Garut sebagai kota di Jawa Barat sudah sangat terkenal. Berkat kecantikan alam dan budayanya, tiap tahun ribuan wisatawan berduyun-duyun datang ke sana. Tapi Garut sebagai umbi yang enak dimakan? Rasanya tak banyak yang tahu.
Revolusi hijau memang mempersempit ruang terhadap keaneka ragaman tumbuhan. Terutama desakan ekonomi-politik yang mengkondisikan ketergantungan kita terhadap beras dan tepung gandum, telah memaksa beberapa tanaman lokal terlupakan. Termasuk umbi garut yang sebetulnya memiliki kandungan nutrisi lengkap dan beberapa khasiat.
Dalam sebuah eksibisi tentang makanan baru-baru ini, saya semakin sadar betapa banyaknya tanaman lokal yang tidak termanfaatkan. Kita kaya dan dianugerahi oleh keragaman hayati namun mengimpor hampir seluruh makanan utamanya. Begok banget kan! Untunglah beberapa UKM yang memiliki misi khusus (tak sekedar mencari keuntungan), yang salah satunya mengusung merek Kainara, memproduksi cookies dan makanan sehat lainnya untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Garut hanya salah satu umbi lokal yang mereka manfaatkan untuk camilan anak-anak hiperaktif dan autis.
Saya menyokong club penggembira yang apa-apa tak harus bergantung pada pemerintah. Maka amat gembira bahwa semakin banyak saja teman-teman UKM yang bergerak dimakanan memanfaatkan sumber daya lokal sebagai bahan baku usaha mereka. Bila mereka menggunakan tepung, terigu tak harus selalu jadi bahan utama. Tepung singkong, tepung ganyong, tepung labu kuning dan sekarang garut bisa dijadikan alternatif dalam mengembangkan kreatifitas.
Dan kreativitas merupan jalur tol dalam transformasi atau pengembangan diri