah sanggup mengangkat mood saya yang mendingin seperti menemukan Jang Keun Suk dalam Drama Korea, Love Rain. Sungguh menghibur dan menyenangkan hati :).
Suatu hari saya menemukan kastuba merah (Euphorbia pulcherrima) di Lapangan Banteng. Di gapura masuk pameran Flona 2013. Warnanya yang menyala di bawah terik matahari membuat langkah kian cepat mendekatinya. Gak perduli deh suami ketinggalan di belakang. Bahkan juga tidak memperhatikan bahwa es krim yang dibelikannya meleleh di tangan. Mata hanya terpaku pada penataan bunga-bunga yang sedang ramai dikerubuti orang untuk berfoto.
Saya seperti anak kecil memandangi kastuba merah itu. Membayangkan alangkah indahnya kalau saja daun-daun ngejreng itu berada di halaman rumah sendiri.Pasti deh tak potret tiap hari dan pamerin pada tiap orang. Sayangnya bukan. Buat motrepun harus antri dengan penggemar lain.
Asal-Usul Kastuba Merah
Tumbuhan kastuba merah berasal Mexico. Disebut juga Poinssenttia. Mengambil nama dari Duta Besar Amerika pertama untuk Mexico. Dia lah yang berjasa memperkenalkan tanaman ini ke Amerika.
Di negara asalnya daun kastuba digunakan menghias pohon natal. Kebiasaan ini menyebar ke seluruh dunia, terutama ke negara-negara beriklim sejuk, dipakai menggantikan fungsi bunga yang tak tumbuh di musim dingin.
Banyak cerita legenda tentang kastuba merah ini. Dari anak kecil yang tak sanggup membeli hadiah natal lalu mencabut sebatang tumbuhan di tepi jalan. Saat berada dalam gereja daun tanaman yang ternyata kastuba itu berubah jadi merah dengan bunga hijau.
Kastuba Tanaman Beracun?
Di Indonesia kastuba disebut juga daun racun. Nama ini datang dari kebiasaan negara barat yang menganggap bahwa tanaman ini beracun. Namun dari bacaan internet yang saya lakukan kastuba tak bisa dianggap sebagai tanaman beracun. Kalau pun beracun tapi tidak mematikan. Bahwa Kastuba dianggap beracun mungkin berasal dari cerita tahun 1919 saat seorang anak tentara di Hawaii meninggal pada hari natal.
Terlepas dari kebenaran atau kesalahan cerita diatas, warga Desa Galengdowo Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang menggunakan kastuba (disebut daun racun di sini) untuk membuat makanan. Mereka menyebutnya stick Daun Racun. Lihat foto-foto pembuatannya disini. Tapi dari daun kastuba berwarna hijau. Dan saya pun pernah mencoba. Tentu saja rasanya enak 🙂
Klik foto untuk sumber asli
Suka pada tanaman kastuba, Teman?
@eviindrawanto
27 comments
beracun tapi bisa dibuat jadi camilan, kastuba benar-benar bunga yang unik
Agak ambigu ya Pak Hari 🙂
kembangnya indah mbak… kesukaan ku warna merahhh…
salam kenal yaa.. di tunggu kunjungannyaa..
Untuk menghilangkan atau membuat tanaman ini menjadi netral dan tidak berbahaya untuk kesehatan tubuh diprosesnya bagai mana ya Mba ? Kalau di buat lalap dan dimana sama sambal enak ya ? Hm…. jadi ngiler lalapan nih. Apalagi kalau pakai daging bebek. Mantap kali ya.
Salam wisata
Hahaha..Pak Indra pasti sedang lapar saat menulis komen ini. Lah kok ingatannya ke lalap dan goreng bebek..
Mengenai netralisasi daun racun saya gak ngerti, Pak Indra. Jangan2 daun itu emang gak beracun tapi namanya saja yg disebut daun racun 🙂
penasarn kalo dibuat sayuran…ee tapi wonosalam itu daerah saya,kalo mau ke wonosalam dari mojoagung pasti lewat depan rumah saya mbk hehhe….nanti ah coba
Kalau gitu dekat tuh daearah untuk belajar membuat stick daun racun,Mbak Hana 🙂
Belum pernah liat kak. Subhanallah cantik yaa .. memang menggairahkan melihatnya ^^
Merah gitu lho Niar. Merdeka Hehe..
warna merah dr kastuba memang cantik bgt, Mbak 🙂
Iya Mbak Myr. Meriangkan perasaan kalau di pandang 🙂
pernah punya kastuba Uni
tapi karena harus ada perlakuan khusus nggak dirawat deh sama aku yg pemalas
supaya tunas baru tetap merah, kastuba harus disungkup 9 jam sehari, kalau dibiarin gitu aja tunas baru yg keluar warnanya hijau
Rupanya pigmen merah ngejreng itu butuh usaha khusus ya agar keluar..Pantasan Kastuba yang hidup ditepi jalan atau dikebun tak ada yang berpigmen merah sempurna seperti diatas 🙂
nah lho kenapa aku jadi anonymous ya un..he..he…
Hahaha..Jadi yg Anonym di bawah dirimu toh, MM? Lupa ngisi nama dan email tadi kayaknya, makanya tertahan di moderasi. Karena komentarnya relevan dengan posting, walau Anonim yah aku approve saja 🙂
Wih namanya cool, stick daun racun.
Aku juga cinta sama warna meraaah, aku kalau pake baju merah soalnya cakepan hahaha!
Hahaha..Kalau aku makai merah serasa muda lagi, Un..
Aku baru tahu nih, Tan, hebat ya beracun tapi bisa dijadikan camilan, kepengen nyicip deh, lagi laper soalnya nih *halah* qiqiqi.
Hari ini lg pake baju+kerudung warna merah, pernah punya sepatu-tas merah, sepertinya aku jg pecinta merah Tan 🙂
Merah lambang berani..Maka memakai merah boleh saingan dengan banteng,Teh 🙂
Wah baru tahu kalau ternyata kastuba bisa dimakan dalam bentuk camilan. Jadi penasaran dengan rasanya.
Rasanya mirip stick keju Mas Krish. Cuman yg ini ada rasa daunnya 🙂
Tergelitik dengan camilan daun kastubanya nih Uni Evi. Wow merahnya kastuba menceriakan suasana. Salam
Ibu2 yg aku ceritakan diatas emang memanfaatkan tanaman liar untuk sumber makanan,Mbak prih. Sebuah kegiatan menggali potensi desa 🙂
kastuba di bukik agak jarang ditemui, uni.. klopun ada warna merahnya kurang mencrang.. lebih banyak yg hijaunya. 😀
Iya May…Mungkin seperti diceitakan MM di bawah, bahwa pigmen merah itu baru keluar kalau daun kastuba ditutup tiap hari. Di Bukik mana ada yg kerajinan kayak gitu ya hehehe..
Kastuba untuk natal? biasanya yang saya lihat di film atau Tv pake pohon cemara… 🙂 warnanya cantik, nantang di tengah terik matahari 🙂 sangar euy!
Maksudnya untuk hiasan pohon natal, Mbak Parlina. Maaf saya menuliskan kurang jelas 🙂