Elastisitas Permintaan 6 Strategi Pemasangan Harga – Jika tiba saatnya menentukan harga, besar kecilnya perusahaan tidak menentukan. Karena harga merupakan satu-satunya elemen marketing yang berpengaruh langsung pada keuntungan perusahaan. Baik Arenga Indonesia atau pun Indofood akan sama gelisahnya berhadapan dengan persoalan ini. Apakah harga produk yang akan di jual sudah tepat? Apakah akan membuat konflik di benak konsumen? Bagaimana konsumen memandang produk itu setelah ditempeli harga?
Tapi apapun itu, harga produk/jasa selalu di pengaruhi oleh 5 komponen yaitu Elasitas Permintaan, Produks Subtitusi, Hukum Permintaan Penawaran, Campur Tangan Pemerintah, Struktur Pasar.
Karena luasnya tema yang dibahas maka dalam note ini saya hanya membatasi diri pada komponen pertama saja yaitu:
1.Elastisitas Permintaan
Ini masih lanjutan cerita kelas Sawangan soal pengalaman Pak Herry Soebiantoro ketika di kirim Indofood ke Saudi Arabia dalam rangka meningkatkan penjualan produk-produk mereka. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data penjualan di outlet-oulet di seluruh kota. Dari data yang terkumpul muncul satu mapping yang yang darinya dapat dilahirkan satu startegi kebijakan pricing baru yang berujung pada kenaikan revenue.  Item yang laris di tambah stocknya dan harganya dinaikan. Sementara yang tidak begitu moving di tahan sementara di gudang.
2. The Mass Market Pricing
Strategi seperti yang di lakukan Pak Herry disebut The Mass Market Pricing. Ini adalah satu kebijakan yang dapat dilakukan terhadap produk massal yang sudah terstandarisasi dengan menaikan volume penawaran, harga murah dan didistribusikan melalui beberapa lokasi pasar .
3. Niche Market Pricing
Tapi kebijakan pricing melalui Elasitas Permintaan tidak hanya melalui cara ini.Ada lagi yang disebut sebagai Niche Market Pricing. Ini kebalikan dari The Mass Market Pricing, kebijakan penetapan harga khusus untuk produk2 eklusif, sangat unik dan berbeda, di design untuk pelanggan tertentu dengan volume yang sangat terbatas. Ongkos produksinya juga tinggi untuk setiap itemnya. Disini harga terbentuk baik karena nilai tambah produk tersebut ataupun persepsi pelanggan  terhadapnya. Contohnya mungkin bisa di lihat kepada kasus tas Birkin.
4. Premium Pricing
Sebetulnya Pak Herry tidak membahas topik Premium pricing dari Elastisitas Permintaan 6 Strategi Pemasangan harga ini. Maklum lah ketika itu audiensnya kan para UKM (usaha kecil (mimpi omsetnya) milyaran):). Tapi demi melengkapi tema Elasitas Permintaan dalam note ini, dan memperdalam pemahaman saya soalnya, ini harus dituliskan juga.
Strategi Premium Pricing ini masih bermain di ceruk pasar.Strategi yang digunakan adalah memposisikan suatu produk untuk pasar premium, dengan kata lain pasar yang dituju adalah mereka yang mepunyai daya beli sangat tinggi. Alasan mereka belanja semata-mata karena pengaruh prestise produk tersebut terhadap status sosial mereka baik karena imagenya maupun harga yang ditawarkan .
Strateginya dimulai dari membangun premium brand image dan harga produknya tentu harus lebih mahal dari produk sejenis. Penerapan strategi ini bisa dilakukan melalui pengamatan cermat terhadap perilaku belanja target pasar.
5. Value Added Pricing
 Strategi pemasangan harga lewat value added pricing adalah cara menetapkan harga sedemikian rupa yang mewakili nilai produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Ambil contoh gula semut aren yang value addednya sudah lebih tinggi dari gula aren cetak. Sebagai supplier kami harus bisa memperkirakan berapa banyak keuntungan moneter yang akan diterima konsumen dibanding jika mereka harus menggunakan gula cetak. Memakai gula cetak disamping kadar airnya masih tinggi, berdaya simpan rendah, gampang jamuran begitu juga dengan kadar kotorannya juga relatif lebih banyak. Sudah begitu perlu pula mengiris atau mencincang. Jadi proses pemakaiannya relatif lebih ribet.
Proses pengerajaan gula aren cetak tersebut menjadi gula semut membutuhkan sejumlah biaya. Taruh lah misalnya biaya pengerjaannya Rp. 1.000/Kg. Sebagai supplier kami harus bisa memberikan harga di bawah nilai tambah ini, misalnya jadi Rp.600/kg. Hanya dengan cara cara ini konsumen akan merasa layak menggunakan produk gula semut aren ketimbang gula cetaknya.
6. Perceived Value Added Pricing – Yang Terakhir dari Elastisitas Permintaan – 6 Strategi Pemasangan harga
Perceived value timbul karena konsumen hendak mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari.Misalnya beberapa produk di beli untuk mencegah bahaya dan mengurangi resiko terhadap kerusakan dan kehilangan. Ujud produknya berupa alat-alat keselamatan kerja, system alaram dan asuransi. Produk-produk ini tidak mempunyai nilai sebelum digunakan. Jadi harganya ditentukan oleh persepsi yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Contohnya harga premi asuransi kesehatan tentu lebih murah untuk pelanggan bersusia muda. Semakin tinggi usianya semakin premium harga preminya. Sebab perusahaan asuransi sudah memprediksi bahwa dengan menanjaknya usia semakin tinggi pula resiko kesehatan nasabah yang harus mereka tanggung.
Semoga Elastisitas Permintaan – 6 Strategi Pemasangan harga ini membantu teman-teman yang kebetulan mampir ke blog ini.
Bersambung…
Baca juga: