Dreamcatcher – Teman pernah gak sih dapat oleh-oleh dan akhirnya jadi bahan diskusi seru dengan keluarga? Saya kemarin mengalaminya 🙂
Ini lagi-lagi mengenai benda budaya. Namanya Dreamcatcher. Kemarin dapat oleh-oleh sovenir dari keponakan yang pulang liburan dari Korea Pernah dengar atau membaca tentangnya?
Kalau nonton filmnya pasti pernah ya. Film Dreamcather berangkat dari novel Stephen Hawking ini pernah terkenal di tanah air. Tentang Jonesy, Beaver, Pete, dan Henry empat sekawan yang sedang dalam perjalanan berburu tahunan di Maine. Amerika. Sebagai anak-anak, mereka semua memperoleh kekuatan telepati yang mereka sebut “garis” setelah menyelamatkan seorang anak cacat mental bernama Douglas “Duddits” Cavell dari anak-anak yang mengganggunya. Film yang sangat imajinatif. Dari permainan pikiran sampai UFO segala.Â
Tapi yang saya maksud Dreamcatcher disini adalah benda seperti gantungan kunci diatas. Terbuat dari logam bulat berlilit benang merah. Ada rajutan menyerupai sarang laba-laba di tengahnya. Kemudian Di bawah digantungi biji-bijian dan bulu burung.
Ini oleh-oleh dari teman anak saya yang pulang dari Amerika. Awalnya tak kira cuma sovenir biasa, semacam gantungan kunci atau diletakan di mobil. Tak punya makna simbolisme apapun. Tapi setelah dijelaskan oleh yang bersangkutan dan dicari tambahan informasi di internet baru tahu kalau ada cerita panjang di belakang bentuknya yang unik.
Untuk keterangan lebih lengkap saya copas dari Wiki
Dreamcatcher Menurut Wiki
While dream catchers originated in the Ojibwa Nation, during the Pan-Indian Movement of the 1960s and 1970s they were adopted by Native Americans of a number of different nations. Some consider the dream catcher a symbol of unity among the various Indian Nations, and a general symbol of identification with Native American or First Nations cultures. However, other Native Americans have come to see dream catchers as over-commercialized.[3] Non-Indians have also used the dreamcatcher for their own purposes.
Even infants were provided with protective charms. Examples of these are the “spiderwebs” hung on the hoop of a cradle board. These articles consisted of wooden hoops about 3½ inches in diameter filled with an imitation of a spider’s web made of fine yarn, usually dyed red. In old times this netting was made of nettle fiber. Two spider webs were usually hung on the hoop, and it was said that they “caught any harm that might be in the air as a spider’s web catches and holds whatever comes in contact with it.”
Traditionally, the Ojibwa construct dreamcatchers by tying sinew strands in a web around a small round or tear-shaped frame of willow (in a way roughly similar to their method for making snowshoe webbing). The resulting “dream-catcher”, hung above the bed, is used as a charm to protect sleeping children from nightmares. As dreamcatchers are made of willow and sinew, they are not meant to last forever but are intended to dry out and collapse as the child enters the age of wonderment.
The Ojibwa believe that a dreamcatcher changes a person’s dreams. According to Konrad J. Kaweczynski, “Only good dreams would be allowed to filter through… Bad dreams would stay in the net, disappearing with the light of day.” Good dreams would pass through and slide down the feathers to the sleeper.
Sejarah DreamCatcher – Penyaring Mimpi Asli AmerikaÂ
Sejarah dreamcatcher berawal dari Suku Indian Amerika. Dewasa ini dibuat dalam berbagai ukuran dan gaya. Padahal dulunya kecil saja.
Secara umum penangkap mimpi dibuat dari lingkaran kayu kecil, ditutupi jaring-jaring dari serat alami. Ditambahkan benda-benda sakral lain seperti bulu burung dan manik-manik. Benda-benda sakral itu digantung di bagian bawah lingkaran.
Penangkap mimpi tradisional asli dan otentik adalah buatan tangan. Terbuat hanya dari bahan alami, berukuran hanya beberapa sentimeter. Bahan lingkaran biasanya diambil dari cabang Red Willow, dibengkokan jadi lingkaran tertutup. Bingkai lalu diberi sentuhan akhir dengan dibungkus kulit.
Dreamcatcher oleh orang Indian digantung diatas tempat tidur anak-anak guna mengusir kedatangan mimpi buruk. Sebab mimpi buruk tersebut terperangkap dalam jaring laba-laba, sementara mimpi baik di loloskan lewat biji dan bulu-bulu lembut dibawahnya.
Benda Budaya Jadi Produk massal
Dari informasi di tempat lain, dreamcatcher yang merupakan benda suci dan dihormati dalam kebudayaan Indian sekarang diproduksi masal sebagai benda sovenir. Ada beberapa situs yang memuat tulisan keberatan dari suku Indian dalam hal komersialisasi dreamcather ini. Apa lagi tata cara, bentuk dan materi bahannya sudah amat jauh meninggalkan ciri aslinya.
Baca juga
Turuk Laggai – Tarian Mistis Sikerei
Aman Gotdai Sikerei Muda Mentawai
Tapi rupanya gerak ekonomi kapitalis tak melihat urgensinya terhadap keberatan tersebut. Dreamcatcher tetap diproduksi sebagai benda seni yang diperjual belikan sebagai tanda mata dengan bebas.
Saya membayangkan suatu saat benda-benda budaya Indonesia akan mengalami hal serupa. Kalau di data suku-suku di tanah air punya banyak benda-benda yang juga berfungsi sebagai jimat. Sebut keris dari Jawa dan Mandau dari Kalimantan, misalnya. Seperti mata uang yang selalu memiliki dua sisi, pasti ada baik dan buruk jika hal itu terjadi. Sisi baiknya Indonesia semakin di kenal dunia sementara buruknya, benda-benda tersebut akan bernasib seperti Dreamcather: Kehilangan identitas.
Punya cerita tentang dreamcatcher kawans?
— Evi