Ibu pernah mengajukan pertanyaan mengenai pilihan bisnis gula aren yang saya lakukan. ” Kenapa sih memilih jadi pengusaha gula aren, bukannya bisnis beras atau sembako yang jelas dibutuhkan semua orang? Bahkan seseorang yang daya belinya berada di bawah titik terendah sekalipun pasti akan belanja beras atau sembako?”.
Maksud ibu adalah kalau saya memilih jadi pedagang sembako, bisnis ini tak akan ada matinya. Cash flow pasti lancar dan saya tidak usah takut kekurangan supplier dan pelanggan. Tidak seperti sekarang selalu ketar-ketir mengenai pergerakan supply and demand gula aren yang tak menentu.
Role Model Toko Kelontong dan Rumah Besar
Awal niatan Indra berhenti sebagai profesional, kami memang berkeinginan membeli kios di pasar. Tujuannya apa lagi selain menjual sembako. Jalan pikiran yang sama persis dengan ibu. Selama orang masih mengkonsumsi nasi, butuh minyak goreng dan kecap sebagai perlengkapan makan nasi, selama itu pula uang akan mengalir pada kami. Jadi pilihan bisnis gula aren memang tak terpikirkan banget saat itu.
Baca juga Toko Oen Semarang dan Eskrim Nostalgia
Apa lagi sewaktu remaja punya role model, Chandra. Pedagang sembako sukses di Pasar Cisalak. Saya selalu terpesona berada dalam tokonya yang besar. Serba ada dan lengkap dengan aromanya yang khas. Antara minyak goreng, mentega, gula dan kacang-kacangan. Bau yang membuat saya mengidentifikasikan sebagai aroma sukses.
Selain itu rumah Chandra yang tidak jauh dari pasar, suka membuat khayalan saya melayang-layang tak karuan. Bangunan besar dengan pagar tembok tinggi dan besi yang kokoh membuat saya suka menjulurkan leher. Tinggi badan sepertinya hanya memampukan saya melihat ke bagian paling atas bangunan, genteng.
Baca juga PAVILIUN INDONESIA DI WORLD EXPO MILANO 2015
Sambil lewat saya mulai menebak-nebak isi di dalamnya. Saya juga berpikir kalau Chandra pasti punya sesuatu yang diinginkan semua orang namun tidak semua orang mampu mendapatkannya! Jadi saya mengerti mengapa ia membutuhkan barikade yang mirip penjara itu.
Wajarkan jika saya pun akhirnya bercita-cita pengen punya toko sembako?
Terdampar Pada Pilihan Bisnis Gula Merah Aren
Bisnis sembako memang tidak akan pernah mati.Tak bisa di pungkiri banyak orang kaya karena menjual sembako. Bahkan Hj. Amir yang kalau mendengar aksen bicaranya orang bisa langsung menebak dia dari betawi pinggiran, hanya khusus jualan beras. Namun siapapun tahu ia sanggup berhaji berkali-kali dan membelikan rumah untuk tiap lima anaknya.
Baca juga Mengapa Kita Membingkai Dunia
Cuma masalahnya yang berpikiran seperti ibu dan kami juga tidak sedikit. Bisnis warung sembako terlalu mudah dimasuki. Bahkan sebagian besar para PHK-wan memulai binisnya dengan julan sembako. Tidak hanya di pasar, setiap sudut di kampung-kampung dan perumahan berdiri warung sembako. Ah terlalu banyak rival! Setelah penjara, masuk gerbong ramai-ramai itu jarang sekali menarik minat, terutama saya.
Memasok Gula Merah
Lalu suatu hari Indra bertemu artikel tentang sebuah industri makanan yang tiap tahun selalu ‘menjerit’ kekuarangan pasokan gula merah. Terus kami mulai gerilya mencari calon mitra yang akan memasok, bertemu dengan sumber, mata kami menukik dan mencari-cari pembenaran mengapa orang menggunakan gula aren dan bukan gula kelapa atau gula pasir.
- Baca juga:
- Bisnis Arenga Palm Sugar
- Mengapa Harus Gula Aren Organik
- Awal Kisah Perjalanan Bisnis Kami
- Desert Flower Kisah Perjalanan Seorang Model
” Kita harus bisa mulai dari sini…” Kami berpikir serentak. Dan di sinilah kami hari ini. Rasanya pilihan bisnis gula aren itu sebagai petunjuk dalam kami melangkah. Sekarang tidak bisa berhenti dan terus mendaki dari dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya.
May Allah SWT always show his kindness, bless us, and make his face shine on us. Amin…
Ingin kenal kami lebih banyak lagi? Follow aja Arenga Indonesia di https://instagram.com/arengaindonesia