eviindrawanto.com — Walau tidur agak larut usai Eksplorasi Kuliner Kandangan, adzan subuh menjagakan saya dari tidur lelap. Sisa hujan semalam terlihat dari jendela yang berkabut. Di luar masih remang-remang. Namun berbagai kegiatan masyarakat sudah terdengar. Dari suara motor, mobil sampai percakapan. Maklum Hotel Rakat Mufakat tempat Horee Advantour Team menginap tepat di tengah Pasar Los Batu Kandangan. Bahkan dari balkon bisa terlihat aktivitas perdagangan di bawah. Alasan kami melakukan Jelajah Pasar Los Batu Kandangan ialah mengenal cara hidup orang Banjar melalui makanan yang mereka konsumsi. Dan kami menemukan aneka buah unik dan ikan papuyu di sini.
Bapak Penjual Buah Kalangkala
Pasar Los Batu Kandangan buka 24 jam. Namun khusus untuk bahan makanan segar kegiatan mulai berdenyut sekitar pukul 3 pagi. Di bawah bayang-bayang lampu yang tidak begitu terang jelajah kami mulai dari bagian sayur-mayur. Mata langsung terpesona menatap warna-warni sayur dan buah segar, bergeletakan di keranjang maupun di gelar di tikar seakan mereka langsung dari kebun. Saya bergerak menyusuri jalan namun juga terbenam dalam pikiran. Pasar adalah tempat pertemuan banyak orang, tempat mengalir berbagai kisah. Kalau di gali akan banyak sekali cerita yang akan muncul ke permukaan.
Membayangkan ini terbetik keriangan. Ini seperti Surga Kecil di Pojok Indonesia. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang duduk di muka lapak masing-masing tersenyum saat tatap kami bersirobok. Keramahan itu terjaga sekalipun mereka sedang melayani pembeli, merokok, ngobrol dengan tetangga atau sedang menyiangi sayuran. Mereka tidak keberatan di foto maupun menjawab semua pertanyaan remeh-temeh yang saya ajukan. Bahkan beberapa orang yang merasa belum saya potret minta difoto. “ Sia-siap kita mau masuk Metro TV ..” Kata seorang Bapak. Membuat saya jadi geli membayangkan kelakuan kami. Coba saja sementara mereka sibuk dengan barang dagangan kami anggota Horee Advantour juga sibuk petentang-petenteng dengan camera masing-masing. Bahkan Dunia Indra shooting dengan handy-cam-nya.
Sekalipun tangannya sibuk memotong sayur umbut kelapa, ibu ini tetap ramah melayani pertanyaan saya.
Daftar Isi
Makanan Unik dari Jelajah Pasar Los Batu Kandangan
Bersentuhan dengan sistem sosial yang kemungkinan besar sama tuanya dengan Suku Banjar itu memberi saya sedikit kedalaman. Ini lah tempat paling tepat mengetahui makanan khas penduduk Kalimantan Selatan. Ini juga tempat yang tepat mengetahui endemik tumbuhan dan hewan pulau ini. Alasan seperti ini saya gunakan semena-mena, terutama kalau masuk pasar dengan nenteng-nenteng camera bukan bermaksud belanja. Apa lagi bahan makanan yang saya lihat di Pasar Los Batu Kandangan ini tak ditemukan di Serpong. Aneka buah unik itu meliputi buah Kalangkala, Luing Ramania, Tarap, Kepayang dan Binjai. Buah kalangkala dan binjai yang bercita rasa asam digunakan untuk membuat sambal. Sementara Tarap yang diolah menjadi Jaruk Tarap (tarap yang diasinkan) berfungsi sebagai sayur. Ada pula digoreng untuk lauk. Saya pun bersirobok dengan Buah Kepayang ( Kluwek) muda yang bila dimakan berlebihan bisa membuat orang mabuk kepayang (mabuk). Biji kepayang tua digunakan untuk bumbu masak sementara daging mentahnya di Hulu Sungai Selatan dijadikan sayur.
Memang masyarakat Indonesia yang diberkati negeri tropis memanfaatkan banyak sekali tumbuhan sebagai bahan makanan. Termasuk Kolang-Kaling Penyeimbang Menu Berlemak yang terlihat juga penjualnya nyempil dekat penjual sayur mayur.
- Baca juga di sini : Sayur Rambanan Khas Bali
Buah Kepayang yang bisa membuat orang mabuk kepayang. Ibu penjualnya menyuruh kami mencicipi dengan mencelupkannya ke garam berbumbu..
Buah Binjai mirip mangga dan buah kemang. Rasanya asam. Cocok untuk mempengaruhi rasa sambal yang pedas
Buah tarap mentah sampai matang
Jelajah Pasar Los Batu Kandangan diteruskan, dari pasar sayur bergerak ke bagian makanan jadi. Matahari perlahan menyibak keremangan. Sekarang mata menatap lebih jelas berbagai wadai yang pernah saya tulis dalam Eksplorasi Kuliner Kandangan. Selain dikemas untuk di bawa pulang, di tengah pasar terdapat warung untuk menikmati di tempat. Lengkap dengan kopi dan teh. Uniknya di Kalimantan Selatan pengunjung Warung Kopi bukan hanya kaum lelaki. Di sini sebelum belanja atau beraktivitas hal yang lumrah bila perempuan mampir dulu di warung kopi. Duduk melingkari meja yang di atasnya terhidang berbagai kudapan. Comot mana yang suka lalu hitung setelah selesai. Kebiasaan ini unik ini saya lihat tidak hanya di pasar melainkan juga di tepi jalan atau di warung-warung dekat rumah tinggal.
Ikan Papuyu
Bertemu Ikan Papuyu
Jelajah Pasar Los Batu Kandangan juga membetot memori masa kecil ke permukaan. Ingat sawah dan kolam di samping dan belakang rumah nenek di Minangkabau sana. Saya ini veteran penangkap ikan Puyu lho! Di Banjar namanya ternyata mirip: Papuyu. Bersirip tajam, bersisik kasar, kepala keras, warna hijau kegelapan, dan suka bersembunyi dalam lumpur. Di kampung saya ikan ini sudah punah. Mungkin tidak tahan terhadap hajaran pestisida sawah.Namun di sini rupanya dibudidayakan. Melihat badan Papuyu yang gemuk-gemuk di Pasar Kandangan ini terbit rindu pada nenek. Beliau lah yang paling piawai menggoreng atau membuat palai (pepes) ikan Puyu di keluarga kami.
Hari semakin siang. Makin banyak yang dilihat makin bersyukur telah dikarunia kesehatan. Memang selama eksplor Kalimantan Selatan berkali-kali saya berterima kasih pada kaki yang jarang protes kemanapun diajak melangkah. Kalau tidak mana mungkin memuaskan rasa ingin tahu terakhir kali pada Ikan Haruan, ikan paling ngetop di Kalimantan Selatan karena ada di mana-mana. Di nasi kuning maupun di ketupat kandangan. Dari Pasar Kandangan ini kami bergerak menuju Loksado.
@eviindrawanto
Related Post for Visit South Kalimantan :
56 comments
Itu buah buahan khas Kalimantan, kayaknya gak ditemukan ditempat lain.
Minyak goreng dari buah kluwek enak. Cara membuat minyak dari buah kluwek prosesnya sama dengan membuat minyak dari kopra. Eh, beda dikit. Untuk memeras minyak dari buah kluwek harus dikempa. Sambal cabe ijo enak sekali diberi minyak buah kluwek.
Ikan papuyu maknyuss kalo dibakar. Wah telur ikan bikin selera, hehe…
Posting uni Evi ini bikin saya akan Kandangan, masih terbayang makan ketupat dengan ikan haruan sewaktu sarapan pagi.
Semoga suatu saat balik ke Kandangan lagi Pak @alris 🙂
waaah…..sepertinya enaaak ya mbaa…nama buahnya banyak yang unik..aku pasti semangat cicip sana cicip siniii hehehe :)..seruu
Semoga suatu saat bisa ikutan jalan dengan Mbak Indah..Jadi tambah banyak ketemu bahan-bahan makanan aneh. Amin 🙂
yups…benar sekali..ikan haruan ikan paling ngetop se kalsel…saya jadi ngiri sama mak Evie ini,,,,sudah menjelajah kemana-mana selama di kal-sel….sementara saya yang sudah hampir tiga tahunan wara wiri makassar – kalsel…belum bisa menjelajah kemana-mana….,
keep happy blogging always…salam dari Makassar 🙂
Semoga suatu saat berkesempatan menjelajah Kalsel lebih banyak Pak Hari. Amin 🙂
Salam dari Tangerang Pak
itu buah-buahnya kok saya gak pernah lihat ya…
Emang buah gak umum sih di Indonesia Mas Ryan..Kelihatannya di ada di Borneo saja..:)
Berusaha keras ingat-ingat lagi nama-nama buahnya, tapi lupaaa… Dan ternyata tante menuliskannya secara detail di sini. Izin nyontek dikit ya hehehe
Hahaha, aku juga boleh nanya ke Mas Alvian @visitkalsel, Mas Halim. Jadi monggo, silahkan di copy…
wah buah-buahannya asing bagi saya. nah buah asli ini harusnya dibudidayakan ya, biar gak hilang
Karena untuk memenuhi hajat hidup orang banyak, semoga buah-buah endemik ini dibudidayakan ya Mbak Hastira 🙂
Menarik Mbak! Pasar adalah denyut nadi sebuah kota. Disitulah terkadang budaya membaur dengan cantik.
Betul banget Mas Efenerr, bauran budaya yang tak dipaksakan, terjadi secara alami…
Asik banget jalan-jalan ke pasar tradisional. Saya kalau pergi ke suatu tempat selalu saya sempatkan ke pasar tradisional.
Waaah belum kenal semua nama2 makanan ini.
Menggunakan nama-nama daerahnya Mbak Lusi 🙂
sepertinya buah2annya tdk ada di pulau jawa ya…. semuanya asing, saya belum pernah tahu, lihat ataupun mencicipi.
Ini buah-buahan endemik Kalimantan sepertinya Mbak Susanti 🙂
Keren-keren fotonya ! Bikin aku jadi pengunjung tetap blog ini … *biarpun seringnya malas komentar hihi..
Hahaha..Lain kali harus komen..Enggak boleh enggak Mak Tanti…
Ikan payuyu aku baru denger lho, jadi pingin nyobain pepes ikan payuyu 🙂
Ayo ke Kalsel Mas Cumi..Banyak ikan Papuyu di sana 🙂
Jalan2 ke pasar itu memang menyenangkan ya Mbak. Apalagi di daerah yang belum pernah kita datangi.
Sambil lihat2 produk yang tak ada di pasar kita juga, Teh Dey. Studi banding hehehe
Dua jenis ikan yang disebut mbak Evi disini, sama sekali belum pernah saya dengar…hm, jadi ngebayangin, gimana ya rasa ikan papuyu dan ikan haruan itu…
Ikan haruan sih relatif mudah ditemukan Mbak Irma. Di pasar jika kita sedang beruntung sering melihat ikan gabus segar, kan? Mereka adalah ikan yang sama. Yang langka memang ikan Papuyu 🙂
Kangeeeen dengan semua yang disebut di atas kecuali kalangkala karena saya enggak suka 😀
Jaruk tarap itu favorit saya banget, ketupat kandangan juga, iwak papuyu juga. Sambal terasi dikasih binjai, wuaah… itu nikmat tiada tara. Hehehee…. Saya asal Barabai, Mak. Kota tetangganya Kandangan. Salam kenal 🙂
Kandangan dan Barabai saudara kandung. Dua kota dengan satu bunda.
Salam kenal Mbak Hairi 🙂
Paling seru bila kita dapat mengeksplore sebuah pasar tradisonal di suatu daerah, banyak hal yang dapat kita temukan di lokasi tersbut seperti di pasar los batu kandangan ini ya mba.
Bahkan terkadang isinya membuat kita sangat surprise Pak Indra. Seperti pertemuan saya dengan ikan Papuyu 🙂
Selalu ada bnyak kesamaan dari keberadaan pasar2 yg ada di nusantara terutama dr waktu2 saat penjual mulai ramai membuka barang jualannya.
Seasia, menurut saya tipikal pasar tradisionalnya sama, Mas..Mungkin karena budaya yang serumpun kali ya…
Uni Evi, terima kasih diajak jelajah pasar…..menyusuri pasar lokal menggamit produk lokal, terpikat dengan buah kalangkala, betapa kaya Nusantara….
Frankly speaking aku baru pertama melihat buah Kalangkala, Mbak Prih. Kalau tak datang ke Pasar Kandangan kemungkinan buah khas Kalimantan ini gak akan masuk dalam radar perhatianku 🙂
Wuiiiiih, bagus Mba Evi artikelnya. jadi membayangkan serunya berpetualang bareng tim Horee Adventournya…
Horee Advantour ini teman perjalanan yang asyik, Mas Dani. Mereka punya kemampuan tertawa, yang kurang seru jadi seru, yang gak asyik jadi asyik 🙂
Jelajah yang sangat menarik…
Pasar, memang tempat bertemunya semua orang, sifat, dan barang apapun…. dan ceritanya pun banyaaaakkk..
Banyak suka dan duka di sana, Mbak Zizy 🙂
Buah-buah lokal memang unik. Semoga tetap lestari keberadaaannya ya ^__^
Kita harapkan begitu Mbak Aira. Keragaman pangan relatif lebih aman bagi kelangsungan hidup umat manusia, ketimbang satu atau dua jenis pangan saja 🙂
Waaah banyak buah-buahan yang belum saya kenal. Betulkah bikin mabuk kepayang..?? hehe
Asyik ya jalan-jalannya, jadi bisa tau berbagai ragam kekayaan daerah tertentu.
Jalan-jalan tambah membuka mata kita Mbak Dewi, betapa beragamnya cara hidup umat manusia..:)
Papuyu Samu dan Papuyu wadinya menggiurkan Mak. Semenjak kecil saya sudah terbiasa makan ikan ini agar durinya tidak nyangkut di kerongkongan/tenggorokan. Barangkali ada benarnya kalau makan tidak boleh mengobrol sebab bisa-bisa duri nyangkut (ketulangan)
Sama ya kita Mak Tri, tubuh kita disumbang ikan Papuyu hehehe..
Entah gimana ya rasa Papuyu Wadi itu..Namun dalam kenanganku ikan ini enak banget rasanya 🙂
Sebagai pecinta sambal, jadi penasaran sekali sama sambal yang dikasih buah binjai ini, Mbak. Sepertinya enak.. bayanginnya aja udah ngiler haha.
Sambal di Kalimantan pedasnya gak main-main Mbak Anggun. Sepeetinya menggunaka cabe rawit kecil yang pedasnya emang luar biasa itu lho. Maka kehadiran Binjai untuk menurunkan kadar capsaicinnya 🙂
team Horee
Horee Advatour Team menggila di Kalsel 🙂
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Evi…. jika diperhati semua buah yang disebut dan difotokan itu juga ada di Sarawak, mbak. Kita serumpun di Pulau Borneo yang hanya dipisah oleh sempadan merupakan tanah yang sama. pasti tumbuhannya juga sama cuma berbeda nama tetapi tidak jauh bunyinya. Contohnya; Engkalak (Kalangkala), Terap (Tarap), Binjai dan Kepayang itu sama. Ikan Puyu (papuyu). Begitulah, mbak sedikit info dari saya di Sarikei, Sarawak. 🙂
Waalaikumsalam salam Mbak Fatimah.
Iya Borneo bagian Malaysia dan Indonesia hanya dipisahkan oleh garis politis Mbak. Sementara adat, cara hidup, dan yang menyangkut sumber makanan tidak bisa dipisah oleh garis itu..Borneo secara hakiki sebetulnya tak mengenal Indonesia atau Malaysia. Borneo adalah Borneo yang eksis dengan segala kekayaan alamnya unfuk kita nikmati bersama.
Terima kasih atas tambahan infonya ya Mbak.
Salam manis dari Serpong 🙂
Betul itu mbak. Malah senang bisa berkongsi cerita yang sama dengan segala yang ada di bumi Borneo ini. Hanya garisan sahaja yang memisahkan tetapi flora dan faunanya menjadikan kita mempunyai banyak persamaan untuk dikisahkan. Sekarang ini musim durian, buah engkalak, rambutan, langsat dan dabai di Sarawak. Salam manis selalu dari Sarikei, Sarawak.
Mbak Vi… baru ngeh kalau kepayang itu kluwek muda. Agak takut2 kemaren saat nyipip. Takut khilap eh takut mabok keoayang.
Takut khilap ya Mbak Don? #lirikdancari-cariimam hahaha
buah-buahan yang asing buat saya. Mbak EVi apa kabar? kangen berkunjung kesini
Hallo Mbak Lid. Kabarku baik alhamdulillah. Dirimu sekeluarga juga kan. Insya Allah suaminya Mbak Lid juga sudah pulih kembali ya. Amin 🙂