Bubur ayam walau sudah terkenal dari jaman nenek moyang namun jarang naik kastanya selain untuk sarapan pagi. Mungkin karena perut kosong semalaman maka beras yang dimasak encer ini dianggap cukup bersahabat bagi pencernaan. Jadilah semangkok bubur ayam dengan topping sedikit daging ayam, cincangan daun bawang dan seledri serta bawang goreng jadi penyelamat bagi banyak kalangan sebelum memulai aktivitas pagi.
Pernah menulis tentang filosofi semangkuk soto yang saya curigai sebagai cara nenek moyang kita berhemat daging. Nah bubur ayam dapat kehormatan serupa. Dengan menanggalkan toppingnya, bubur ayam hanyalah nasi putih yang diencerkan. Berbahan satu gelas beras bisa dapat satu periuk besar bubur. Itu bisa memberi makan orang sekampung. Jadi kalau soto berhemat daging maka bubur ayam berhemat beras.
Lagi pula jaman perang makan bubur idiomnya kemiskinan. Masa perang semua serba susah. Bagi rakyat biasa dapat makan nasi teratur saja sudah satu kemewahan. Sering mendengar cerita nenek bagaimana dia membuat bubur dan membagi sama rata diantara putera-puterinya. Sambil cerita matanya menerawang jauh seolah kesedihan serba kekurangan itu hadir kembali di depannya. Begitu pula saat membaca sejarah para perantau Cina yang datang ke Indonesia. Banyak yang menulis untuk berhemat mereka hanya memakan bubur setiap hari. Tapi bubur yang mereka makan bukan seperti foto diatas pastinya.
Sesuai dengan maksud pembuatannya hemat beras makan bubur cepat sekali laparnya. Walau sarapan dengan dua mangkuk di pagi hari, pukul dua belas siang naga perut saya sudah bergaduh lagi minta diisi.Jadi makan bubur untuk saya tidak efisien, menimbulkan rasa bersalah karena butuh makan lagi saat jam makan siang. Lebih baik sarapan nasi sekitar pukul sembilan atau sepuluh dan makan lagi sore hari. Jadi makannya cukup dua kali seperti kebanyakan yang dilakukan nenek moyang kita dulu.
Suka pada bubur ayam temans?
Salam,
37 comments
Kalo bubur ayam, enak Kak. Tp memang rasanya lebih kenyang makan nasi 🙂
Iya Niar, makan bubur cepat lapar lagi 🙂
Saya suka banget sama bubur ayam, mbak Evi…tapi jangan yang pake kuah kuning itu lo ya, saya suka bubur ayam kampung yang rasanya persis kayak waktu saya kecil dulu…nggak berlebihan tapi sangat nikmat 🙂
Suka bangett.. ^^7
Apalagi buat breakfast.. Yummy
Bubur Ayam …
Ini makanan yang “trainer’s friendly sekalieeeee ….
heheheh
saya doyan banget sama yang satu ini …
mengapa ?
sebab tidak memerlukan usaha keras untuk mengunyahnya … 🙂
salam saya
Mba Evi selalu memberikan pengetahuan baru deh buat saya. Ga pernah sebelumnyanfilosofi pembuatan bubur dan soto. Yang ada di pikiran saya makanan enak sajah. Hehehehe.
Makasih Mba Evi. 🙂
Ini cari2 alasan saja kok Mas Dani,agar bisa update blog hahaha…
Bubur makanan yang paling mangasyikan untuk dinikmati bagi para pecinta kuliner yang praktis dan cepat saji. Namun, kita juga harus siap-saip ditagih oleh cacing diperut pada siang harinya Mba. Karena biasanya kalau makan bubur tidak kuat lama kenyangnya.
Sukses selalu
Salam
Ejawantah’s Blog
Mungkin karena yang banyak cuma air dari bubur Pak Indra. Yang padatnya cuma sedikit 🙂
Terkadang sarapan dengan bubur Uni… 🙂
Sarapan dengan bubur praktis dan gak pakai ribet ya Mas Bams 🙂
suka,,,, tapi makanya kadang kadang aja kalo lagi pingin bu Ev…
Kalau keseringan makan bubur ayam kata nenek juga gak baik Kang Yan..:)
Saya sangat menyukainya mbak
Tapi tak tiap hari makan bubur ayam kan, Bli hehhehe..
Assalaamu’alaikum wr.wb,
SELAMAT HARI IBU untuk semua anak-anak, ayah dan ibu-ibu di Indonesia yang meraikan HARI IBU pada hari ini. Sebagai menghargai ibu yang dicintai, saya menghadiahkan 2 AWARD HARI IBU untuk dijadikan kenangan dari Malaysia.
Silakan kutip award-award tersebut di sini:
http://webctfatimah.wordpress.com/2012/12/22/ct143-22-disember-2012-selamat-hari-ibu-untuk-sahabatku-ibu-ibu-di-indonesia/
Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak.
Terima kasih atas hadiahnya Mbak Siti..Ini persahabatan yang indah antar dua bangsa 🙂
aku suka bubur tp yang topping’a sederhana alias kagak banyak sayuran mba,soalnya ada beberapa type bubur yg topping banyak banget jd kaya sup
Kesederhanaan rasa yang bikin jadi enak ya Mas Andy? 🙂
Sayapun seringkali mendengar gimana ‘peran’ bubur dalam kondisi yang serba terbatas. Tanpa laukpun, masak bubur dengan dicampur sedikit garam ato kalo punya dengan santan sudah menjadi pengganti makan besar.
Hanya saja, sampai sekarang perut saya seringkali tidak bersahabat dengan bubur karena selalu mules setelahnya.
Iya Pakies bubur digunakan sebagai makanan ekonomis selain sebagai variasi makan nasi. Sistem pencernaan Pakies rupanya tak terima makanan lembek seperti bubur
Bubur ayam bukik enak lho, un.. tapi yang bikin orang jawa juga.. hehhe..
aku pertama kali makan bubur ayam di bandung.. pertamanya gak suka, lama2 ketagihan. 😛
Aslinya disana cumaada bubua samba ya May….untungadajugaorang jawa yg merantau kesana, jadi deh makanan kita bervariasi
suka tapi belum pernah bikin sendiri mbak, sedang di sini nggak ada yg jual
ngiler lihat fotonya
Kalo bikin bubur mungkin orang sananamai ricesoup ya mbak El 🙂
suka bubur ayam.. apalagi yang pake telor pitan! 🙂
Nah kalo yang pake telor pitan banyak dimangga besar tuh Ko
Saya lumayan suka bubur baik bubur ayam, bubur kacang hijau maupun bubur sumsun … *namanya juga tukang makan, apa saja masuk 😀
Pokoknya kalau dapat bubur apa saja dinikmati ya Mas Hindri 🙂
Bubur juga adaptif ya Uni Evi, ada bubur beras, bubur sagu, bubur jagung, sekarang lagi ngetrend bubur ubi ungu. Favorit anak2 saat di Bogor, bubur ayam kabita di Gunung Batu. Selamat wisata kuliner Uni Evi.
Ya Mbak Prih, variasi bubur sekarang saat beragam mengikuti kreativitas. Bubur ungu itu belum pernah coba, enak pastinya ya
Rupanya sama tho sejarahnya.
Aku suka, kalo lagi pengen… hehehe…
Yah sama sekira2 aku saja Un 🙂
Suka sekali, tapi bubur belum bisa mengenyangkan perut yang lapar. Harus makan nasi dulu untuk itu.
Hebatnya, bubur ini malah dijadikan sebuah peribahasa di Indonesia.
Nasi sdh jadi bubur, tak ada cara mengembalikan nya pada beras ya Pak 🙂
suka makan bubur klo lagi ga enak makan atau lagi sakit gigi hihi…. bubur rerata bagi orang kita nggak masuk kategori makanan berat ya mbak evi
Gak Mas, walau sudah makan bubur, kalau belum makan nasi gak afdol 🙂