Reichenbach Falls dalam A Game of Shadows – Pulang dari nonton Sherlock Holmes : A Game of Shadows pikiran saya menyisakan satu pertanyaan : Dimana letak air terjun Reichenbach berada?
Air terjun ini tempat Holmes dan musuh bebuyutannya Professor Moriarty berkelahi. Dan keduanya juga mengakhiri kisah hidup mereka di sana, jatuh dari atas sebuah beranda dengan air terjun bergelora di bawahnya. Meluncur dari mulut sebuah puri, berlatar gunung bersalju di belakang.
Sungguh cantik, megah dan mendebarkan!
Apa lagi ketika air terjun di sorot dari bawah. Saya ternganga. Siapa yang cukup gila membangun istana di tempat seperti itu?
Mendengar saya terus mengigau, si bungsu menasehati agar tak perlu terlalu dipikirkan. ” Ngapain sih pusing-pusing? Itu kan special effect denga software komputer”
Ya sih gak usah ikutan pening. Wong cuma penonton kok. Tapi sampai di rumah saya melanjutkan dengan mencari informasi lewat Google.
Daftar Isi
Reichenbach Falls Asli – Gak Usah Penasaran
Adegan perkelahian yang menewaskan Holmes dan Moriarty itu berlangsung tatkala Peace Summit di Switzerland. Jadi saya cari lewat judul film dan nama negara itu. Itu yang membawa saya pada Reichenbach Falls di Jerman.
Sama seperti air terjun manapun di dunia Reichenbach waterfall jatuh dari gunung. Eh tidak ada bangunan diatasnya. Loh? Terus?
Oh rupanya hanya kebetulan saja Sir Conan Doyle, menggunakannya sebagai latar tempat kematian Holmes. Itu tertuang dalam cerpennya The Final Problems yang diadaptasi untuk film ini. Jadi air terjun tersebut tidak lewat mulut garasi puri yang menempel pada batu karang di gunung Alpen.
Bentuk air terjunnya aslinya ternyata kecil saja seperti Air Terjuan Way Lalaan di Lampung. Kecewa dong saya? Banget!
Baca di sini tentang: Pesona Air Terjun Way Lalaan Lampung
Tetap Kagum Pada Reichenbach Falls dalam A Game of Shadows
Saya masih ngotot berdecak kagum. Kali ini kepada Framestore, perusahaan yang berkutat dalam visual effec. Air terjun yang mengalir dari mulut puri khusus dibuatkan untuk Guy Ritchie (sutradara film ini). Jadi sekarang saya kagum pada kerja profesional yang memungkinkan visual effect dramatis seperti itu.
- Baca juga:
Tangisan Dewi Anjarwati di Air Terjun Coban Rondo - Devi’S Fall Pokhara dan Gua Gupteshwor Mahadev
- Wajah Air Terjun Lembah Anai
Penampilan adegan rasanya tak sampai satu menit, namun mereka berbulan-bulan menjelajahi Switzerland dan Norwegia untuk mencari air terjun yang pas untuk di shoot. Gara-gara Reichenbach asli tidak memenuhi syarat, saya pun tak jadi kagum, mereka menjelajah puluhan air terjun lainnya.
Setelah membuat ribuan foto dan video dari air terjun asli pekerjaan diteruskan di studio. Dirajut frame demi frame akhirnya jadi seperti dalam Sherlock Holmes : A Game of Shadows. Aye!
Masih banyak yang membuat saya kagum di film ini. Visual effectnya benar-benar keren. Seperti perkelahian di kereta, perang peluru saat rombongan Holmes melarikan diri dari kejaran anak buah Mortiarty.
Menurut saya yang sok tahu kekuatan film ini memang di sini, visual efek. Walau Robert Downey Jr, Jude Law dan Jared Harris juga bermain sangat bagus. Bisa dimaklumi jika ongkos pembuatannya pun sangat mahal. Tapi untuk film yang saluran distribusinya ke seluruh dunia tentu saja biaya tersebut bukan masalah.
Berharap Film Indonesia Juga Nanti Juga Bisa Seperti Ini
Saya bukanlah penggemar film. Namun setelah diskusi soal visual effect dengan si bungsu yang berminat masuk sekolah perfileman nanti, jadi agak serius memikirkan industri film dalam negeri.
Saya pikir anak-anak negeri ini juga pasti sanggup bermain dalam dunia visual effect yang aneh-aneh seperti itu. Di Jakarta sudah banyak sekolah bagus untuk mempelajarinya. Namun kalau peredaran filmnya cuma dalam negeri, menggunakan milyaran dollar tentu saja tidak worth-ed sama sekali. Gak akan balik modal boro-boro untung. Kalau sudah begitu dari mana biayanya untuk membuat film bermutu berikutnya?
Inikah dilema yang sedang di hadapi insan perfileman nusantara sehingga film kita tak kunjung menjadi tuan di negeri sendiri? Kalau ya sepertinya kita semua harus belajar jadi pedagang. Karena membuat karya bagus saja tidak cukup tapi harus juga mampu menjualnya. Dan jualannya tidak saja dalam negeri karena cakupannya kurang luas tapi juga harus keluar negeri seperti Hollywood yg merambah dunia lewat film-film mereka.
Bagaimana pendapat teman-teman tentang Reichenbach Falls dalam A Game of Shadows Ini?
Salam,
–Evi
26 comments
Belom nontoooonn…..
Kerenan mana Robert Downey sebagai Stark atau Holmes?
Kalau aku gak nonton The Avengers Mas Nando, jadi gak bisa komentar penampilan Downey disana..:)
Iyaaa….scene itu pdhl cepet bgt ya Uni, tapi bener2 ‘nempel’ di ingatan saking ajaibnya *lebay dot com*. Skrg film kita udh mulai ada yg bagus2 kok Uni, ga melulu yg…begitu itu tuuuh he he, malah the Raid kabarnya direkomendasikan oleh Times sbg film wajib ditonton di 2012. Mudah2an aj film2 berikutnya juga bs mendunia 🙂
Alhamdulillah mudah2an film kita jg bisa di jual keluar setelah dpt apresiasi bagus di dalam ya Mb Orin. Minimal bisa ikut jejak Bollywood dulu deh sebelum Hollywood 🙂
jadi pengen nonton….aku ketinggalan nih
Mari kita nonton Mbak Ajeng 🙂
sherlock homes memang luar biasa, kayaknya si sutradara bisa buat mesin waktu beneran deh, hehe
Pasti bisa Mas, lewat pikiran kita 🙂
hooo..keren..
kaguumm..
Emang keran habis Jeng..Terpesona deh pokoknya, kok ya mereka kepikiran begitu ya 🙂
Mba Evi berdecak kagum… Terima kasih para pembuat special effect yang telah membuat Mba Evi terkagum kagum…
Ada satu catatan. mba Evi memikirkan andaisaja ada yang membuat bangunan seindah ditempat itu.. imajinasi yang luas biasa lho Mba dan biayanya pasti bannyyyak..
Haha..Iya Mas Choirun, takjub nian melihat kok ya orang bisa membangun gedung spektakuler itu di di dinding batu karang. Emang ada sih contohnya di dataran Tinggi Petra, namun bukan merupakan istana sprt dlm film ini. Sesekali menyenangkan imajinasi ala kanak2 asyik jg walau cuma sebatas penikmat 🙂
SDM unggul, modalnya kuat, klop bangetss. Karya ciamik pula, manteb dh.
Indudtri film mereka kan emang sdh terasah bersama waktu Mb Lia 🙂
Minggu depan nonton ah……
Mareee Mas Toto 🙂
kembali lagi pada kebijakan pemerintah….^_^, tapi peran negara-negara berkembang juga cukup dibuat repot dengan hanya sebagai tempat peredaran jualan dari negara industri maju…khusus film, “popularitas” dan kepercayaan publik dunia sudah masing2 terkonsentrasi pada beberapa “biji” negara ^__^….cukup sulit memang walau bisa saja ada kemungkinan, membangun citra dan kepercayaan dari komunitas negara2 maju oleh negara dari dunia ketiga ini…
Dengan konsep pasar global sekarang, kalaupun mau, pemerintah tak bisa main proteksi saja. Seperti beberapa waktu lalu dng menaikan pajak film, malah galakan mereka kan?
Kalau produksi luar, walau dipadu pakai spesial efek tapi biasanya tetep mencari referensi dari dunia nyata ya Mbak…
Bener2 kerja total dan sekaligus profesional.
Betul Mas, mereka menampilkan realita yg dipoles. Sprt dalam film Avatar yg menghebohkan itu. Cantik nian pan
kalau aku sih yakin aja Vi,
nanti satu saat pastilah ada film yg akan dibuat oleh anak negeri ini yg memakai visual effect yg luar biasa
siapa tau malah melebihi visual effect film2 hollywood, who knows?
salam
Iya Bunda, generasi muda Indonesia pasti juga bisa membuat visual2 canggih asal ada prasana dan dananya. Yang kurang untuk saat ini mungkin kemampuan memasarkan kali yah..Gak usah jauh-jauh, membangun citra agar orang Indonesia bangga nonton film karya anak negeri mungkin butuh waktu bertahun-tahun pula 🙂
eh Holmes-nya tewas akhirnya Bu?
aku belum nonton film ini, hujan bikin malas untuk beranjak keluar rumah 🙁
Kalau gitu aku keep saja ya Miss Titi, ntar kalau diceritakan akhirnya gak seru dunk..Tapi sebagai clue, Hollywood bermain dalam psikologi massal, memberi kepuasan massal, mereka lebih suka membuat pertanyaan terbuka ketimbang memberi jawaban pasti. Dengan tujuan, tentu saja orang akan balik nonton Sherlock Holmes lagi. Hayaaaahh..Ini sama saja dengan sudah menjawab yak …
saya juga gak tahu mbak~
yang jelas saya suka kagum kalau visual effectnya mendebarkan *_*
cling~
Benar-benar keren habis ya Mbak..Sesekali ninggalin realita melalui penikmatan visual effect asyik juga 🙂