Teman-teman sudah mendengar tentang Pos Lintas Batas Negara atau PLBN Skouw terpadu, bukan? Iya area lintas batas negara NKRI-Papua Nugini. Sebelum pandemi covid -19 merebak tempat ini hits. Sampai pernah digelar Festival Cross-border Skouw 2019. Memperkenalkan tapal batas kepada masyarakat bawah PLBN Skouw Destinasi Baru Ujung Timur Indonesia sekarang membanggakan. Makanya banyak wisatawan datang, ingin menjajal gimana rasanya berada di perbatasan dua negara.
Selesai menghadiri Festival Lembah Baliem, menjelang terbang kembali ke Jakarta, saya dan teman-teman menyempatkan diri melihat perbatasan NKRI-Papua Nugini ini. Terletak di distrik Muara Tami Kota Jayapura Papua ini, sekitar 90 menit perjalanan mobil dari Jayapura.
Baca juga seluruh : Perjalanan saya ke Papua di sini
 Tapal batas negeri yang dulu sering dihina-hina. Baik karena buruknya sarana maupun kumuhnya lokasi dibanding milik Papua Nugini. Belum lagi dianggap berbahaya karena aktivitas separatis yang ingin merdeka dari Indonesia. Pada tahun 2017 citra itu berubah dengan diresmikan kegunaannya oleh Presiden Jokowi. Dan bernaran, saya pun ikut bangga melihat PLBN Skouw ini sekarang.
Jadi pagi-pagi sekali kami sudah berangkat dari hotel. Karena berangkat habis subuh, menjelang pagi merekah pun kami sudah sampai. Hujan semalaman dan gerimis membuat PLBN Skouw saat itu terlihat begitu teduh dan nyaman. Di pintu masuk bapak-bapak TNI Angkatan Darat menyambut sapa kami dengan ramah. Setelah menjelaskan maksud ke datangan mereka mempersilahkan mobil kami melaju ke tempat parkir.
Bangunan di Perbatasan Skouw Rumah Tangfa
Dari pos masuk, melaju beberapa ratus meter, kita disambut tulisan Skouw Border Post of The Republic of Indonesia. Di teras yang masih basah air hujan, berlatar belakang bangunan megah berbentuk Rumah Tangfa. Gedung yang berfungsi sebagai kantor imigrasi dan bea cukai. Mengambil bentuk rumah pesisir di daerah Skouw. Memiliki atap dengan bentuk perisai dan 2 ruang panjang tempat masyarakat berkumpul. Begitu pun ornamen luarnya, semua mencerminkan budaya Papua.
Baca juga Lembah Bada Pernah Didatangi Astronot Purba?
Seperti teman-teman tahu citra kawasan perbatasan Indonesia dengan negara lain selama ini identik dengan keterbelakangan. Terletak di pelosok sudah pasti. Namun kawasan yang seharusnya berfungsi sebagai halaman depan, di Indonesia kebanyakan bisa diibaratkan sebagai pintu belakang. Terisolasi, kumuh dan tertinggal.
Nah bangunan PLBN Skouw Destinasi Baru Ujung Timur Indonesia di perbatasan ini ternyata megah. Seperti niat Pak Jokowi, harus mencerminkan kebanggaan nasionalisme dan harga diri bangsa.
Baca juga Wisata Riau Kampar Pekanbaru dan Siak
Di belakang gedung yang menghadap Papua Nugini berdiri patung burung Garuda. Gagah dan berwibawa. Sering dijadikan latar belakang foto oleh pengunjung. Termasuk kami.
Menara Suar Skouw
Satu bangunan lagi mencolok adalah menara suar Skouw. Selain sebagai penanda perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini, tempat ini untuk menjamin keselamatan pelayaran di perairan Jayapura Papua.
Kalau kamu naik ke tingkat paling atas akan terlihat laut Jayapura dan kampung terdekat Papua Nugini: Wutong. Bertingkat 8, setinggi 45 meter, kalau malam akan memancarkan lampu pijar. Bendera merah putih berkibar di puncak nya. Pengunjung bisa naik ke atas dengan izin terlebih dahulu.
Sayangnya kedatangan kami terlalu pagi. Juru kunci belum datang. Sementara kami tak bisa berlama-lama di sana karena harus mengejar pesawat pukul 1 siang. Jadi deh tak bisa melihat PLBN Skouw Destinasi Baru Ujung Timur Indonesia dari atas.
Zona Bebas – PLBN Skouw Destinasi Baru Ujung Timur Indonesia
Yang paling menarik datang ke destinasi wisata ujung timur Indonesia ini adalah berada di zona bebas. Di sebelah kanan Indonesia dan di sebelah kiri Papua Nugini. Ada perasaan takjub berdiri di sana. Dalam jarak yang begitu dekat kita seperti mendengar dua denting musik yang berbeda dalam waktu bersamaan.
Membelakangi Papua Nugini
Area zona bebas membelakangi Indonesia
Di zona bebas, di belakang pagar di kawasan hukum Papua Nugini, kami berkenalan dengan anak-anak yang beribukota ke Port Moresby. Sudah jelas kami tak saling mengerti dalam berbahasa. Tapi tak mengurangi kekocakan kami berdialog dengan mereka. Menanyakan nama masing-masing. “Kok kalian tak pergi sekolah?” Karena hari itu hari Kamis.
Mereka pun sepertinya banyak bertanya. Tapi karena tidak saling mengerti kami hanya mengeluarkan bahasa universal, tarzan, mimik muka dan gelak tawa.
Tak jauh dari zona bebas berdiri Pasar Skouw, bagian dari Indonesia. Jadi lintasan pertama warga Papua Nugini sebelum mereka bertransaki di sana. Mereka menggunakan mata uang Kina maupun Rupiah. Diadakan 3 kali seminggu yaitu Senin, Kamis dan Sabtu.
Lagi-lagi kami tidak bisa melihat pasar tersebut. Padahal saat itu hari Kamis. Pasar baru dibuka pukul 10 pagi sementara kami tidak bisa menunggu, harus mengejar pesawat ke Jayapura.
Tapi dari jauh kami sempat saling melambaikan tangan dengan warga Papua Nugini yang sedang menunggu pintu perbatasan dibuka.
Arena Foto-Foto
PLBN Skouw dijadikan destinasi wisata Karena tempatnya memang unik. Cantik sebagai background foto-foto. Kita bisa berpose di depan tulisan Skouw Border Post of The Republic of Indonesia berlatar belakang gedung-gedung. Atau seperti kami, bercengkerama dengan warga Papua Nugini menggunakan bahasa tarzan.
Ohya saat berada di Zona Bebas, ketika jam kerja dimulai, berkumandang lagu Indonesia Raya. Kami yang asyik ngobrol-ngobrol dengan anak-anak Papua Nugini pun langsung diam. Otomatis berdiri tegap. Bulu Roma ikut merinding. Ada perasaan bangga menyelip ke dalam dada.
Setelah usai saya tpun ertawa dalam hati. ” Hahaha..Indonesia sukses meingdoktrinasi aku sebagai anak bangsa!”
Yah. Semoga Indonesia tambah Jaya dan makmur. Saya banyak berhutang kepadanya.
Cerita lengkap Trip Papua:
23 comments
Selalu penasaran sama kondisi perbatasam suatu negara, ternyata ini damai2 aja ya kak..
Lucu banget bs ketemu anak2 Papua Nugini dan ngobrol pake bahasa tubuh wkwkwkwk..
Ngomong2 tentang pasar, akupun selalu seneng main ke pasar kalo pergi ke suatu wilayah di Indonesia, seru juga mereka ga buka tiap hari ya. Pas ke NTT ada yg seminggu sekali
Iyaaa Mbak. Waktu itu kami norak banget. Masa ngomong gini: ” Eh mereka gak bisa bahasa Indonesia loh”…Lah iya lah, kami juga kan bisa bahasa Papua hahaha…
saya baru nyobain PLBN Entikong sama Aruk mba Indah, kebetulan pas penelitian di sana juga, dan masih 5 lagi niy yang belum saya kunjungi termasuk Skou tadinya saya waktu itu penelitian di sana, tapi ga jadi. Jadi pengen ke sana.
Saya pun ingin banget melihat Entikong sama Aruk Mbak. Semoga pandemi segera berlalu. Sudah banyak banget ini pengennya kemana aja 🙂
Jadi semakin bangga kalau PLBN Skou sekarang bangunannya udah bagus dan megah, apalagi desain bangunnya juga keren banget, klo menurut ku memang sudah seharusnya perbatasan sebuah negara dibangun megah karena sebagai salah satu identitas suatu bangsa. Wah kalau naik ke menara suar pasti bisa melihat pemandangan yang indah.
Perbatasan negara fasilitasnya harus representative karena jadi kesan pertama masuk ke negara ini kan. Saya pengen ke tingkat paling at as, foto2. Sudut pandangnya pasti keren
Pengalaman yang luar biasa Mbak bisa berada di zona bebas antara Indonesia dan Papua nugini. Kebayang gimana serunya ngobrol ala Tarzan dengan anak anak itu hihi
Masya Allah indahnya yah kak. Keren banget kakak, semoga nanti aku juga bisa sampai disana jalan-jalannya melihat betapa Indahnya perbatasan Negara kita. Hmm kalau naik di menara itu pasti dapat view yang sangat indah yah kak
IIya, perbatasan sering kelihatan jelek dan seadanya ya Uni, ini beda, kelihatan bagus..anak-anak di perbatasan negara, eh bagus jadi judul cerpen hehe
Aku suka banget ketika sampai di bagian ini:
“… kawasan perbatasan memang seharusnya mencerminkan kebanggan nasionalisme dan harga diri bangsa!”
Ikut terharu di bagian saat mendengar kumandang lagu Indonesia Raya.
Berasa di sana juga.
Pengalaman luar biasa itu mba Evi. Mupeng. Dulu pernah terlintas pengen bisa sampai perbatasan tersebut. Semoga terlaksana
Suatu ketika. Berasa berkeliling ke sana beneran aku mba lewat tulisanmu.
Perjalanan ke batas negara itu menjadi cerita tersendiri, Uni. Kita bisa mengabadikan tiap sudut gerbang perbatasan, melihat kesibukan para orang yang hendak menyeberang, serta TNI yang bertugas di pos penjagaan. Menyenangkan 🙂
Iya banget Mas. Saat berada di free zone itu juga rasanya luar biasa. Berdiri di tempat dari dua kawasan dengan hukum berbeda. Sensasinya itu lho, bikin perasaan seperti di awang-awang 🙂
Berada di kawasan perbatasan Indonesia dengan negara lain itu ada deg2annya juga kah, Uni Evi? Kayak ada rasa bangga plus sedih dan terharu ya. Apalagi pas ada anak2 ini, momen yang luar biasa. Kelihatannya bagus dan rapi nih bangunan dan pagarnya berdiri kokoh di antara negara kita dan {a[ua Nugini. Very nice story 🙂
Karena kedua negara dalam kondisi aman, dan dijaga ketat pula oleh keamanan dua negara, rasanya aman-aman aja sih Mbak Nurul 🙂
Kakak aku selalu suka sama cerita kaka. Ini salah satu pengalaman yang luar biasa yaa kak, berada di perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini. Sekaligus dari cerita ini membuka citra bahwa daerah perbatasan tidak melulu (rusuh) yaa kak.Bagunannya kokoh, dan pasti ada kebanggan tersendiri bisa berada disini yaa kak? Luar biasa!
Terima kasih Mas. Memang cerita perbatasan seperti di Entikong dulu sudah agak lumer dari Indonesia. Pemerintah sekarang membangun perbatasan dengan cantik dan layak dijadikan sebagai beranda depan negara kita
Inilah salah satu yang saya banggakan dari Pak Jokowi. Seluruh pos perbatasan diubah menjadi megah dan kondisinya dibuat layak.
Untuk konser, sepertinya di setiap pos batas negara itu ada ya. Waktu ke PLBN Motaain pun saya melihat ada spanduk mengenai konser musik di pos perbatasan tersebut.
Untuk bangunan, rasanya setiap pos perbatasan ini sudah terkonsep dan untuk bangunannya selalu berkiblat pada rumah adat di daerah tersebut dan dibangun sedikit lebih modern.
Duh, sayang banget ya nggak bisa liat pasarnya dan naik ke suarnya. Berarti harus balik lagi tuh, Tan 🙂
Kalau di Skouw ini jam buka dan tutupnya pos perbatasan ini jam berapa ya???
Dengan menyelenggarakan konser-konser di perbatasan, ini salah satu bentuk untuk menarik perhatian masa. Bahwa negara kita sudah berubah. Kalau dulu garis luar Indonesia sering diabaikan, dan malah kita sempat kehilangan pulau cantik, mudah2an untuk selanjutnya akan terus begini. Jangan sampai kita dihina-hina hanya karena perbatasannya tidak diurus. Saya juga berharap gak hanya pembangunan fisik seperti di PLBN Skouw ini tapi juga pembangunan ekonomi. Mari kita sama-sama berharap dan berdoa agar kesejahteraan di Jawa juga mengalir sampai ke perbatasan
Aku ikut bangga baca tulisan ini. Area perbatasan sekarang tampak gagah, emang jadi halaman depan negara yang keren. Aku mau juga main ke sanaaaa
Mari Mbak. Seelah Covid berlalu kita datangi semua perbatasan negara yang bisa kita capai 🙂
Mba Evi keren banget berkeliling Indonesia sampai ujung timur
pengen juga main ke mari, pengalaman yang tak terlupakan pastinya
Apalagi bisa berkomunikasi dengan mereka anak-anak
Iya nih Mbak. Ngobrol dengan anak-anak Papua di PLBN Skouw ini bikin kami bahagia 🙂