Kebutuhan dan keinginan bukanlah kata yang sama. Contohnya diri saya sendiri. Saya ini termasuk impulse shopper, apa yang nampak bagus dimata pengennya dibeli, tanpa rencana, tanpa berpikir apakah barang-barang tersebut betul-betul diperlukan. sering mengalami gagal analisa, yang dibutuhkan panci namun saat keluar dari pasar malah menenteng ember. Alasannya sederhana, bentuk embernya lucu atau warnanya lebih menarik, kayaknya seru kalau ditaruh disuatu tempat di kamar mandi. Untungnya kebiasaan impulse shopper ini tak begitu menyubur karena saya malas jalan-jalan di mall. Begitupun belanja ke pasar malas berlama-lama. Untungnya lagi saya juga tahu bahwa kebiasaan jelek ini bila diteruskan akan merusak sendi kehidupan.
Tapi saya tidak sendirian melakukan hal tersebut. Right! Ini adalah gejala umum yang diderita banyak orang. Right lagi! Kalau tidak, tak akan ada ilmu marketing yang berpayah menggali kedinamisan permintaan manusia terhadap bermacam produk. Makanya dalam marketing milyaran permintaan tersebut digolongkan hanya dua : berdasar KEBUTUHAN atau berdasar KEINGINAN.
Kondisi psikologis manusia yang tidak selalu jernih. Kadang mengikuti mood, kadang mengikuti logika dan kadang nyeleneh di dua area. Jadi deh abu-abu. Berangkat dari kondisi ini marketer akan merancang pesan-pesan komunikasi secara efektif: Apakah produk yang ditawarkan akan memuaskan kebutuhan atau keinginan kita? Atau malah keduanya?
KEBUTUHAN
Orientasi marketing yang fokus terhadap kebutuhan, tidak menonjolkan produknya tapi lebih kepada fungsinya dalam menyelesaikan masalah orang. Ketika ponsel hanya punya satu kegunaan yaitu komunikasi, maka featur2 seperti camera dan pemutar musik akan diabaikan. Begitu pula dengan model maupun bentuknya. Yang akan membuat pemakai kelihatan stylish bukan ranah sasaran komunikasi marketing berdasarkan kebutuhan ini.
KEINGINAN
Sekarang kita sudah punya sebuah ponsel yang dengannya kita dapat berkomunikasi dari mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Namun itu tidak cukup, kita menginginakn merek tertentu sebab merek ini terkenal akan keandalannya. Mahal sedikit tak apalah, kan prinsipnya ada uang ada barang. Kita juga ingin spesifikasi tertentu, entah untuk menyimpan data atau mengirim suatu file secara lebih mudah. Lebih dari pada itu kita merasa sesuatu banget jika punya ponsel merek tertentu itu.
Ranah keinginan manusia yang maha luas dan tanpa batas inilah yang membuat ilmu marketing takan pernah mati. Sekalipun kita menginginkan sesuatu lebih spesifik namun ragamnya dan keinginan yang selalu berubah-ubah itu yang akan melahirkan jutaan produk di pasar dan pada akhirnya mengalirkan fulus pada suatu perusahaan.
Sekarang apa yang anda butuhkan atau inginkan? Bisakah membedakan keduanya?
10 comments
tulisannya menarik mas, insyaAllah saya berniat buat penelitian mengenai kebutuhan dan keinginan manusia untuk disertasi saya nnti, saya merasa belum puas dengan teori kebutuhan maslow, menurut saya masih perlu ditambah. yang dibutuhkan dan diinginkan manusia itu hanya 1 yaitu ‘ketenangan jiwa’
Hmmm…dapat ilmu dari Ibu Evi 🙂 krn dalam wkt dekat ini Aku pengen buka usaha..nah, tkut sulit mmbedakan antara melihat kebutuhan or keinginan..hehe
Mumpung masih muda, mumpung belum punya tanggung jawab ekonomi pada keluarga, kalau emang berniat buka usaha, tabrak saja, jangan pakai ragu, jangan pakai mikir-mikir, kerjakan. Memang akan ada kegagalan-kegagalan, kekecewaan demi kekecewaan, tapi itulah yg menimpa para entrepreneur sukses seperti Chairul Tanjung. Tapi jangan lupa juga banyak-banyak belajar. Sukses ya Erick 🙂
Lihat gambar jadi ingat keinginan mengganti Canon EOS 1000D, kapan ya… .
Oh sama dong kita Pak Johar hehehe..Masalahnya kapan yah?
dan kemungkinan marketing yg sukses adalah yg jeli melihat pangsa pasar yg sedang trend , begitu kan Evi ?
salam
Betul Bunda. Kemampuan melihat trend ini seperti pelaut yg bisa memprediksi arah angin yang dengannya akan membuat kapal selamat mencapai tujuan 🙂
iya mam, sekarang hidup bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan tapi juga taste…
hehehe
Setuju, Mas Muhlash. Kalau setiap orang menggunakan satu produk dan sudah puas karena fungsinya saja, tampaknya kebudayaan kita juga tak akan seberkembang sekarang. Sebab tak kreativitas, tak ada inovasi..Membosankan banget hidup dijaman seperti itu kali ya 🙂
Memang sifat dasar manusia tak pernah berpuas. Produk makin inovatif, manusia makin intensif memburu (seringnya tak peduli butuh atau ingin), dan sikap ini pula yang memicu pasar untuk terus berinovasi. Sudah menjadi siklus sepertinya….